Bab 4 Camp Pengungsian

Aroma dari daging yang di masak tidak terlalu lama, menggunakan api sedang dan bumbu yang sederhana, sangat memanjakan hidungku. Suara desis dari beberapa pedagang yang menjual beraneka ragam masakan, memancing perutku yang sudah cukup lama tidak memakan makanan sungguhan selain makanan kaleng. Aku melirik Leo yang menatap kesana dan kemari, mencoba memilih makanan terbaik untuk direkomendasikan kepadaku. Dia juga menanyakan secara spesifik mengenai jenis makanan apa yang ingin aku makan saat ini.

Dengan liur yang mulai turun dio sudut bibir aku bilang, "Akhir-akhir ini aku hanya mengkonsumsi makanan kaleng, sebenarnya saat ini aku sangat rindu dengan Salisbury Steak, Leo." Jawabku berharap ada salah satu pedagang yang menjualnya.

"Hmm, ... Mari kita cari sembari melihat-lihat, sepertinya aku juga harus menyiapkan sesuatu hal yang lain untukmu." Ringkasnya kepadaku.

". . .?"

Berjalan sepanjang jalan yang penuh dengan pedagang di kanan dan di kiri, aku menghabiskan waktu dengan saling berbincang, guna mencari tahu mengenai tempat seperti apa desa darurat yang disebut sebagai Avalon ini.

Avalon, desa para penyintas. Desa ini di bangun oleh para Survivor secara sukarela, guna mempertahankan diri secara berkelompok dari gangguan makhluk asing bernama Nightmare.

"Apa!? Nightmare? Leo kau pasti bercanda." Jawabku tertawa mendengarkan penjelasan Leo mengenai makhluk tersebut.

"Ini bukan sekedar Dongeng." Ketus Leo yang merasa tersindir.

Dia melanjutkan bahwa ada entitas tidak dikenal yang menyerang warga desa bila malam datang. Selama Leo menjelaskan kepadaku dengan serius, aku hanya bisa mengangkat alis dan mengangguk keheranan. Mungkin memang aku orang yang beruntung dengan hanya beberapa hari bertahan di alam liar, karena dari awal Dayzero aku terus mengurung diri di dalam rumah, dan selama itu juga tentu saja, aku belum pernah melihat apa yang Leo ceritakan.

"Ini dia! Akhirnya~." Kejutnya spontan menunjuk salah satu stand makanan yang ada di ujung jalan. Wajah Leo berubah seketika, ketika dia memberitahukan Stand yang dimaksud.

Sampai pada ketika kami selesai membeli makan yang senilai 50 bronze itu, aku rasakan nafsu makanku melonjak naik. Dalam pandanganku terlukis indah daging steak dengan tingkat kematangan sedang, dipadukan bersama saus kental beraroma khas dari mustard dan worchester sauce, yang mengepul keluar menyebarkan aroma herba lain yang ditambahkan kedalamnya.

"Mana mungkin!? Salisbury steak. Ada tepat di depan mataku!" Aku berteriak penuh semangat, berniat langsung merebut piring kaleng buatan tangan, berisikan steak dari tangan Leo.

Leo menahanku dengan tangannya sebelum dapat merebut piring darinya. "Sebelum itu, berdoa terlebih dahulu." Pintanya kepadaku, yang aku jawab dengan pandangan kecewa, karena aku tidak tega melihat makanan kesukaanku akan segera dingin bila terlalu lama diacuhkan.

Dagingnya yang lembut dan tidak melawan ketika dikunyah, lelehan lemak yang memenuhi rongga mulut, aroma yang berpadu baik antara bumbu dengan daging, membuatku yakin bahwa siapa saja akan mampu berkorban demi memuaskan nafsu makannya kepada makanan ini.

Selesai berdoa, tanganku sibuk memotong-motong daging menggunakan pisau belati andalanku, memotongnya hingga menjadi dadu kecil agar kenikmatan ini tidak segera sirna begitu saja.

Dengan jemari yang sibuk, dan liur yang menetes, aku menyempatkan untuk menawarinya makanan ini. "Kamu, tidak makan Leo?" Tanyaku menawarinya tanpa melepaskan pandangan dari piring.

"Kalau aku bilang iya, apa kau akan membagi sebagian porsinya kepadaku?" Leo menjawab dengan bergurau, dapat aku ketahui dari nadanya bahwa dia tidak serius.

"Tentu tidak! (sambil memulai suapan pertama, aku bertanya.) Oh iya Leo, ngomong-ngomong bisa kau pilihkan aku tempat, di luar gerbang untuk aku bermalam? Aku bisa saja langsung membangun tenda tanpa izin, akan tetapi itu pasti akan membuatmu dalam masalah bukan?" Aku memintanya dengan pipi yang mengembang, mengunyah makanan.

"Tidak bisa!"

*Glek!* "Uhuk. . ! Uhuk. ." Penolakan yang matang dari Leo, membuatku tersedak oleh daging yang tengah aku makan.

"Ah. . Maaf (dia mengelus punggungku penuh rasa bersalah) Penduduk Avalon, termasuk aku, tidak akan membiarkan siapapun untuk tinggal di luar benteng, bahkan bila tempat ini terlalu sempit akibat kepadatan penduduk. Kami pasti memilih untuk memperluas wilayah dengan dinding kayu tambahan daripada membiarkan orang lain berada di luar dinding." Jelasnya kepadaku, raut wajah Leo memandang jauh ke arah dinding kayu, benteng Avalon.

°°°°°

Nightmare, makhluk yang tidak pernah tercatat di kitab mitologi (kepercayaan) manapun. Dijelaskan bahwa bentuknya abstrak permanen tanpa adanya akal, bahkan bila dibandingkan dengan hewan sekalipun. Kemampuannya hanya untuk merusak dan menghabisi makhluk berdaging yang ada disekitarnya. Namun entah kenapa, manusia adalah santapan favoritnya, di kisahkan bahwa, setiap kali dia memangsa manusia semua luka-luka dan kerusakan fisiknya akan segera sembuh, satu dari banyaknya alasan yang membuat itu menjadi ancaman yang serius.

Bentuk abstrak yang dijelaskan berupa, hewan acak yang tercampur di dalam satu tubuh, akan tetapi memasuki versi yang lebih brutal. Aku melihat penggambaran itu dari dalam buku yang sempat aku lirik di dalam Aula, bentuk monster yang agak sulit untuk di gambarkan secara gamblang.

Wujud serigala dengan taring yang panjang hingga menutupi sebagian wajahnya, lalu cakar yang sepertinya itu bukanlah kuku yang dimiliki hewan pada umumnya, melainkan tulang yang keluar meruncing, akibat daging di sekitar jarinya yang sudah terkelupas. Ditambah ada beberapa luka terbuka yang terbilang ekstrim di sekitaran perutnya. Dan anehnya lagi, ada bagian dari hewan lain yang ikut menempel di monster itu, seperti sayap merpati berukuran kecil di kakinya, yang tumbuh? Melekat? Entahlah, tetapi aku melihatnya mirip seperti tumor ganas.

Masih belum cukup, di halaman selanjutnya ada gambar lain yang tidak kalah menjijikan. Buku itu kembali menampilkan bentuk monster lain, kali ini menyerupai domba yang sama mengerikannya dengan serigala tadi, namun domba ini memiliki 2 kepala. Kepala yang satunya compang-camping penuh luka terbuka, dengan lidah yang terjulur keluar hingga pasti akan terseret ketika berjalan. Sedangka kepala yang satunya lagi, tersangkut, tertancap mati mengenaskan oleh tanduk dari kepala inti yang masih hidup. Gambaran yang membuatku berfikir bahwa mungkin, kedua kepala yang satu tubuh itu saling bertarung berebut kendali, menentukan siapa yang akan menguasai tubuh, dan siapa yang harus kalah dalam pertarungan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!