The Candle Light - Beyond The Void

The Candle Light - Beyond The Void

Bab 1 Day Zero

Pernahkah kita berfikir mengenai, apa yang akan kita lakukan, bila kita terpilih untuk menjadi Adam dan terpaksa untuk memulai peradaban baru suatu saat nanti? Pastinya bukan pertanyaan yang mudah untuk di jawab, sedangkan posisi tersebut akan menjadi beban dan tanggung jawab yang besar untuk dipikul sendiri, karena disaat itu kita tidak memiliki pilihan, atau siapapun untuk bergantung.

Lalu bagaimana bila, kita benar-benar sendirian di muka bumi ini. Tidak ada pasangan sama sekali untuk ber-reproduksi, dan kita hanya berfikir untuk terus berusaha bertahan hidup selama mungkin, demi menjaga Eksistensi dari umat manusia. Dengan kata lain umat manusia akan tetap ada, selama kita (manusia terakhir) tetap hidup.

Mengingat banyak kepunahan massal yang sempat terjadi jauh sebelum keberadaan kita, manusia modern mulai menduduki tahta tertinggi atau puncak rantai makanan. Seperti kepunahan dinosaurus yang pada akhirnya hanya menyisakan beberapa persen saja makhluk hidup di muka bumi. Hal apa, atau bagaimana kita menjalani hidup sebagai manusia terakhir, di jagat raya yang luas ini, ... sendirian.

Apapun jawabannya, yang terpenting adalah, kita sedang dihadapkan kepada situasi di mana Aku ingin mati, akan tetapi aku harus hidup selama mungkin, selama ruhku masih ingin menetap.

Semua bermula, beberapa saat yang lalu, jangan terlalu memikirkan kapan karena akupun sudah kehilangan representasi (penggambaran) mengenai waktu. Hari, tanggal, bulan bahkan tahun berapa sekarang ini, aku sudah tidak mengetahuinya. Hanya saja, saat itu, ketika semua bermula aku bangun tidur di kamarku pada hari Senin Tanggal 23 Desember Tahun 2024.

°°°°°

Mentari pagi masuk menyemburkan semburat cahayanya melalui tirai jendela kamarku, menggantikan sosok ibuku yang biasa membangunkan aku di pagi hari seperti, namun dengan suara yang lebih berisik.

Ahh~ aku terlambat untuk bekerja hari ini. Biarlah, toh aku memang tidak pernah mengambil cuti, jadi sesekali beristirahat di rumah tidak akan menjadi masalah bagiku.

Membuka ponsel yang aku raih dengan susah payah, aku dibuat jengkel akibat sambungan Wifi tidak berfungsi hari ini. Padahal akan menjadi hari yang seru, bila menghabiskan waktu di rumah, sambil menonton K-Drama sehari penuh.

Tetap berada di kamar tidak akan mengusir jenuhku, aku putuskan untuk turun ke lantai satu dan mencari makanan/camilan untuk sekedar mengganjal perut.

Menuruni tangga, berjalan perlahan sambil memanggil, "Ibu, Ayah!" sepanjang jalan menuju ke dapur, aku dibuat keheranan karena mereka tidak menjawab panggilanku sama sekali. Sepertinya mereka sudah berangkat kerja pikirku, biarlah hari ini mungkin hanya akan ada aku sendiri di rumah yang luas ini, tanpa sambungan internet.

Memilih beberapa makanan kaleng seperti kornet, dan sarden, aku malah dibuat tidak bersemangat ketika berfikir harus memasak salah satu dari kedua makanan tadi. Mungkin akan lebih simple bila aku merebus kornet berikut kalengnya ke dalam air panas, lalu memakannya langsung menggunakan kaleng tanpa tambahan bumbu apapun, hemat air bila tidak cuci piring.

Hari yang simple, dan menyenangkan tanpa ada hingar-bingar pekerjaan, yang memaksaku untuk bersenang-senang dengan seluruh kemewahannya. Membuka kaleng sarden panas dengan sendok teh yang berada dalam mulutku, aku merebahkan tubuh di depan sofa, mencari remote TV untuk menyelesaikan hari penuh lamunan ke arah layar.

Loh?! Ternyata bukan wifinya yang bermasalah, tetapi memang sejak awal aku bangun tidur, sedang ada pemadaman listrik. Bagus! Sekarang semakin sempurna saja hariku yang tidak memiliki aktivitas untuk aku lakukan.

°°°°°

Setelah sehari penuh aku berkutat dalam kesepian juga ketidak pastian hidup, mengenai apa yang sedang terjadi di sekitarku, aku dibuat gelisah di atas sofa. Begitu malam tiba, aku baru menyadari bahwasanya ada hal janggal, yang sedang terjadi di kotaku.

Intuisiku hadir ketika aku mulai tidak betah, dengan seluruh fasilitas yang tidak dapat aku gunakan, akibat tidak adanya daya listrik. Suasana di sekitarku terasa begitu hening, tidak ada suara aktivitas manusia, ataupun binatang peliharaan yang biasanya berisik mengganggu tidurku.

Aku menyadari melalui jendela bahwa, seluruh kota tengah dilanda kegelapan total, hanya ada cahaya rembulan juga bintang-bintang yang menjadi penerang bagi pandangan. Aku yang semakin khawatir, memutuskan untuk keluar rumah, menoleh ke sekitar, mengetuk beberapa pintu tetangga yang aku kenal, berharap ada yang menjawab panggilanku. Akan tetapi semua sama saja, tidak ada yang merespon sahutanku, semua terasa hening dan sepi, bagaikan memang kota ini sudah lama menjadi kota mati.

Mencari seluruh jawaban atas ketidaktahuanku, aku berlari penuh rasa takut, aku mulai panik, cemas, khawatir, marah, benci dengan semua yang terjadi tanpa sepengetahuanku. Malam ini, mungkin aku hanya akan kembali ke rumah dengan perasaan sedih, karena aku tahu, apapun yang telah terjadi di kota ini, merupakan hal yang dapat mengancam jiwaku.

Aku coba segala cara untuk mencari petunjuk-petunjuk kecil dari jalanan, yang aku coba terangi menggunakan flash handphone milikku, hingga kini aku merasa bahwa ponselku memanas, sehingga menguras habis seluruh sisa batrai.

Sampai dititik ini, aku merasa bahwa umurku tidak akan lama lagi, bahwa aku akan ikut menghilang, seperti warga kota lainnya. Aku hanya bisa berpasrah, menenangkan hati yang kehilangan arah tujuan dalam mengarungi hidup ini.

°°°°°

Saat ini, ... Seingatku, dua minggu telah berselang, aku mulai belajar untuk mengendalikan emosiku, perasaan campur aduk, goyah dan putus asa, sedikit demi sedikit dapat aku kontrol dengan memfokuskan tujuan hidupku demi mencari tahu lokasi kedua orang tuaku. Dan ternyata, sepertinya itu cukup efektif untuk sekedar menjaga kewarasanku

Aku menjadi sering menyusup kedalam beberapa tempat umum seperti toko, perpustakaan, dan rumah sakit, yang aku jarah dengan penuh rasa bersalah. Walaupun aku tahu bahwa aku salah dengan mencuri beberapa stok untuk bertahan hidup, aku tetap mencoba sebisa mungkin tidak merusak dengan menjaga semua tetap diposisinya. Meski tidak akan ada yang marah bila aku melakukan semua hal sesuka hati, namun tetap berlaku dengan bijak akan menjaga akal sehatku tetap berada di ambang aman.

Aku juga mulai mengelompokkan beberapa buku dengan judul "Cara bertahan hidup", mengemasi beberapa persediaanku, untuk segera mencari tempat yang lebih layak untuk aku tinggali. Meski di sini aman aku tetap membutuhkan sumber air yang baik karena bak penampungan air di rumahku sudah mulai habis. Mungkin tinggal dekat dengan sungai akan menjadi tempat singgah yang ideal, atau minimal, suatu tempat yang memiliki sumur timba (manual) untuk aku bertahan hidup.

Aku harus tetap hidup, dan memulai keberlangsungan umat manusia dari nol, hingga batas yang tidak dapat aku tentukan.

°°°°°

...Aku tidak tahu dengan apa atau bagaimana ini semua bisa terjadi, tetapi aku dapat menjanjikan satu hal kepada diriku sendiri. Aku akan menemukan alasan dari semua ini, aku akan membalaskan amarahku kepada siapa saja yang menjadi pemicu dari hilangnya warga kota....

^^^Jika memang karma itu ada, persetan dengan karma. Akulah sang-karma yang akan datang untuk menuntut balas, dari orang yang merenggut segalanya, yang aku miliki.^^^

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!