BAB 20

Dua tahun kemudian..

Philadelphia, Pennsylvania. AS.

Tttt... Tttt..

Suara pintu apartemen terbuka dan tertutup kembali membuat Allea mendongak dari layar laptopnya.

"Dia maling atau apa!? Selalu datang jam segini..," gumam Allea tak acuh dan kembali fokus ke laptopnya. Cahaya dari persidangan yang sedang ia tonton masih menyinari wajahnya yang tampak letih.

Dua tahun berlalu sejak kedatangannya di AS. Kini Allea resmi menjadi mahasiswi hukum di salah satu universitas ternama di Philadelphia.

Sebuah rangkulan hangat tiba-tiba melingkari lehernya dari belakang, membuatnya tersentak kecil. Tangan besar dan berotot itu mencengkeram lehernya dengan sedikit tekanan, seperti ingin menahan napasnya.

Namun Allea tak langsung menepisnya, ia tahu siapa pemilik tangan itu—aroma alkohol yang menyertai napas hangat di belakang telinganya sudah cukup memberi tahu segalanya.

“Kau begadang lagi, hm?” suara serak Deon terdengar di telinganya.

“Aish. Kau bau alkohol, Deon.” Allea mendesah, melepaskan diri dari rangkulan pria itu. Ia melirik pria itu tajam. “Berapa kali aku bilang, aku tidak suka kau minum sampai mabuk seperti ini!”

Deon tertawa kecil, lalu menjatuhkan dirinya ke sofa di samping Allea. “Aku mahasiswa bisnis, Lea. Aku harus kuat minum. Orang bisnis itu harus terbiasa.”

“Dari mana kau dapat ajaran konyol seperti itu?” komen Allea memutar matanya malas.

Pria itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum miring. Wajahnya sedikit memerah karena alkohol, tapi mata tajamnya tetap menatap lurus ke arah Allea.

Suasana sunyi beberapa detik sebelum pria itu tiba-tiba bergerak mendekat dan mengecup pipi Allea. Kecupannya membuat gadis itu hanya meliriknya sekilas sebelum meninju bahunya pelan, tanda peringatan.

"Berhenti menggangguku dan pulanglah ke apartemen mu.!" cetus Allea sebelum menutup laptopnya dan beranjak berdiri. Namun saat ia hendak melangkah pergi, tangan Deon kembali menariknya. Membuat dirinya terhempas tepat dalam pangkuan pria itu.

“Apa kau ingin aku mati kesepian di apartemenku sendiri?” gumam Deon sambil mengeratkan pelukannya.

Allea menghela napas kasar, “Deon, kembali ke apartemen mu. Aku harus bangun pagi besok.”

Namun Deon mengabaikan permintaannya. Sebaliknya, dia menundukkan wajahnya ke leher Allea, membiarkan bibirnya menyapu kulit gadis itu dengan lembut, membuatnya merinding.

“Lea.. Kapan kau akan putus dengannya...” bisiknya.

Bisikan Deon terdengar seperti permintaan yang merengek ingin dituruti. Allea menegang. Ia menghela nafas panjang. “Aku tidak bisa, kita sudah selesai membahasnya..,” ucapnya lirih.

Meskipun sudah mendapatkan jawaban, Deon tidak menunjukkan reaksi apa pun selain tatapan yang semakin gelap. Namun, hanya dalam hitungan detik, ia mengambil laptop dari pelukan Allea dan memindahkan posisi gadis agar dia bisa menatapnya, dekapannya semakin erat.

Dia mencium bibir Allea tanpa aba-aba. Lembut. Hangat. Namun juga begitu menguasai.

Tidak ada penolakan. Allea tidak menolaknya. Ia tak pernah menolak Deon sejak malam itu. Malam setahun yang lalu—malam itu mereka mabuk berat karena ada pesta kelulusan senior di kampus dan begitu kembali, mereka kehilangan kendali— sejak saat itu semuanya berubah.

"Deon.., ashh." Allea menahan suaranya. Rasanya seperti geli atau semacamnya yang membuat tubuhnya bergetar begitu pria itu menyentuh nya.

Mereka saling mengisi kesepian satu sama lain, tanpa pernah benar-benar mengakui apa yang mereka rasakan. Mereka hanya tak ingin terlibat dalam suatu hubungan—Tidak. Itu hanya bagi Allea, tapi Deon? Dia bahkan sudah mengatakan isi hatinya namun Allea tetap tak ingin melepaskan Om Davendra dari hidupnya.

Allea tak punya pilihan, dia tak bisa memutuskan. Davendra sungguh menguasai dirinya. Allea tak pernah bisa melupakan bagaimana pria itu hadir dalam hidupnya saat masa-masa tersulit nya.

Awalnya begitu sampai di AS, Allea sudah mencoba untuk melupakannya, tapi tidak pernah berhasil. Pria itu malah semakin memperhatikan nya, selalu berkirim pesan dan menelpon. Rasa nyaman itu kembali muncul, dan ia tidak tahu bagaimana cara menghilangkannya. Allea tak bisa meninggalkan pria beristri itu.

"Lea, kenapa kau begitu manis, baby.. jadilah milikku..," desah Deon di sela ciumannya. Deon mengendong Allea dan membuatnya menggantung di badan berototnya. Ia terus melangkah perlahan menuju kamar, napas mereka semakin memburu, hingga akhirnya punggung Allea bertemu dengan kasurnya. Pria itu menghempaskannya dengan lembut.

Deon langsung menindih gadis itu dibawahnya dan melepaskan kemejanya, memperlihatkan tubuh kekarnya yang berotot.

Matanya mengunci pandangan Allea, seolah bertanya apakah gadis itu benar-benar menginginkannya malam ini. Tanpa perlu jawaban verbal, Allea mengalungkan tangannya di leher Deon dan menarik pria itu ke arahnya, membiarkan bibirnya kembali melumat milik Deon.

"Kau yang memintanya," senyum puas tersungging di wajah tampan pria itu, ciuman mereka semakin panas, semakin dalam.

Napas mereka bercampur di antara keheningan kamar yang hanya ditemani suara desir AC dan detak jantung mereka yang berpacu cepat. Deon bergerak turun, bibirnya menyapu rahang Allea, turun ke leher jenjangnya, membuat gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan desahan.

Jari-jari Allea mencengkeram punggung Deon, merasakan otot-ototnya yang menegang di bawah sentuhannya. Jemari pria itu dengan lincah menelusup ke bawah pakaian tidur nya, menelusuri setiap lekuk tubuhnya dengan sentuhan yang membuat gadis itu mengerang pelan.

"Lea, kau sangat–sangat sempurna..." suara Deon terdengar serak, hampir seperti rintihan tertahan.

Mereka sama-sama haus akan sentuhan satu sama lain, dan malam itu kembali menjadi saksi bagaimana mereka menghapus batas yang seharusnya ada. Namun, di sela gairah yang membakar, di antara sentuhan dan desahan yang memenuhi kamar, satu nama tetap berputar di benak Allea.

Om Davendra.

Pria yang masih mengunjunginya setiap dua atau tiga bulan sekali. Pria yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian penuh padanya—meskipun tak pernah sepenuhnya menjadi miliknya. Tak akan pernah.

Kenapa? Kenapa dia tak bisa melupakan pria itu meskipun sudah tidur dengan pria lain.. Kenapa!!!

Setidaknya untuk malam ini, tolong lah pergi dari pikiran ku.. Teriak Allea penuh harap di sela desah nya yang tertahan.

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!