BAB 18

Sehari sebelum keberangkatan Allea ke AS..

Meja makan yang sudah lama terasa sunyi kini penuh dengan suara tawa, percakapan, dan dentingan peralatan makan. Ayahnya, Zean, dan istrinya, Bi Gea, duduk di salah satu sisi meja, sementara ibunya, Viora, bersama suami barunya di sisi lain. Ditambah dengan Davendra, Monica, dan Deon juga ada di sana.

Allea hanya diam di kursinya, mencoba mencerna suasana yang masih terasa canggung. Ini pertama kalinya setelah dua tahun ini ia kembali berkumpul di satu tempat dengan ayah dan ibunya, meskipun ada orang baru yang tidak bisa dibilang akrab.

“Makan yang banyak sayang, besok kau akan berangkat,” ujar ayahnya sambil menambahkan lauk ke piringnya.

"Emm, ya Ayah." Allea tersenyum tipis.

Makan siang mereka berjalan dengan obrolan ringan, sesekali diselingi canda dari Deon yang mencoba mencairkan suasana. Namun, Allea tidak benar-benar bisa menikmati kebersamaan itu. Ada perasaan gelisah yang mengendap di dadanya.

Begitu berakhir, ia pamit ke kamarnya dengan alasan untuk mengemas barang. Entah kenapa ia merasa canggung dirumahnya sendiri, ia ingin segera pergi dari keramaian itu secepat mungkin. Hanya saja, mungkin karena dia sudah terbiasa sendiri hampir dua tahun ini.

"Kenapa semua harus berkumpul disini, sih," gumam gadis itu pelan saat menaiki anak tangga ke kamarnya. Allea segera menutup pintu begitu dia masuk. Kamarnya tampak sedikit berantakan dengan buku-buku yang menumpuk di pojokan dan kardus barang-barang miliknya di sisi lain.

"Huft, baiklah. Waktunya berkemas..," Allea melangkah kecil ke lemari pakaian. Kali ini perjalanannya jauh dan akan memakan waktu yang lama, ia harus memastikan semuanya sudah siap.

Allea mulai memasukkan beberapa pakaian ke dalam kopernya, namun tiba-tiba gerakannya terhenti begitu menyadari ada sesuatu yang hilang. Dia yakin menaruhnya di dekat koper sebelum makan tadi, —paspor miliknya tidak ada. Tapi sekarang menghilang begitu saja.

"Apa mungkin Ayah menyimpannya?" batin Allea. Ia keluar dari kamar, berniat bertanya. Ia ingin menemui ayahnya yang mungkin masih ada di bawah. Namun, saat dia ingin menuruni anak tangga, dia mendengar suara ribut dari kamar lama ayahnya. Kamar yang tak jauh dari kamarnya.

Suara yang tak asing terdengar dari dalam sana. Langkahnya langsung terhenti dan dia mengubah haluan, dia penasaran dengan apa yang terjadi.

"Dia sudah dewasa sekarang, sampai kapan kau akan menyembunyikannya?!" suara ibunya, Viora, terdengar marah.

"Ini bukan saat yang tepat," balas ayahnya dengan nada berat.

“Kau sungguh masih tak ingin memberitahu dia? Dia akan pergi besok. Kau sudah menyembunyikan ini terlalu lama! Aku muak dengan semua ini, Zean. Kau pikir aku bisa terus berpura-pura?”

Allea berdiri terpaku di depan pintu. Apa yang mereka bicarakan?

“Justru karena dia akan pergi aku tak bisa memberitahu nya. Jadi bersabarlah, Viora.”

"Sabar? Kau pikir bersikap seperti ibunya selama ini mudah? 18 tahun, Zean. Sudah 18 tahun aku membesarkan anakmu dengan wanita itu, dan sekarang kau masih ingin aku menjadi ibunya? Aku sudah menikah dengan pria lain, sudah cukup, Zean."

Jantungnya terasa berhenti berdetak.. Mendengar ucapan Viora membuat darah Allea membeku.

Apa...? Aku bukan anak ibu? Tangannya bergetar. Ia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Lututnya terasa lemas.

Brak! Tanpa berpikir panjang, Allea mendorong pintu dengan keras, membuat kedua orang di dalamnya terkejut.

“Apa maksudnya?!” suara Allea bergetar. “Apa maksudnya anak wanita itu?!”

Ayahnya dan Viora sama-sama membeku. Tidak ada yang langsung menjawab. Tak seorangpun diantara mereka yang menyadari keberadaan gadis itu, entah sejak kapan ia berdiri disana dan apa saja yang dia dengar. Zean tak bisa menebaknya.

Tatapan Allea penuh tuntutan. Dia ingin jawaban—dia ingin penjelasan.

Bagaimana bisa ini terjadi? Selama ini, ia hidup dengan keyakinan bahwa Viora adalah ibunya, dan bahwa dia masih punya keluarga yang utuh meskipun orang tuanya telah bercerai.

“Jawab aku! Siapa ibuku?!” teriaknya.

Tapi tidak ada yang berani berbicara. Mereka hanya menunduk, seolah-olah mencari cara untuk menghindari pertanyaannya.

"Ibumu sudah meninggal."

Sebuah suara berat terdengar dari ambang pintu. Allea menoleh cepat. Di sana, Davendra berdiri disana. Matanya yang tajam menatap lurus ke arahnya, ekspresi yang sulit diartikan oleh Allea.

Ibuku sudah meninggal? Lalu wanita yang selama ini aku panggil ibuku? Siapa?

Allea kembali menoleh ke ayahnya dan Viora. Namun, mereka tetap diam.

Tidak, ia tidak akan mendapat penjelasan. Tanpa berkata apa-apa lagi, Allea berbalik dan meninggalkan kamar itu. Kepalanya terasa penuh, dadanya sakit.

Jadi, siapa dirinya sebenarnya? perasaan asing yang diberikan ibu-nya setelah bercerai adalah karena ini.. Sejak awal mereka memang tidak punya hubungan darah sama sekali...

Klek. Allea masuk ke kamarnya dan mengunci pintu.

Sementara itu di lantai bawah, suasana berubah hening. Monica, Bi Gea, dan suami Viora menatap satu sama lain dengan bingung. Sedangkan Deon sudah berdiri di tangga hendak ke kamar Allea karena mendengar suara keras gadis itu, namun Davendra menahannya.

“Beri dia waktu,” ucap pria itu dengan nada tenang, meski matanya tetap tajam dan penuh kegelisahan. Deon menghela napas panjang dan menurut.

**

Tok. Tok.

Zean mengetuk pintu, ia mencoba untuk bicara dengan putrinya. Ia ingin memperjelas semuanya. Hari sudah malam dan Allea melewatkan makan malamnya. Ia masih di dalam kamarnya sejak kejadian tadi.

“Lea.., sayang buka pintunya. Ayah ingin bicara,” suara pria itu terdengar lembut. Ia menutup matanya erat, berusaha menahan emosinya. Dia sudah mengetuk berkali-kali namun masih belum ada respon. Tapi dia tidak akan menyerah disana, Zean terus mengetuk pintu dan membujuk Allea.

Dan akhirnya, pintunya terbuka.

Ayahnya masuk, ia melihat Allea yang baru duduk di tepi ranjangnya setelah membuka pintu. Zean mendekatinya dan duduk disampingnya dengan ekspresi yang terlihat lelah dan bersalah.

“Ayah minta maaf, seharusnya ayah mengatakannya dari dulu,” suaranya nyaris berbisik. Zean menarik napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Viora tidak bisa punya anak, dia mandul. Dulu, sebelum kau lahir, Ayah berselingkuh dengan seorang wanita..."

Allea menegang. Jantungnya berdetak lebih cepat begitu mendengar kata 'selingkuh'.

"Saat itu, Ayah tak sengaja bertemu dengan ibumu di bar. Sejak hari itu kami menjadi lebih sering bertemu, ayah semakin tertarik padanya, hingga akhirnya kami menjalani hubungan... Dan dia hamil." Ucapannya sempat terhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Waktu itu, Viora marah besar. Tapi... ayah memohon padanya agar membiarkan anak itu lahir. Ayah ingin punya anak, dia akhirnya setuju. Dan kau lahir.."

Cerita ayahnya membuat mata Allea hampir berkaca-kaca. "Jadi wanita itu—Ibuku?"

Zean mengangguk. "Ya, tapi dia meninggal saat melahirkan mu, Lea."

Tenggorokannya tercekat. Hatinya terasa sakit mendengarnya. Kenapa harus sekarang.. Kenapa baru sekarang ia mengetahuinya..

...----------------...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!