Libur nasional. Tiap dua kali dalam setahun, Allea akan menikmati libur semesternya. Penerimaan rapor hari itu berakhir cepat karena Bibi Gea keluar tak lama saat dia sampai di sekolah. Dia sangat bersyukur tentang itu, hari itu berakhir dengan tenang. Setidaknya dia tidak akan mendengar gosip sebelum kembali ke rumah.
"Ah, hari libur memang menyenangkan," Allea tersenyum begitu menghempaskan tubuhnya di kasur. Wajahnya berseri dan penuh benih-benih kebahagiaan memancar. Sudah lama dia merasa tak se—senang ini. Ia tak harus mendengar apapun tentangnya.
Sudah lima hari, Allea mulai merasa bosan di rumah. Ia menghabiskan waktu dengan membaca novel dan menonton film, tetapi semua itu tidak cukup untuk mengalihkan pikirannya. Ia tak punya orang untuk di ajak bercerita.
Ibunya—Ayahnya hanya menelpon menanyakan nilainya dan basa basi yang ujung-ujungnya mereka harus mengurus sesuatu. Tak ada waktu untuknya, dan Allea tahu pasti soal itu. Mereka berdua hanya sibuk dengan keluarga baru mereka, Allea bahkan sempat berfikir sebenarnya dia sungguh anak kandung atau anak—pungut.
"Emmm," Allea lagi-lagi melamun. Dia memandang langit-langit kamarnya yang putih bersih. Ia tiba-tiba teringat ucapan Davendra lima hari yang lalu, tapi dengan cepat ia menepisnya. Ia mengusir kepingan ingatan itu dari kepalanya.
"Aku harus melakukan sesuatu yang menghabiskan waktu dan tenaga, emmmm—apa ya," lanjut Allea sambil memperhatikan sekelilingnya dengan seksama. Kedua bola matanya berhenti di sudut yang sama, di tempat yang sama di sudut kamar. Itu meja belajarnya, ia sudah menentukan pilihannya. Toko buku.
Satu jam kemudian..
Seorang gadis cantik menuruni anak tangga dengan senang hati, kacamata rose gold bertengger di hidung mancungnya, ia memakai kemeja biru dengan baju putih di dalamnya, celana pendek selutut dan sepatu sneakers putih-biru. Ia tampak sudah bersiap.
Langkahnya berhenti disamping meja makan, dia menyapa seseorang yang sedang berada di dapur.
"Bi, mana Pak Jeremy?" tanyanya sebelum menggigit apel yang baru dia ambil dari keranjang buah.
Bi Len, seorang wanita berumur 40-an mendekatinya dengan celemek yang baru saja terpasang. "Pak Jeremy baru saja keluar, Nona sudah mau pergi?"
Allea mengangguk, ia tak bisa menjawab karena mulutnya penuh berisi apel. Ia mulai melangkah menjauh dari wanita itu, namun kakinya berhenti pada langkah ketiga. Dia melupakan sesuatu, "Aku makan siang diluar ya, Bi," lanjutnya sebelum benar-benar pergi.
Bi Len melihat Allea menghilang di balik pintu, ia tersenyum. Ia ikut senang, sudah lama ia tidak melihat Nona-nya tampak senang. Ia sudah bekerja di rumah besar itu sejak Allea masih dalam kandungan ibunya. Bi Len bahkan tak bisa mengingatnya, Allea berhenti tersenyum sejak ayah dan ibunya bercerai. Tapi mungkin ini kabar baik, Allea sudah mulai membaik. "Syukurlah," gumamnya.
**
Jalanan kota tampak lebih padat dari biasanya, mungkin hari libur adalah penyebabnya. Allea sengaja memilih toko buku di pusat kota, karena ia ingin menghabiskan waktunya diluar rumah. Allea duduk manis di bangku penumpang sambil mendengarkan lagu K-pop favorite nya. Dynamite.
"Cause ah, ah, I'm in the stars tonight
So watch me bring the fire and set the night alight
Shining through the city with a little funk and soul
So I'ma light it up like dynamite, woah," gumam Allea.
Allea bersenandung mengikuti irama lagunya, dia bisa melafalkan liriknya dengan baik. Ditambah lagi, Allea fasih berbahasa inggris. Ia dari kecil sudah ikut les beberapa bahasa, ia bisa memahami bahasa Inggris, Jerman dan Mandarin. Ditambah lagi setelah lulus dia ingin berkuliah di luar negeri.
Gedung yang luas dan unik. Allea sampai didepan bangunan dengan dua tangga melingkar di sudut kanan dan kirinya. Orang-orang tampak keluar masuk dengan buku di tangan mereka, dia pergi ke tempat yang tepat.
"Nona, saya akan menunggu di parkiran depan, ya." ucap seorang pria berkumis yang sedari tadi mengemudi dengan tenang, Pak Jeremy. Sopir pribadinya. Ia berucap tepat sebelum Allea membuka pintu.
"Oh, tidak-tidak. Aku akan lama, Pak Jer pulang saja." Allea menghidupkan layar ponselnya, dia melihat jam. "Mungkin agak sorean," lanjutnya.
"Baiklah Nona, nanti telepon saja, ya." Jawab pak Jeremy dengan ramah seperti biasanya.
Allea mengangguk, dia menarik nafas sebelum benar-benar keluar dari mobil. Udara segar pagi menjelang siang di hari yang cerah itu serasa sangat menyegarkan, kedatangan Allea disambut dengan hangat.
Tujuh rak ke samping dan tiga rak ke depan, Allea berada di persimpangan celah rak-rak buku yang tersusun rapi. Sekitar puluhan rak penuh dengan ratusan buku berada di sekelilingnya, Allea bingung ingin memulai dari mana. Tapi yang pasti dia sudah berada di tempat buku-buku novel bersemayam. Di bagian dalam toko sebelah kanan.
"Emmm, aku ingin sesuatu yang—panas," ungkap Allea sambil berjalan di antara rak-rak kayu mengkilat. Matanya tak pernah lari dari tulisan kecil yang menempel di setiap buku yang dia lihat, dia memperhatikan nya dengan sangat hati-hati. Tak ingin terlewatkan satu buku pun.
From The Dark, Michele Hauf
"Ini dia," gumam Allea senang. Allea menemukan satu, di barusan paling buku rak yang sedang ia telusuri. Dia sudah menargetkan akan membeli tiga buku novel disana. Sisa dua buku lagi.
Tuk!
Sepertinya ia menabrak sesuatu, bukan—Allea menabrak seseorang. Dia langsung berbelok di ujung rak tanpa melihat sekelilingnya.
"Maaf aku—," kalimatnya terhenti. Allea langsung terpaku tak bergerak sama sekali. Ia menabrak seseorang yang tidak asing, ia bisa mencium aroma yang dia kenal. Aroma menenangkan yang dia kira parfum mobil. Itu bukan mobil, ternyata aroma itu berasal darinya—Davendra.
Davendra menunduk sambil mengernyit, gadis itu memang lebih pendek darinya. Mata mereka bertemu, tetapi ekspresi wajah pria itu sangat datar, seolah mereka adalah dua orang asing yang baru bertemu.
"Ya," balas Davendra singkat. Dia berpaling, dia langsung berjalan melewati Allea tanpa kata lanjutan—tanpa salam. Mereka hanya bertukar pandang sekilas dan kemudian berpisah. Seakan kejadian barusan hanya kebetulan singkat yang tak perlu diingat.
Allea juga melanjutkan misinya, dia mulai menyusuri rak-rak yang berada jauh dari tempat semula. Sepertinya dia hanya akan membeli satu buku novel saja dan sisanya buku pelajaran, lagipula dia sudah menjadi siswi kelas tiga SMA begitu liburnya usai.
Dan sepertinya dia ingin segera pulang, meskipun ia baru berkeliling satu setengah jam tapi dia sudah tidak mood untuk berada disana lebih lama.
"Aku ingin pulang," ucap Allea ketus di telepon begitu seseorang menjawab teleponnya. Dia menelepon Pak Jeremy. Mood nya sudah hancur, sifatnya sudah kembali seperti biasanya. Dia bahkan langsung mematikan telepon itu begitu Pak Jeremy menjawab, "Iya—" kalimatnya bahkan tak utuh.
Allea menggertakkan giginya, dia sedang mengantri di meja kasir dengan kondisi yang setengah melamun. Sekuat apapun ia ingin meyakinkan dirinya bahwa ia membenci Davendra, tapi pertemuan singkat dengan pria itu justru membuatnya semakin terganggu.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments