BAB 3

Mobil Pajero Sport Facelift hitam terparkir di pekarangan sebuah restoran Italia. Pekarangan yang penuh dengan kerikil dan beberapa vas dengan bunga mekar tumbuh di dalamnya. Restoran yang tampak elegan dengan kilauan lampu yang berwarna kekuningan tampak dari luar.

Pohon besar yang ada di samping restoran itu menjadikannya seperti tempat yang tidak terlalu formal, tempat yang menenangkan.

"Wah, aku baru tahu ada restoran ini disini, kapan-kapan aku harus ajak—tidak. Apa yang kupikirkan," batin Allea setelah terkejut kagum dengan pemandangan menyejukkan mata yang baru saja dilihatnya. Ditambah lagi dia kesana dengan seorang pria, pria asing dan tempat mewah. Dia tak pernah memikirkannya.

"Kuharap kau suka," ujar Davendra, langsung membangunkan Allea yang hampir tenggelam dalam lamunannya. Ia membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Ia kembali tersenyum ramah, dia pria yang baik. Seberapa keras pun Allea berfikir tentang pria itu. Dia akan selalu menyimpulkan dia adalah pria yang baik.

"Terimakasih," balas Allea begitu pintu mobil kembali menutup. Siang ini lebih sejuk dari biasanya, mungkin karena dia berada di bawah pohon yang rindang. Allea menutup matanya menikmati angin sepoi-sepoi yang menyapu lembut rambutnya yang panjang terurai.

Hangat. Sesuatu yang hangat menyentuh telinganya, Allea langsung membuka matanya, ingin melihat apa yang ada di samping pipinya. Tangan Davendra.

"Ah, maaf. Kupikir itu akan mengenai matamu.," dengan cepat Davendra menarik tangannya kembali. "Ayo masuk."

Davendra mulai melangkah pergi meninggalkan Allea yang tanpa dia sadari mukanya sudah memerah, tapi ia tak ingin berlama disana. Allea segera menyusul pria itu dan masuk ke dalam restoran bersama. Aroma keju bercampur bumbu-bumbu an menyambut mereka begitu masuk. Mereka memilih duduk di meja paling pojok.

Tak lama, seorang pelayan dengan celemek cream datang menghampiri mereka, "Selamat datang, silahkan ini menunya," ucapnya dengan ramah. Namun keramahan itu hanya berlaku sepersekian detik, ia menatap Allea dan Davendra bergantian dengan tatapan yang jelas merendahkan.

Allea langsung mengalihkan pandangannya keluar jendela, ia menyadarinya. Dia tak akan pernah benar, dimana pun ia berada. Bahkan hanya duduk diam pun orang lain masih berpikir buruk padanya. Kenapa dunia ini begitu tak adil padanya. Tuhan—sebenarnya apa rencana-Mu untuknya.

"Allea, kamu pesan apa?" tanya Davendra setelah memutuskan pesanannya, tapi Allea tak menjawab, ia bahkan tak membuka menu di hadapannya. Dia hanya menatap keluar dengan tatapan kosong, seakan dia tak peduli dengan sekitarnya.

"Dua porsi Carbonara, dua gelas teh hangat, satu Gelato dan satu Tiramisu," ucap Davendra pada pelayan yang masih berdiri di sudut meja mereka dengan tatapan tak suka. Sepertinya Davendra tahu apa yang terjadi, jika dilihat dari sudut pandang orang lain. Mereka memang tampak mencurigakan.

"Kau tau anak-anak suka makanan manis," lanjutnya tak ingin disalahpahami, dengan sengaja menunjukkan cincin di jari manisnya saat mengembalikan menu pada pelayan itu. Benar. Davendra sudah menikah.

Pelayan itu pun menunduk dan segera pergi, meninggalkan Davendra yang bingung harus bagaimana menghadapi Allea yang tampak sedang dalam situasi yang tidak baik-baik saja. Ia belum pernah berurusan dengan seorang anak sebelumnya, dia memang sudah menikah 8 tahun tapi ia tak punya anak.

Davendra adalah pria yang sudah menikah, dan ia berumur 37 tahun. Butuh Dua puluh tahun lagi bagi Allea untuk menyamai nya, bahkan umur Allea masih 17 tahun. Meskipun umurnya sudah hampir berkepala empat, wajah dan postur badannya masih tampak bugar seperti pria berumur 20-an. Mungkin pelayan tadi memang mengira dirinya berselingkuh.

Apa mungkin orang-orang mengira selingkuh hanya di umur 20-an? Mereka bahkan belum menikah tapi sudah memutuskan hal-hal diluar kendali mereka. Orang-orang mengira umur 30-an dan di atasnya adalah orang dewasa dan tak akan menyalahi aturan?

Hei. Ayolah. Orang bodoh mana yang akan berfikir demikian, mereka hanya ingin membela diri. Bukankah begitu? Meskipun tak semua orang akan berkhianat, namun bagi beberapa orang ada rasa aneh yang menanggal di hati mereka hingga membuat mereka terjerumus pada hal yang seharusnya tak mereka lakukan

"Allea?" Davendra mencoba berbicara dengan Allea. Dia memanggilnya beberapa kali namun tak ada jawaban, gadis itu sungguh sudah tenggelam dalam lamunannya. Hingga akhirnya satu sentuhan dari ujung jari Davendra menyadarkannya.

"Ya?" respon Allea lemah, suaranya hampir terdengar seperti berbisik.

"Oh, aku sudah memesan makanan untukmu. Kau suka Carbonara?" Davendra mencoba untuk mendekatkan diri, mungkin dia melakukan suatu hal yang bisa menghibur gadis itu.

"Suka," balasnya singkat. Dia dibesarkan di keluarga kaya, dia tidak mungkin tidak pernah memakannya. Lagipula Carbonara masih berada dalam rentangan yang umum di semua kalangan. Tapi ekspresi nya, sepertinya ia tak bisa mengendalikannya kali ini. Sifat dinginnya kembali lagi. Kehangatan dirinya hanya kembali untuk muncul sebentar.

"Baguslah," Davendra tampak terdiam sejenak sebelum kembali berkata, dia harus mengajukan sesuatu yang tidak membosankan. "Eee—sepertinya makanannya akan sedikit lama, jadi—Allea.. apa kau lulus tahun ini?"

Allea mengernyit tak suka, tapi ia sebisa mungkin untuk menjawab, "Aku baru kelas 2," jawabnya berat. Pikirannya kembali bergejolak, "Aku ingin ke toilet." Ia pergi. Allea langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Davendra, pria itu tampak kebingungan.

"Apa itu tadi, apa dia pikir aku sudah sepantasnya lulus tahun ini," gerutu Allea begitu masuk kamar mandi, mengejutkan seorang wanita yang hendak keluar.

"Dada sialan," lanjutnya begitu ia berdiri di depan cermin yang memantulkan tubuhnya, jika dilihat dari sudut manapun dadanya memang lebih menyembul keluar dari siswi lainnya, serasa ingin merobek seragamnya. Sepertinya dia butuh seragam baru.

Tapi tetap saja, Allea tak menerimanya. Allea langsung masuk ke dalam toilet dan merogoh sekotak rokok dalam saku rok abu nya, ia ingin meredakan amarahnya sejenak. Ia tak bisa mentolerir apa yang pria itu katakan, berarti pria itu sedang melihat tubuhnya. Bukankah begitu, bukankah ini pelecahan?! Belum sempat ia menyalakan pemantiknya, ia langsung bergegas keluar.

Brak.

Allea tiba-tiba memukul meja, mengangetkan Davendra yang tengah menyeruput teh hangat yang baru saja tiba. Bukan hanya pria itu, tapi hampir semua pelanggan yang makan siang disana terkejut dengan tamparan keras di meja pojok. Hingga kegiatan di kasir pun terhenti, sebab ingin melihat apa yang terjadi disudut restoran.

"Kau—apa kau melihat dadaku?" ucap Allea lantang. Sontak langsung membuat Davendra menyemburkan kembali teh hangat yang masih ada di mulutnya. Sifat pemalu dan manis Allea yang dilihat oleh Davendra beberapa saat lalu sungguh lenyap sepenuhnya.

Ucapan Allea yang keras langsung menggegerkan seisi restoran, orang-orang mulai berbisik-bisik dan tertawa sinis menatap ke arah Davendra.

"Ap—apa?!" Davendra langsung berdiri, dia berhadapan dengan Allea yang setinggi bahunya itu. "Apa yang kau bicarakan?" lanjutnya setengah berbisik pada Allea.

Allea tak menjawab, dia menatap Davendra dengan tatapan tajam dan menantang. Bagi seorang pria seperti Davendra, seorang pengusaha yang tak pernah mengenal kalah dan tak pernah di jadikan bahan cemoohan, ia sangat tak terima dengan apa yang baru saja Allea lakukan padanya.

Gadis itu sudah membangunkan singa yang tengah tidur, Davendra merogoh dompetnya dan meninggalkan tiga lembar uang cash di atas meja. Jika dihitung, uangnya berlebih. Tapi itu tak akan jadi masalah baginya. Tak sebanding dengan harga diri yang baru saja dirusak oleh seorang gadis SMA yang baru saja dikenalnya itu.

"Ikut aku," dengan kasar Davendra menarik Allea keluar dari restoran. Dia melangkah cepat, membuat Allea hampir terjatuh saat mereka tiba di parkiran depan dengan ribuan kerikil di tanah. Tenaga mereka tak imbang, sangat berbeda jauh.

"Ahh," Allea mendesis begitu Davendra mendorongnya untuk masuk ke mobil, di bangku penumpang. Pria itu dengan segera masuk mobil dari sisi lain begitu menutup pintu. Tanpa pikir panjang, Davendra melajukan mobilnya keluar dari pekarangan restoran dan melaju kencang di jalan raya.

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!