Tuk.. Tuk.. Tuk..
Langkah kaki yang perlahan, Allea mengayunkan kakinya berirama rendah. Siapapun akan berfikir dia tak punya semangat, ia memang tampak lesu.
"Kenapa dia harus datang!?" gerutu Allea.
Allea butuh berlabuh, ia butuh tempat untuk merenung. Tapi dimana..—Allea terus berjalan, membiarkan langkah kaki membawanya ke tempat yang tak di rencanakan.
Ciiitttt.... Suara decitan mobil di ikuti klakson beruntun mengejutkan Allea. Ternyata tanpa sadar, dia melangkah ke tengah jalan tanpa memperhatikan lampu lalu lintas yang masih menyala hijau untuk kendaraan.
Mobil di depannya mengerem mendadak, menyebabkan mobil-mobil di belakangnya ikut berhenti secara tiba-tiba. Allea terpaku di tempat, napasnya tercekat saat menyadari bahwa dia hampir saja menjadi penyebab kecelakaan beruntun. Atau mungkin—itu adalah tempat terakhirnya di dunia ini.
Sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tak jauh dari tempatnya berdiri. Pintu mobil terbuka, dan seorang pria keluar dengan langkah cepat. Dia tampak sudah berumur 30-an, tapi kacamata dan badannya yang tegap membuatnya tampak berusia masih 20-an tahun.
"Kau baik-baik saja?"
Pria itu langsung menghampiri Allea, wajahnya tampak tegang dan matanya tajam menatapnya. Dia tak marah—pria itu cemas. Allea berusaha menatap matanya tapi kakinya tiba-tiba lemas. Allea hampir terjatuh, untungnya dengan sigap pria itu menangkapnya.
“Kau gila?! Kalau mau mati jangan di siang bolong!” suara pengemudi yang lewat terdengar berat dan tegas, membuat Allea tersentak meski berada dalam dekapan pria tadi. Tapi ia tak bisa menjawab, ini pertama kalinya dia berada dalam situasi yang hampir merenggut nyawanya. Tanpa dia sadari, pria tadi menggantikannya untuk menunduk ramah dan meminta maaf.
Allea hanya bisa diam, ia masih terguncang dengan apa yang baru saja terjadi. Tubuhnya seketika tak bertenaga. Pria itu menghela napas panjang, lalu menatap Allea dengan ekspresi yang lebih lembut, seolah baru menyadari sesuatu.
Dia seorang siswi SMA? gumam pria itu, dia melirik pada label SMA Geneva yang di kenakan Allea.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya lagi, nada suaranya sedikit lebih lembut kali ini.
Allea mengangguk pelan, masih sulit baginya untuk berbicara. Orang-orang mulai mengerumuni mereka, bertanya-tanya apakah ada kecelakaan. Pria itu menoleh ke arah mobilnya, lalu kembali menatap Allea. Aku tak mungkin meninggalkannya disini, batinnya.
“Kita pergi ke tempat lain,” katanya, lalu dengan lembut membawa Allea yang masih bersandar padanya untuk segera masuk ke mobilnya. Dia yakin gadis itu butuh tempat untuk menenangkan diri.
Rasanya aneh, tapi Allea hanya menurut. Perasaannya mulai menjadi lebih tenang begitu pria itu melajukan mobilnya meninggalkan kerumunan. Wangi yang menenangkan, dia tidak tahu ada pengharum mobil yang berbau lembut dan enak dicium. Atau mungkin—itu adalah aroma pria itu.
Allea melirik singkat pada pria tak dikenal itu, ini pertama kalinya dia berinteraksi dengan pria selain ayahnya. Bahkan ia sudah lupa bagaimana ia dan ayahnya saat itu, sudah cukup lama sejak terakhir kali mereka bertemu. Allea ingin berkata, Maaf dan —terimakasih. Namun rasanya seperti ada sesuatu tersangkut di tenggorokan nya, ia sulit untuk bersuara.
"Aku Davendra," ucap pria itu tiba-tiba membuyarkan niat nya. Allea sedikit terkejut saat pria itu memperkenalkan dirinya, dia kira pria itu hanya simpati sementara dan tak ingin berbicara lebih dengannya.
"A—a—aku Lea, Allea," balas Allea gugup.
Allea menjadi berani menatap pria itu lebih lama kali ini—pria dewasa, berpenampilan rapi, dan ada sesuatu dalam sorot matanya yang sulit Allea pahami. Pria itu masih fokus menyetir, sepertinya dia tidak akan menurunkan Allea. Tak ada pergerakannya pria itu akan menepi.
“Kau selalu sembarangan menyeberang jalan seperti itu?” Davendra bertanya dengan nada sedikit bercanda, meskipun masih ada kekhawatiran di wajahnya. Tapi ia mencoba untuk mencairkan suasana. Dalam pikirannya, seorang siswi SMA yang tiba-tiba melompat ke tengah jalan bukanlah perkara sederhana.
Entah mengapa kehadiran pria ini sedikit membuatnya merasa lebih tenang. Allea tersenyum tipis, "maaf, aku tidak bermaksud begitu. Hanya—sedikit melamun." Ekspresi dingin dan cuek yang selama ini dia jadikan topeng, langsung terbuka dalam sekejap di depan pria asing yang baru berkenalan nama olehnya.
Davendra melihat jam tangannya, sudah hampir waktunya makan siang. Dia menatap gadis SMA itu dan menawarkan makan bersama. “Mau makan sesuatu? Aku tahu tempat yang bagus di dekat sini.” Davendra melajukan mobilnya agak pelan, ia ingin mendengar suara gadis itu lebih jelas dan tak ingin ada unsur paksaan.
Tawaran itu langsung mendapat jawaban, untuk sejenak Allea masih ragu, tapi bagaimanapun dalam pikirannya pria itu adalah orang baik. Tak ada terjadi sesuatu yang tidak mengenakkan. Allea sempat bergumam sebelum mengangguk.
"Okey, aku yakin makanannya akan cocok dengan seleramu," ucap Davendra senang sebelum ia kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments