Zidan pun berbalik dan kembali menuju mobil dimana supir telah menunggunya.
Jantungnya berdebar tak karuan saat melihat Gia. Gia yang sekarang berbeda dengan Gia 3 tahun lalu. Dalam kacamata pria, Gia terlihat lebih cantik, bahkan sangat cantik saat ini.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya supir saat melihat Zidan berjalan sambil tersenyum dengan satu tangan memegang dadanya.
Zidan tersadar dari lamunannya, dia berdehem menghilangkan gugup, rona merah tercetak jelas dikedua pipinya.
"Tidak, tidak apa-apa, Paman. Ayo kita pulang," jawab Zidan sambil masuk kedalam mobil.
30 menit berjalan, mereka pun sampai di mansion milik kediaman milik Albert.
Zidan melihat mansion tersebut dengan tatapan nanar. Ada sakit yang menggeroti hatinya kala mengingat dia bukan bagian dari bagian keluarga yang diinginkan.
"Tuan, sudah sampai," ucap supir menyadarkan Zidan dari lamunannya.
Zidan menjawab dengan tersenyum, lalu dia membuka pintu mobil. Kakinya mulai melangkah dengan pelan masuk kedalam mansion.
"Mommy!" panggil Zidan pada wanita yang masih terlihat cantik diusianya yang tak lagi muda.
Sonya yang mendengar suara Zidan langsung berbalik kebelakang. "Putraku," ucap Sonya sambil merentangkan tangannya agar Zidan memeluknya.
"Mommy, kenapa mommy menunggu ku diluar. Disini dingin, mom," jawab Zidan sambil membalas pelukan Sonya.
"Kau lama sekali, Mommy sudah menunggu mu dari tadi," keluh Sonya sambil melepaskan pelukannya. Dia menatap putra tirinya lekat-lekat. Walaupun Sonya tak mengandung Zidan. Namun, sonya tau apa yang dirasakan putra tirinya. Sonya melihat jelas gurat-gurat kesedihan di wajah Zidan.
"Mommy, kenapa memandang ku. Apa aku terlihat sangat tampan?" tanya Zidan.
Sonya mengelus pipi Zidan, " Kau, selalu terlihat tampan. Ayo masuk, semua sudah menunggu mu."
"Kau sudah datang?" tanya Albert dengan nada dinginnya saat melihat Zidan. Zidan sudah tak aneh lagi atas sikap Alberth padanya. Sikapnya sama seperti Zayn, sama-sama bersikap dingin padanya. Di mansion tersebut hanya Sonya lah yang bersikap baik padanya. Zidan tak pernah mengeluh, dia selalu berkata pada dirinya bahwa kehadirannya adalah kesalahan, hingga dia selalu menurut pada Alberth mau pun Zayn.
Zidan membungkuk hormat, pada Alberth yang sedang duduk sambil memeriksa ponselnya.
"Bagaimana kabar, mu, Dad?" tanya Zidan. Dia ingin ikut duduk disofa. Namun, dia tak seberani itu.
Mendengar ucapan Zidan, Alberth menoleh sebentar, lalu kembali pokus pada ponselnya. "Duduklah," ucap Alberth.
Zidan pun menurut, dia langsung duduk dihadapan Alberth.
Hening
Hening
Hening
Setelah Zidan duduk tak ada satu patah kata pun keluar dari bibir mereka. Zidan terlalu malu untuk bertanya kembali, sedangkan pertanyaan barusan saja tak dijawab oleh Alberth.
"Mulaillah berkerja besok. Kau sudah pantas menjadi wakil Ceo." Setelah sekian lama bungkam, Albert pun mulai berbicara. Dan setelah berbicara dia bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Zidan.
Dad, aku putramu. Tak bisakah mau bertanya bagaimana kabar ku.
Zidan membatin dalam hati. Matanya berkaca-kaca. Tak ingin terlihat lemah, Zidan pun segera pergi ke kamarnya.
••
Gia melangkahkan kakinya dengan gontai, lokasi apartemennya tak telalu jauh dari pemakaman. Hingga dia memutuskan untuk berjalan kaki dan menikmati langit sore.
Saat dia sampai di apartemenya, Gia segera melepaskan semua pakaian yang melekat dari tubuhnya. Dia berjalan kekamar mandi dan memulai ritual mandi untuk menyegarkan badannya.
Setiah hari Rabu, jiwa Gia seakan hilang, kenangan buruk selalu terlintas diotaknya. Dimana dia mengalami tragedi hingga ibunya meninggal. Gia melihat jam kecil diatas nakas, dia mendesah saat melihat jam baru jam 5 sore. Rasanya Gia ingin hari ini cepat berlalu. Gia pun memutuskan untuk berbaring sejenak.
•••
"Gia, ada apa dengan mu? kenapa kau terlihat pucat?" tanya Nana saat melihat Gia berjalan dengan gontainya dengan wajah yang pucat.
"Aku tidak apa-apa. Nana. Ayo kita masuk," ajak Gia sambil merangkul tangan nana. Dia tak ingin mendengar Nana terus berbicara.
Setelah sampai diruangan masing-masing. Gia pun larut dengan pekerjaannya. Hingga dia tak sadar ada yang memperhatikannya.
••
Setelah, berpuas-puas dengan para wanita, Zayn sudah kembali lagi bekerja seperti semula. Dia berusaha menghapus Lisa dari otaknya. Walaupun dia tak mengelak bahwa rasa cintanya lebih besar dari pada rasa bencinya.
Tiba-tiba dia melempar pulpen ditangannya, dia benar-benar tak bisa menghapus Lisa dari ingatannya.
"Zayn, ada apa dengan mu?" tanya Sonya yang baru saja datang keruangan Zayn.
Zayn langsung melihat kearah pintu, "Mommy!" panggil Zayn. Zayn bangkit dari duduknya, dia langsung memeluk Sonya.
"Duduklah, Mommy ingin bicara dengan mu!" titah Sonya.
Zayn pun menurut, dan kini mereka sudah saling duduk dengan posisi berhadap-hadapan.
"Zayn, mommy tak ingin basa-basi dengan mu. Mommy sudah dengar tentang Lisa. Dan kau tak lupa bukan tentangag kesepakatan kita dulu," ucap Sonya dengan raut wajah serius.
"Mommy, bisakah kita melupakan kesepakatan kita dulu!" pinta Zayn penuh harap.
"Zayn, Mommy sudah bilang bukan padamu, Lisa tak baik untukmu dan kini bukankah terbukti. Sekarang tepati janjimu. Mommy, tak mau tau. jika kau tak bisa mencari wanita baik Mommy yang akan mencarikan mu wanita dan segeralah memberi mommy cucu." Sonya pun bangkit dari duduknya. "Ingat, Zayn. Jika kau tak menepati janjimu. Mommy akan menyuruh pemegang saham berikan jabatanmu lada ZIdan."
"Markk!" teriak Zidan dengan emosi saat Sonya pergi dari ruangannya.Tak salah lagi, Mark lah yang membocorkannya masalahnya pada Sonya.
Saat Sonya berjalan di lobi, Matanya melihat Gia sedang membawa dokumen.
"Tunggu, bukankah dia ...."
Jangan lupa Vote ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 590 Episodes
Comments
Fitrianinaim_queen03
aku baru baca tp sudah di bikin melow 😭😭
2022-07-02
1
Jones Mait
ljt
2022-04-20
0
Shellia Vya
Si Zayn pura2gak kenal sama Gia atau memang lupa?
2022-02-07
0