Hari pernikahan antara Amarta dan Adrian akhirnya tiba.Dengan menggunakan pakaian adat jawa,Amarta nampak sangat cantik dan anggun,begitu juga dengan Adrian yang terlihat semakin tampan.
Tidak ada keraguan saat Adrian mengucapkan ijab qobul dalam satu kali tarikan Nafas.
Kini Amarta dan Adrian telah sah menikah,baik secara agama dan hukum negara.Kedua orang tua Amarta tidak dapat membendung kebahagiaannya saat melihat anaknya telah sah menjadi istri orang.
Banyak do'a dan harapan yang orang tua Amarta ucapkan saat melakukan sungkeman yang begitu mengharu biru,ditambah dengan keadaan Adrian yang telah yatim piatu menambah suasana pernikahan keduanya tampah sendu namun membahagiakan.
Kini mereka berada dalam kamar pengantin sebelum acara resepsi akan diadakan sore harinya.Tidak ada yang Amarta sembunyikan pada siapapun tentang pernikahannya,justru Ia mengundang semua orang yang Ia kenal,terutama semua rekan bisnisnya yang telah bekerja keras dan menjadikan Perusahaan Amarta menjadi yang paling tinggi penjualannya.
Adrian membawa 2 minuman serta 2 piring makanan kedalam kamar pengantin saat Amarta tengah sibuk membalas pesan dari teman-temannya yang tak bisa hadir.
"Sayang.....,makan dulu yuk..?",ucap Adrian mendekat ketelinga Amarta dengan suara yang sedikit berbisik.
Amarta hampir menjatuhkan ponselnya jika Adrian tidak menggenggam tangan Amarta.
"Adrian....,jangan ngagetin gitu dong,kan aku kaget jadinya",ujar Amarta sambil meletakkan ponselnya dimeja yang ada dikamar pengantinnya.
Namun bukan tentang Adrian yang tiba-tiba bersuara dengan jarak yang sangat dekat,namun ada perasaan lain pada hatinya saat Adrian berbicara dekat dengan telinganya.
Adrian mengajak Amara untuk duduk dikursi sofa untuk mengurangi kecanggungan diantara mereka dan meminta Amarta untuk menatapnya.
"Sayang....,bisakah mulai hari ini jangan hanya memanggilku dengan sebutan nama?panggil apa aja asal jangan hanya nama,karena bagaimanapun kita telah sah menikah,kita harus membiasakan diri untuk saling menghargai satu sama lain,apalagi nantinya kita akan terbiasa bersama didepan banyak orang,sungguh tidak enak didengar jika suami istri memanggil hanya namanya saja".
Amarta memahami apa yang Adrian katakan,dengan malu-malu,Amarta memanggil dengan sebutan Mas.
Adrian tersenyum dan hatinya berdesir sama seperti saat Amarta mencium tangan Adrian setelah ijab qobul selesai.
Adrian memberikan 1 piring makanannya ketangan Amarta dan mereka menikmati makan siang dalam diam.Jika Adrian diam karena memikirkan hatinya yang terasa berbeda,lain halnya dengan Amarta yang pikirannya tertuju pada apakah Adrian akan meminta hak nya sebagai suami setelah mereka sah menikah,atau Adrian akan melewatkan begitu saja karena belum ada cinta diantara mereka,dan Amarta kembali teringat dengan surat kontraknya yang tak menuliskan hal semacam itu kedalam surat perjanjiannya.
Setelah menghabiskan makanannya,Amarta memilih merebahkan dirinya dikasur dan Adrian turut serta dan mengambil ponsel milik Amarta yang terus digenggamnya.
"Mulai hari ini kita harus bayak ngobrol sayang...,ngobrol apa aja aku akan dengarkan,kamu nggak akan cerita kalau ternyata keluarga besarmu adalah orang-orang yang sangat sukses?bahkan tempat aku berkuliah juga bagian dari yayasan milik keluarga besarmu,ternyata dunia sesempit itu sehingga kita ditakdirkan berjodoh seperti ini".ucap Adrian dan meminta Amarta untuk menatapnya.
Amarta menatap Adrian dengan wajahnya yang tampak serius."Mas...keluarga besarku ya keluargamu juga saat ini,jadi jangan merasa rendah diri saat berhadapan mereka,karena sekarang kita telah menikah,jadi kita bisa mengusahakan apapun kedepannya untuk masa depan kita berdua".
Adrian memeluk Amarta dengan tiba-tiba."Terimakasih ya sayang...,semoga kedepannya kehidupan kita akan membaik".
Amarta segera melepaskan pelukan dari Adrian saat Ia teringat dengan sesuatu yang membuat mereka sampai sejauh ini,apalagi jika bukan nominal uang yang Adrian dapatkan saat mereka kini telah sah menikah.
Amarta membuka koper yang berisi pakaiannya serta amplop yang telah Ia siapkan sebelumnya.
"Mas....(menyerahkan Amplop),didalam situ ada cek uang senilai 9 milyar,itu uang yang aku janjikan setelah kita sah menikah,terserah uang itu mau Mas apakan,karena setiap bulannya aku akan memberikan uang sama Mas sampai 1 tahun kedepan".
Adrian menatap nanar amplop yang Amarta berikan,Ia menerima dan membuka nominal cek yang Amarta berikan.
"Sayang...,aku tau ini bagian dari isi surat perjanjian kontrak kita,tapi bisakah kamu mengelolanya dengan uang itu untuk Perusahaanmu?anggep aja aku menaruh modal untuk Perusahaanmu,jadi aku bisa mendapatkan keuntungan setiap bulannya dan dari keuntungan itu bisa aku gunakan untuk memberi nafkah kepadamu",ucap Adrian hati-hati.
Amarta terdiam,Ia tau bahwa Adrian ingin tetap pada porsinya sebagai suami sekaligus kepala rumah tangga yang ingin memberikan nafkah kepada istrinya,namun bukan itu yang Amarta kawatirkan,karena Amarta berpikir suatu saat mereka tidak berjodoh dam harus pisah saat 1 tahun pernikahan,modal yang Adrian berikan akan mempengaruhi hubungan mereka kedepannya.
Amarta memberanikan diri untuk mengungkapkan sebuah ide yang terlintas dikepalanya.
"Mas...,bukan maksud aku menolaknya,tapi mungkin kamu bisa gunakan uang itu untuk mewujudkan mimpi yang ingin kamu capai,gunakan uang itu sesukamu Mas,itu hak mu dan kamu bebas menggunakan uang itu untuk apapun".
Adrian terdiam memikirkan ide yang Amarta sampaikan,tapi disisi lain,Adrian berpikir bahwa Amarta tidak ingin ada keterikatan lebih dalam diantara mereka selain surat perjanjian nikah kontrak yang saat ini mereka jalani,tapi hatinya berkata bahwa Amarta melakukan itu karena ingin Adrian mulai merintis kehidupannya.
Sebuah ide terlintas pada Adrian saat Ia kembali teringat tentang restoran yang menjadi jalan hidupnya bertemu Amarta.
"Sayang....,bolehkan aku menggunakan uang itu untuk membuka sebuah restoran makanan?sepertinya menyenangkan,apalagi jika nanti restoran itu bertahan lama dan menjadi kenangan banyak orang ketika mengunjungi restoran tersebut".
Amarta tersenyum dan mengusap lembut lengan Adrian."Nah ini yang aku mau dari kamu Mas...,kamu gunakan uang itu sebagai batu loncatan yang akan berguna untuk masa depanmu,sekaligus biar kamu bisa terjun langsung merasakan sendiri bagaimana sebuah usaha berjalan,jadi ketika nanti Perusahaanku ada masalah,kamu bisa menopang kehidupan rumah tangga kita tanpa takut kita kekurangan,kita juga bisa saling memberikan solusi untuk usaha kita masing-masing,biar kita tetap ada obrolan setiap harinya,karena akan ada 1 tahun kedepan kita menjalani kehidupan yang tak pernah kita pikirkan sebelumnya,jadi lakukan yang terbaik selama itu bisa dilakukan".
Kini Adrian menyadari semua yang Amarta utarakan,Ia menyadari bahwa sebagai suami dan kepala rumah tangga,Ia harus berjuang sekuat tenaga untuk memberikan kehidupan yang layak untuk istri dan anak-anaknya kelak,sekaligus Adrian akan gunakan uang itu untuk tabungannya kelak jika memiliki seorang anak,bahkan entah kenapa Adrian ingin tetap menyimpan utuh uang 10 Milyar yang Amarta berikan kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments