Amarta kembali masuk kedalam mobilnya bersama Adrian yang berada dibalik kemudi.
Namun saat baru beberapa langkah mobilnya melaju,seseorang menghentikan mobil yang Adrian kendarai dengan menghadangnya ditengah-tengah jalan.
Amarta langsung keluar saat tau orang yang menghadangnya adalah sahabatnya dulu.Tapi sahabatnya kini berubah total,tidak ada lagi wajah memakai riasan ,tidak ada lagi baju rapi serta tas yang dikenakannya,tapi hanya daster pendek serta sendal jepit yang Ia kenakan dan keliatan sangat lusuh dan perut yang terlihat semakin membesar.
"Kamu ngapain kesini?mau ikut masuk penjara juga?tuh kekasihmu mau aku jeblosin kedalam penjara karena terus menggangguku",ucap Amarta ketus.Namun yang Amarta liat malah tangisan Fani yang tiba-tiba ,bahkan tangisannya mulai mengganggu para pengendara yang sedang melintas dan beberapa security yang mulai menatap tajam pada mereka berdua.
Tau jika kondisinya tidak kondusif,Amarta mengajak Fani untuk masuk kedalam mobilnya.Didalam mobil itu,Amarta kembali mencerca Fani dengan banyak pertanyaan,termasuk pertanyaan tentang dia yang tega membuat undangan palsu hanya karena ingin menunjukkan bahwa mereka akan menikah.
"Ada perlu apa kamu kerumah orang tuaku segala?berani sekali kamu menunjukkan batang hidungmu pada keluargaku?nggak inget apa yang sudah kamu sama aku dan keluargaku?",tanya Amarta enggan untuk melihat wajah Fani yang duduk dibelakang mereka.
"Hiks Hiks Hiks....,Maafin aku Amarta...,aku tau aku salah,tapi semua itu karena Febrian yang terus menggodaku,aku kesini niatnya untuk meminta pekerjaan pada orang tuamu,jadi ART pun nggak apa-apa,tolong bantu aku Amarta,saat ini semua keluargaku sedang kelaparan dirumah,tolong aku Amarta....".
Amarta meminta Adrian untuk menghentikan mobilnya.
"Keluar!!kita tidak ada hubungan apapun lagi,harusnya kamu tau akibatnya sebelum bertindak kejauhan dengan Febrian,sekarang nikmatilah hasil perbuatan dari menyakitiku,aku tak sudi untuk membantumu lagi",ucap Amarta tegas.
Masih dengan air mata yang terus mengalir,Fani turun dari mobil Amarta dan berdiri dipinggir jalan yang membuat Adrian iba.
"Sayang....,ini aku ada uang 1 juta,berikan saja pada dia,kamu boleh membenci sikap dia kekamu,tapi kita tak boleh mengabaikan bayi yang tak berdosa yang ada didalam rahimnya,jadi berikan uang itu agar bisa untuk dia makan",nasehat Adrian yang mau nggak mau Amarta turun dari mobilnya dan memberikan uang 1 juta dari dompet Adrian.
"Nih Uang 1 juta dari calon suamiku,hiduplah lebih baik setelah ini",ucap Amarta yang kemudian masuk lagi kedalam mobilnya dan kembali meminta Adrian untuk mengemudikan mobilnya.
Namun kekesalan Amarta masih terasa dihatinya mengingat bagaimana Fani yang begitu tega mengambil Febrian dari tangannya,membuat Amarta memilih diam,selain itu juga Ia kesal karena Adrian tetap berbuat baik dengan memberikannya uang.
Adrian yang merasa Amarta lebih banyak diam setelah pertemuannya dengan Fani yang tiba-tiba,membuat Adrian mencoba merayunya dengan menggenggam tangannya sambil mengemudikan.
"Kamu kenapa?teringat lagi kesakitan yang kamu rasakan dulu ?ikhlaskan Amarta....,setelah ini kamu akan bahagia bersamaku,aku akan menggantinya dengan memori indah setiap harinya agar kenangan buruk yang ada pada pikiranmu hilang semuanya".
Amarta menatap Adrian dengan tersenyum kecil.
"Terimakasih ya Adrian,semoga ucapanmu sesuai dengan apa yang akan kamu lakukan".
****
Didepan polisi,Amarta menceritakan tentang Febrian yang berusaha menyakitinya saat diApartment dan Febrian yang terus mengikuti kemana Ia pergi,serta puncaknya adalah Febrian yang datang kerumah orang tua Amarta dengan emosi yang tak bisa dikendalikan .
"Jatuhin hukuman yang berat Pak,saya dan keluarga saya merasa terancam nyawanya dengan kehadiran dia yang tiba-tiba dan memaksakan kehendaknya"ucap Amarta tegas dan menatap Febrian yang kini tangannya terborgol.
Febrian berusaha berdiri dan ingin mendekati Amarta,namun Amarta langsung ditarik oleh Adrian kedalam dekapannya.
"Amarta!Aku hanya ingin kita balikan,aku hanya ingin kita menikah seperti mimpi kita dulu,apa itu salah?",tanya Febrian dengan nada yang begitu keras.
Amarta tak kalah keras,dia mendekati Febrian dengan wajah amarah yang berkobar.
"Inget ya Febrian!!kamu tuh selingkuh A*jing,kamu selingkuh sama sahabatku,bahkan sampai hamil saat pernikahan kita kurang 3 bulan lagi,dimana saat aku harus menghadapi keluarga besarku untuk menjelaskan semuanya saat aku gagal menikah,dimana saat aku menangis sendirian selama 1 minggu mengurung diri diApartment karena perbuatanmu yang menjijikan itu,dimana saat aku harus menerima kerugian biaya yang sudah aku keluarkan untuk acara nikah nanti,kamu nggak ada Febrian!!!Kamu asik bercinta dengan Fani setiap harinya berpindah-pindah hotel,bahkan kalian liburan keluar negri bersama setelah aku mengetahui semuanya ,kamu bajingan Febrian!!kamu manusia paling menjijikan yang pernah aku kenal.Sekarang kamu minta balikan?cuih nggak sudi!,aku sudah menemukan Adrian yang lebih segalanya dari kamu,bahkan kamu tak setampan Adrian,jadi lupakan obsesimu untuk mengejarku lagi,karena sampai kapanpun aku tak mau kembali kepadamu,aku akan hidup bahagia dengan pernikahan yang sebentar lagi akan kita laksanakan,jadi nikmatin didalam penjara ini dan renungkan semuanya".
Setelah itu Amarta pergi dengan menggandeng Andrian bersamanya.Walaupun suara teriakan Febrian terus masuk kedalam telinganya.
Tidak ada tangisan lagi saat Amarta mengungkapkan semuanya,karena hatinya sudah benar-benar kecewa dan muak.
Adrian terus memandangi wajah Amarta yang tampak kosong,hari yang semakin larut membuat Adrian mengajak Amarta untuk pulang,namun sebelum itu mereka memilih makanan dipinggir jalan untuk mengisi perutnya.
Saat sedang menunggu makanan tiba,Amarta menangkap sosok orang yang baru Ia temui beberapa jam yang lalu sedang bergelayut manja pada pria yang usianya hampir setengah abad.
"Itu Fani kan ?",tanya Amarta pada Adrian yang sama-sama menatap keberadaan Fani yang tampak berbeda,karena tidak ada lagi perut buncit yang terlihat saat bertemu Amarta tadi.
Samar-samar Amarta dan Adrian mendengar pembicaraan antara Fani dan laki-laki setengah tua yang terus memeluk Fani.
"Iya Om...,aku gugurkan anak aku itu 2 hari lalu,males aku Om,pacarku tidak mau tanggungjawab,apalagi sekarang dia miskin,jadi yaudah buang aja lah semuanya,aku pinter kan Om..?tapi aku masih belum puas sih Om,kalau temen aku itu belum jatuh miskin,karena aku sangat berharap dia bisa gila terus bangkrut deh usahanya,jadi kan aku puas gitu ".
Amarta meremas kuat-kuat sendok yang Ia pegang,Ia ingin sekali menyerang Fani dan mencakar wajahnya ,namun Adrian melarangnya dan memilih untuk pergi dari restoran itu dan menunggu makanan yang sudah dipesan dibungkus untuk dibawa pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments