Chapter 4 : Gadis yang sama

Jeandra Pov

Angin berhembus dengan kencang menerpa wajah Jeandra Arya Dhiranaraya

“Nak, apa kamu sudah siap? Daddy mu sudah menunggu dibawah.” Pintu terbuka menampakkan wanita yang sudah melahirkannya,

Mommy Alena menghampirinya yang sedang berada di balkon, “Ada apa? Apa ada yang ingin kamu katakan pada mommy?”

Jeandra menggelengkan kepala, “Bukankah kata mommy daddy sudah menunggu dibawah? Kalau begitu ayo mom.” Ajaknya menggandeng tangan sang Mommy

Beberapa menit kemudian..

Dia dan kedua orangtuanya sampai di sebuah mansion yang tak kalah besar dan megahnya dengan milik mereka, itu adalah mansion milik seorang gadis yang selalu mengusik hidupnya setiap saat.

“Hei kawan kalian sudah datang. Ini bagus aku sudah menunggu kalian sedari tadi.” Seorang pria seusia Daddy-nya berseru, pria itu adalah Macklin ayah Dicky, mereka tampak akrab.

"Sudah lama tidak bertemu dan anakmu sudah setinggi ini." Belva istri Macklin berkata saat menyapa Alena mommy nya.

"Ya. putramu juga sudah besar bukan."

"Bergabunglah bersama Dicky, dia ada didalam." Ucap mommy Dicky padanya dan kembali berbicara dengan mommy nya.

Saat berjalan kedalam mansion, tidak sengaja dia berpapasan dengan orangtua Haylyn, sebagai tamu yang diundang, dia ingin menyapa tuan rumah.

Dhea balas tersenyum menyambut sapaan tersebut akan tetapi tidak dengan James papa Haylyn yang hanya diam seakan tidak peduli dengan kehadirannya. dia pun berpamitan untuk bertemu dengan Dicky sahabat.

Setibanya didepan Dicky, mereka menepi untuk berbincang bersama. Sahabatnya itu menjadi tokoh utama dari acara kali ini.

Sesekali pandangannya menyapu ruang tamu, namun sosok yang biasa mengganggunya tak terlihat sedangkan kedua sahabat gadis itu turut hadir di acara tersebut, 'Apa dia sakit?' tak dapat dipungkiri bila Jeandra mengkhawatirkan gadis itu saat ini.

Waktu terus bergulir membuat suasana pesta semakin ramai, dia memilih berjalan menelusuri tiap mansion berharap akan bertemu dengan gadis yang suka mengganggunya. Sejenak dia memikirkan tentang apa yang baru saja dia lakukan sekarang sangatlah konyol, mengapa dia harus mencarinya, 'Sial!'

Saat sedang mengambil minuman disamping kolam renang, beberapa gadis datang menyapanya, dengan terpaksa dia meladeni mereka dan berharap ada peluang untuk pergi, sampai perkataan Dicky yang tak jauh darinya mengagetkan semua orang begitupun dirinya.

“What?! Kau serius! sepertinya besok matahari akan terbit dari arah barat, Oh aku tidak percaya ini kau mengatakan apa barusan? ‘Biarkan saja, aku tak peduli’ oh itu sungguh luar biasa.”

Entah siapa yang diajak bicara oleh Dicky sampai membuatnya terlihat antusias, dia begitu penasaran, tanpa sadar kakinya melangkah mendekati sahabatnya itu, suara tak asing terdengar di telinganya ketika dia semakin mendekat, “Bisakah kau tak meninggikan suaramu? Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas Dic!”

Sekali lagi Dicky mengajak berbicara gadis itu, “Ini adalah berita eksklusif malam ini, kau tau itu.”

Dia tak mengerti apa yang di bicarakan oleh sahabatnya itu, namun sepertinya Dicky sengaja memperlihatkan gadis yang sejak tadi dia cari keberadaannya,

“Jika tak ada yang ingin kau katakan lagi aku akan menutup tel--“ belum sempat gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Dicky berusaha menyela, “Eh tunggu, tunggu dulu, aku belum selesai, ada yang ingin aku tanyakan.”

Haylyn, sepupu dari Dicky dan merupakan gadis yang tidak terlihat keberadaannya di acara kali ini, mengangkat sebelah alisnya menunggu pertanyaan Dicky.

“Apa kau mengantuk?” namun pertanyaan tak terduga malah di lontarkan oleh Dicky membuatnya sedikit tergelitik ketika mendengar respon gadis diseberang sana.

“sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan Dic?!”

“Ah- sorry, sebenarnya aku penasaran, jika kau tak pulang ke mansion lalu kau berada dimana sekarang?”

“Aku punya Apart. Yaudah yah, aku ngantuk mau tidur.”

Klik.

Panggilan pun terputus secara sepihak membuat sahabatnya itu tak percaya yang baru saja terjadi, dia sendiri tak mempermasalahkan hal itu sekarang, melainkan dia kembali berpikir sejak kapan seorang Haylyn membeli apartemen.

...****************...

Author Pov

Keesokan paginya murid-murid Angkasa Raya digemparkan dengan penampakan yang sangat langkah, mungkin hanya beberapa kali terjadi dan ini ketiga kalinya mereka melihat Haylyn ratu sekolah sedang menyapu halaman depan pagar dan disampingnya sudah pasti Pak Yono selaku guru BK yang selalu siap menjadi pengawas bagi tiap siswa yang bermasalah.

Dengan sangat-sangat terpaksa Haylyn menyapu halaman yang begitu luas itu, dan tak lama kemudian mobil yang di kendarai oleh Jeandra memasuki kawasan sekolah, membuat Haylyn otomatis melihat kearah mobil tersebut seakan terhipnotis.

Haylyn memicingkan matanya, seakan ada yang aneh, tentu saja Jeandra turun dari mobil dan tak langsung pergi tetapi mengitari mobilnya kearah yang berlawanan, dengan penuh perhatian dia membukakan pintu untuk seseorang dan itu merupakan seorang gadis, Haylyn melihat itu semua dan yang membuatnya kecewa kala tau gadis itu adalah gadis tempo hari yang ditanyakannya pada Jeandra.

Tak hanya dia saja tetapi murid-murid lainnya tak menyangka akan ada dua kejadian gempar dalam satu waktu, seorang Jeandra yang tidak pernah mendekati seorang gadis sebelumnya, kini membawa seorang gadis.

Entah kenapa ingatan tentang apa yang dikatakan oleh Jeandra kembali di ingatnya, sapu yang dipegangnya menjadi pelampiasan, Pak Yono sampai menegurnya,

“Bapak tinggal bilang ke kepala sekolah untuk mengganti sapu yang aku patahkan.” Setelah mengatakan itu Haylyn meninggalkan halaman tanpa menyelesaikan hukumannya, masih sempat didengarnya suara Pak Yono yang memanggil-manggilnya namun tak dipedulikannya.

...****************...

Disisi lain yakni di rumah sakit, Amoera baru saja membuka matanya, sayangnya tak ada seorangpun diruangan tersebut selain dirinya sendiri.

Ceklek.

Pintu terbuka dari luar, membuat atensi Amoera beralih menatap kearah pintu, seorang perawat datang dengan membawa beberapa suntikan dan obat. “Nona Amoera? Permisi saya suntik dulu yah.” Kata suster tersebut sesampainya di tempat tidur Amoera.

“Sus? Dimana ayah saya?” tanya Amoera dengan bibir pucatnya

Suster tersebut tersenyum dan berkata, “Dari yang saya tau, keluarga nona belum ada yang dapat dihubungi, termasuk Ayah nona, tapi seseorang sudah bertanggung jawab akan keadaan nona di sini.”

“Kalau boleh tau siapa sus?” tanya Amoera penasaran

Belum sempat suster tersebut menjawab pertanyaan Amoera, pintu kembali terbuka menampilkan dua orang pria yang sangat dikenalinya, “Pak Guru?! Dimas?! Kenapa kalian ada disini?” tanyanya dengan wajah yang amat bingung.

Suster yang sebelumnya menyuntikkan vitamin kedalam infus Amoera, berlalu pergi setelah menyelesaikan tugasnya, menyisakan Amoera, Dimas dan Yudha dalam ruangan tersebut.

“Pak guru sama Dimas belum jawab pertanyaan Amoera." Ujar Amoera sekali lagi

Yudha mendudukkan dirinya disamping tempat tidur Amoera, dia mulai menjelaskan apa yang terjadi sampai dia berada dirumah sakit, “Jadi sebenarnya apa yang terjadi? Tidak apa-apa Amoera kamu bisa mengatakan pada Pak Guru siapa yang sudah melakukan ini padamu.”

Amoera diam saja memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi bila dia membeberkan siapa dalang dibalik terkuncinya dia dalam toilet.

”jika pak guru tau kalau teman Fiska yang mengunciku di toilet, pak guru pasti akan menghukum mereka, dan jika itu terjadi, Maudy pasti akan melaporkan semuanya pada tante Moris. Tidak- tidak!” monolognya dalam hati bahkan sampai menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar, membuat Yudha maupun Dimas khawatir.

“Hei Amo ada apa? Kamu tak apa-apa?” tanya Dimas melambaikan tangannya didepan wajah gadis itu

“Hah? Apa?” Amoera terlihat linglung

“Aku bertanya kamu baik-baik saja?”

“Iya aku baik-baik aja.”

“Jadi Amoera siapa yang sudah mengunci mu di toilet kemarin?” tanya Yudha sekali lagi

“Ng-nggak ada pak, sa-saya terkunci sendiri didalam toilet karna kurang fokus saja.” Jawab Amoera berharap wali kelasnya itu percaya.

Sayangnya Yudha tak mempercayai kata-kata dari muridnya itu, namun karena tak ingin mempersulit Amoera lagi Yudha menganggukkan kepalanya tanda mengerti,

“Baiklah pak guru mengerti. Sekarang beristirahatlah, Dimas akan menemanimu disini sampai Mbok Jum datang, pak guru harus ke sekolah sekarang.”

Setelah Yudha pergi, tersisa Dimas dan Amoera saja, mereka berdua berbincang-bincang sampai akhirnya Mbok Jum datang dan menangis melihat nona nya itu berada dirumah sakit.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Halo sahabat Novelme, gimana ceritanya seru nggak? Kalau gaje sorry yah soalnya author lagi pusing, heheheh!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!