Setelah menenangkan diri, saat ini Haylyn duduk berhadapan dengan wali kelasnya, tentu saja dia sudah mempersiapkan diri untuk mendengar omelan dari wali kelasnya sekaligus sahabat dari Bundanya itu.
“Kamu tau Haylyn apa kesalahan kamu?” tanya Kenny sesampainya Haylyn dalam ruangannya
“Tau aunty Ken.” Jawabnya tegas, membuat Kenny tak tahu harus berbuat apa lagi.
"Jangan memanggilku aunty saat di sekolah. Panggil aku miss atau ibu, aku wali kelasmu Haylyn."
Tidak habis pikir Kenny tentang muridnya satu ini, dia melanjutkan alasannya memanggil Haylyn kesana, “Apa kau mau aunty di omeli oleh bundamu lagi? Apa kamu tau Haylyn belum ada 24 jam aunty diomeli oleh bundamu dan sekarang kamu sudah berulah lagi, oh ya tuhan Haylyn~ kepala aunty akan selalu memakai koyo kalau seperti ini saking pusingnya.” Kenny sampai memijit kepalanya saking gemesnya akan tingkah gadis dihadapannya ini.
Ratu angkasa raya itu meringis menutup telinganya, sebenarnya dia juga tak mau harus di omeli seperti ini dan apalah daya baginya yang lupa akan semua hal ketika emosinya memuncak,
“Maaf aunty, kali ini Haylyn janji deh nggak ngulangin lagi, ya ya ya!” ujarnya dengan mengangkat dua jari tangannya menandakan ‘Peace’ dia bahkan tersenyum manis mencoba meluluhkan hati sahabat bundanya itu.
"Sudah aku bilang jangan memanggilku aunty!" Sungguh Haylyn tidak habis pikir, sahabat bundanya itu menyebut dirinya sendiri 'aunty' sebanyak tiga kali saat mengomelinya, tapi lihatlah sekarang, dia tidak ingin dipanggil seperti itu.
"Baiklah, bu Kenny aku minta maaf karena tidak mengikuti jam pelajaran pertama, aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Berikan aku satu kesempatan lagi, ya ya ya?!" pinta Haylyn menyatukan kedua tangannya didepan dada,
Sayangnya semua hal itu tak berguna dimata Kenny, “Kamu pikir aunty bakal percaya? NO WAY, kamu bahkan sudah mengatakan hal itu ribuan kali Haylyn!” ucap Kenny dengan tegas bahkan berteriak di telinga Haylyn.
“Oh ya ampun kalau seperti ini aku tidak akan bisa selamat dari hukuman.” Monolog Haylyn dalam hati sambil menatap wali kelasnya itu yang sedari tadi mengomel tanpa henti.
...****************...
Saat jam istirahat, Amoera kembali menghadapi kesulitan besar. Saat ini dia baru saja ditindas oleh salah satu teman Maudy saudara tirinya itu, tubuh Amoera basah kuyup bahkan dengan teganya dirinya di kunci didalam toilet.
Buk.. Buk.. Buk.
“Buka~ siapapun tolong bukain pintunya, aku mohon, hiks~ hiks!” Amoera menggedor-gedor pintu toilet berharap seseorang datang menolongnya.
Sayangnya itu semua tak mungkin terjadi, Fiska yang merupakan teman Maudy itu dengan sengaja menaruh papan tanda toilet ‘sedang rusak’ membuat semua orang tak akan menyadari seseorang terkunci didalamnya, dengan senyum liciknya Fiska berlalu meninggalkan Amoera yang kedinginan didalam sana.
Amoera masih menggedor pintu yang terkunci, semakin lama gedorannya semakin pelan, tubuhnya gemetar kedinginan, tangannya yang sudah diobati kini kembali terbuka, perban yang semula bersih kini basah bercampur darah, entah sudah berapa lama dia dikurung dalam toilet dan belum ada seorangpun yang datang mencarinya bahkan menolongnya.
Kini Amoera menyandarkan tubuhnya di samping pintu toilet berharap masih ada yang akan datang menolongnya, “Tuhan hanya kepadamu aku memohon atas segalanya, tolong bantu aku untuk keluar dari sini,” lirih Amoera sebelum pada akhirnya memejamkan matanya.
...****************...
“Hei kalian, apa kalian tau dimana Amoera berada?” tanya seorang pemuda kepada teman sekelas Amoera
“Maaf Dim kami nggak tau.”
“Oh oke, Thanks” Pemuda itu sudah mengelilingi tiap sudut sekolah untuk mencari Amoera atas perintah Kakaknya
“Gimana Dim? Ketemu nak Amoera nya?” tanya Yudha pada adiknya itu
“Belum mas. Saya udah keliling ketempat biasa Amoera pergi tapi nggak ada.” Jawab pemuda itu lagi, Dimas adik dari Yudha guru dari Bina Bangsa High School sekaligus wali kelas Amoera.
Dimas sendiri merupakan teman yang dimiliki Amoera satu-satunya dan sebentar lagi mereka akan lulus.
“Kita harus cari kemana lagi yah Dim? Ini udah mau pulang sekolah.”
Yudha meminta bantuan Adiknya dan guru-guru yang lain untuk mencari keberadaan Amoera, pasalnya sehabis istirahat makan siang, Mis Lila yang mengajar di jam kedua siang itu memberitahukan salah satu muridnya absen dimata pelajarannya dan itu adalah Amoera. Yudha selaku wali kelas yang tahu setiap watak muridnya pun, khawatir jika terjadi sesuatu pada muridnya itu, segera meminta bantuan untuk mencari Amoera.
Flashback
“Anak-anak, sebelum ibu lanjutkan materi yang kemarin, ibu absen dulu yah?!” ujar Bu Lila mulai mengabsen, “Amoera Samantha? Amoera? Anak-anak ada yang tau Amoera kemana? Ibu tidak melihatnya?” tanya Bu lila ketika memanggil nama Amoera tetapi tak ada sahutan sama sekali
“Kurang tau juga bu, tadi pagi sih masih ada, tapi semenjak istirahat kita udah nggak lihat lagi, tasnya aja masih ada tuh.” Tukas salah seorang murid dalam kelas tersebut menunjuk kearah bangku yang biasa Amoera duduki.
Lila kemudian memberitahu Yudha bahwa salah satu muridnya Amoera absen di jam pelajarannya, dan tentu itu membuat Yudha bertanggung jawab sebagai wali Amoera di sekolah.
Flashback End
Sudah tiga jam berlalu semenjak Amoera menghilang dan mereka belum menemukannya, hingga seorang ibu-ibu berteriak dan mengatakan menemukan aliran darah dan saat membuka kunci dia menemukan seorang gadis sudah tergeletak dalam toilet itu.
Dimas dan kakaknya serta guru-guru yang lain menuju ke lokasi tempat wanita itu menemukan sosok murid dalam toilet, “Saya kaget loh bapak ibu guru, pas saya mau membersihkan toilet didepannya terpasang tanda ‘toilet rusak’ pas saya cek kedalam ternyata ada darah dari bilik paling ujung dan pintunya terkunci dari luar, saat saya buka ada seseorang gadis didalamnya, kasihan sekali anak itu,” Terang si Ibu itu yang berprofesi tukang pel, “Nah di sini Bapak Ibu guru!” tunjuknya
Dimas bergerak lebih cepat masuk kedalam dan melihat kondisi Amoera yang begitu mengenaskan, pakaiannya sudah lusuh, bibirnya pucat pasih dan tangan kanannya berdarah, tanpa pikir panjang lagi Dimas mengangkat tubuh Amoera keluar dari toilet, guru-guru yang melihatnya tentu merasa terkejut terutama Yudha, mereka pun membawa Amoera ke rumah sakit karna suhu tubuhnya semakin dingin.
Rumah sakit
Disinilah Dimas berada saat ini, rumah sakit ternama dan terbesar kota Bollin, guru-guru yang lain sudah pulang beberapa menit yang lalu, sedangkan kakaknya mencoba menghubungi keluarga Amoera tetapi tak ada yang mengangkatnya.
Kondisi Amoera sudah stabil beberapa jam yang lalu, pakaiannya pun sudah diganti dengan pakaian bersih dan kering, perban ditangan pun telah diganti tinggal menunggu siuman saja, sedangkan Dimas senantiasa menunggu Amoera sadar.
“Nak Amoera nya sudah sadar?” tanya Yudha begitu sampai
“Belum mas.” Jawab Dimas menoleh kearah saudaranya itu, “Ada apa mas, kok raut mukanya kayak pusing gitu?” lanjutnya bertanya
“Iya Dim, kakak sudah coba hubungi keluarga Amoera tapi yah nggak ada yang angkat.” Terang Yudha mendudukan dirinya di kursi sebelah adiknya itu.
“Yasudah mas, nanti coba hubungi lagi. Emang mas sudah nelpon bapaknya Amoera?”
“Sudah tapi yah gitu, diluar jangkauan.” Dimas ber oh ria mendengar jawaban kakaknya, mereka tak lagi berbicara dan memutuskan untuk beristirahat sebentar karna padatnya hari menguras energi mereka.
...****************...
Malam Hari...
Hujan mengguyur separuh kota Bollin malam itu, disebuah gedung apartemen terlihat seseorang berjalan menyusuri lorong, orang tersebut berdiri disalah satu pintu, menekan beberapa angka lalu,
Klik.
Pintu terbuka, orang yang memakai jaket dan menutupi kepalanya itu lantas masuk kedalam apartemen dan langsung menyalakan lampu, membuat ruangan didalamnya menjadi terang.
Saat memasuki apartemen miliknya Haylyn menuju kearah dapur dan meletakkan kantong kresek yang dibawanya dan sepertinya itu adalah makan malamnya. Sebelum ke apart miliknya Haylyn sudah menghubungi orang tuanya terlebih dahulu jika ia tak akan pulang kerumah.
Alasannya karna di mansionnya saat ini sedang diadakan pesta ulang tahun sepupunya dan yang tidak masuk dipikiran Haylyn adalah mengapa harus mansion miliknya? Dan bukan mansion lain saja setara mansion Keluarga Bell bukan hanya satu.
Alasan lainnya gadis itu tak ikut karena Dicky merupakan sahabat Jeandra dan pastinya keluarga Arya Dhiranaraya juga akan akan datang dan dia tak ingin bertemu dengan Jeandra untuk saat ini
Ketika Haylyn sedang serius menonton acara kesukaannya, tiba-tiba dering ponsel miliknya berbunyi, sebuah panggilan video dari sepupunya yang baru saja ia pikirkan.
Tidak butuh waktu lama Haylyn mengangkat panggilan tersebut, “Ada apa?” tanya Haylyn to the point
“Kau tak datang di pestaku? Padahal ini diadakan dirumah mu!” seru Dicky ketika melihat wajah Haylyn terpampang di layar Handphone-nya
“Aku malas, disana terlalu berisik.” Jawab Haylyn
“Apa kau yakin? Disini ada seseorang yang sangat kau cintai itu dan sepertinya dia dikelilingi oleh banyak gadis cantik.” Kata sepupunya itu mengubah kamera video dan menyorot kearah Jeandra, berharap agar Haylyn terpancing dan akan datang di pestanya,
Sayangnya itu bukanlah apa yang diinginkan oleh Dicky ketika melihat respon sepupunya yang biasa saja, “Biarkan saja, aku tidak peduli.”
“What?! Kau serius! sepertinya besok matahari akan terbit dari arah barat, Oh aku tidak percaya ini kau mengatakan apa barusan? ‘Biarkan saja, aku tak peduli’ oh itu sungguh luar biasa.” Ujar Dicky dengan hebohnya membuat semua orang menatap kearahnya dan bahkan Jeandra juga ikut menatapnya.
Perkataan Dicky membuat Haylyn di sebrang sana memutar matanya malas, bertepatan dengan itu Jeandra sudah berdiri dihadapan Dicky dan saat akan bertanya dia tak sengaja mendengar suara gadis yang sejak tadi dia pikirkan dimana keberadaannya.
“Bisakah kau tak meninggikan suaramu? Aku masih bisa mendengarnya dengan jelas Dic!”
“Ini adalah berita eksklusif malam ini, kau tau itu.” Jawab Dicky sambil menatap Jeandra, sedangkan Haylyn tak tahu bila Jeandra memperhatikannya.
Dicky yang merasa bahwa Jean penasaran apa yang sedang dilakukan Haylyn sekarang, memikirkan sebuah ide, tentu saja membalik kamera video miliknya agar Jeandra bisa melihat wajah Haylyn tanpa diketahui sepupunya itu.
Kini Jeandra dengan leluasa melihat Haylyn yang berpenampilan berbeda, tidak seperti yang dia lihat selama ini, Haylyn dengan penampilan naturalnya.
“Jika tak ada yang ingin kau katakan lagi aku akan menutup tel-“ ujar Haylyn yang mulai mengantuk namun belum sempat menyelesaikan ucapannya Dicky langsung menyelanya,
“Eh tunggu, tunggu dulu, aku belum selesai, ada yang ingin aku tanyakan.” Haylyn mengangkat sebelah alisnya, saking malasnya berbicara karena diserang kantuk
“Apa kau mengantuk?” tanya Dicky dengan bodohnya begitu melihat sepupunya itu terus menguap, yang mana membuat Haylyn merasa kesal, “sebenarnya apa yang ingin kau tanyakan Dic?!”
“Ah... sorry, sebenarnya aku penasaran, jika kau tak pulang ke mansion lalu kau berada dimana sekarang?”
inilah yang ditunggu-tunggu Jeandra, kemana seorang Haylyn akan pergi jika tak pulang ke mansion bahkan dua sahabatnya saja berada di sini dan itu artinya dia tak mungkin menginap dirumah mereka.
“Aku punya Apart. Yaudah yah, aku ngantuk mau tidur.” Haylyn menjawab dan segera mengakhiri panggilan video tersebut. Padahal masih ada hal yang ingin ditanyakan Dicky.
Setelah mematikan panggilan dari sepupunya, Haylyn menuju ke kamarnya untuk tidur, dia harus bangun pagi-pagi dan berangkat ke sekolah lebih awal lagi, namun bukan untuk bertemu Jeandra lagi melainkan menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh wali kelasnya.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments