Disebuah mansion kini telah terjadi kekacauan dan itu semua disebabkan oleh pemilik rumah ralat lebih tepatnya istri dari pemilik mansion besar itu.
Prang~
“Dasar anak tak tahu diri, hal begini saja kau tak bisa kerjakan, mau jadi apa kau nantinya, Hah?!” suara seorang wanita menggelegar di mansion tersebut, siapa lagi kalau bukan Moris istri baru ayahnya yang selalu tampil dengan riasan tebal dan penampilannya seperti wanita malam.
“Ma-af tan-“ ujar seorang gadis yang menunduk ketakutan melihat kemarahan ibu tirinya itu
“Maaf kau bilang?! Apa dengan maaf saja vas bunga kesayanganku bisa kembali utuh sedia kala, apa kau bodoh?!” lagi dan lagi Moris menggertak anak tirinya itu bahkan telunjuk tangannya menekan-nekan kepala Amoera sampai hampir terjungkal kebelakang.
Gadis yang sedang dianiaya oleh ibu tirinya itu adalah Amoera Samantha anak dari Bamasatya Samantha dan mendiang Aurelia putri. Semenjak Ayahnya menikah lagi setelah dua tahun menduda, hidup Amoera berubah drastis.
Siapa sangka ibu sambungnya yang selalu terlihat baik itu ternyata bermuka dua.
Semua bermula ketika Ayahnya keluar kota untuk perjalanan bisnis selama beberapa minggu 2 tahun yang lalu tepatnya satu bulan setelah ayahnya menikah, watak asli dari ibu tirinya mulai terlihat, setiap hari dirinya dijadikan tak lebih seperti pembantu bahkan dia tak diberikan makanan jika pekerjaannya belum selesai.
Mbok Jum selaku pelayan di mansion bersama pelayan lainnya tak berani membantu, sebab jika sampai ibu tirinya mengetahui hal tersebut mereka akan mendapatkan hukuman dan Amoera tak menginginkan hal itu terpaksa melakukan apa yang di suruh ibu tirinya.
Dan seperti biasa, Ayah Amoera baru saja berangkat beberapa jam yang lalu untuk perjalanan bisnis selama tiga hari kedepan ke kota Ares, hal itu dimanfaatkan oleh Moris untuk menyiksa anak tirinya itu. Ayahnya selalu percaya kepada istrinya itu membuat Amoera semakin menderita, jika saja bukan karna acting dari ibu dan saudara tirinya yang selalu memutarbalikkan fakta ketika dia mendapatkan bukti kelakuan mereka mungkin ayahnya akan percaya padanya.
Kini Amoera mulai mengumpulkan pecahan-pecahan vas yang hancur berserakan dilantai, namun keadaan tak terduga terjadi, Moris tanpa perasaan menginjak tangan Amoera dengan High Heels merah miliknya, membuat Amoera mengerang kesakitan, ”Arrghh sa-kit, kumohon tolong le-paskan!”
Bukannya melepaskan kakinya, Moris malah menekan kakinya lebih kuat lagi dan dengan teganya dia menutup mulut Amoera agar tak mengeluarkan suara, tangan Amoera yang semula putih bersih kini berwarna merah karna darah dan itu semua disebabkan pecahan vas yang menancap tajam ditangannya, Amoera hanya bisa menahan rasa sakit dari tangannya, air matanya pun ikut jatuh karna tak kuasa menahan sakit.
Setelah puas menyiksa anak tirinya itu, Moris berlalu meninggalkan Amoera bahkan pergi entah kemana meninggalkan mansion, para pelayan yang menyaksikan nona mereka di siksa segera mengambil kotak P3K, begitu pula Mbok Jum segera menghampiri Nona-nya itu dengan sebaskom air hangat.
Perlahan tangan Mbok Jum membersihkan tangan Amoera dan hanya menyisakan pecahan vas yang besar masih tertancap disana, “Tahan ya Non” Ujar Mbok Jum mendapatkan anggukan pelan dari Amoera.
Dalam sekali tarikan pecahan vas itu berhasil tercabut, Amoera kembali mengerang kesakitan namun ditahannya dengan menggigit bibirnya, Mbok Jum kembali membersihkan luka Amoera dan kemudian mengobatinya, salah satu pelayan memberikan Kotak P3K kepada Mbok Jum, mereka senantiasa berada dibelakang takut-takut bila ada yang diperlukan.
****************
Bina Bangsa High School...
Setelah tragedi yang membuat tangannya harus diperban, kini Amoera berada dalam kelas sedang memperhatikan wali kelasnya menjelaskan materi, dia hampir saja terlambat masuk sekolah.
Pikirannya pun melayang mengingat kejadian sebelum ke sekolah tepatnya saat Mbok Jum melarangnya ke sekolah karna tangan kanannya yang terluka dan tak memungkinkan untuk mencatat penjelasan guru, tetapi Amoera yang bersikeras akhirnya mau tak mau diantar oleh suami Mbok Jum atas desakan Mbok Jum sendiri.
Lamunannya berhenti kala mendengar suara intrupsi dari Pak Yudha wali kelasnya, “Baiklah anak-anak Bapak ingin kalian mengerjakan soal dari halaman 45-46 dan kumpulkan sebelum pulang nanti.. ..apa sampai di sini paham? Apa ada yang ingin ditanyakan?” jeda pak Yudha sebelum memberikan pertanyaan.
Semua murid menjawab serempak, kecuali Amoera “Paham Pak!”
Yudha mengakhiri kelasnya siang itu dan berlalu meninggalkan kelas, Amoera yang melihat wali kelasnya keluar pun mengejarnya, “ Pak. Pak Guru tunggu Pak” panggil Amoera
Yudha yang mendengar ada yang memanggilnya spontan menoleh kebelakang, “Loh, Amoera? Ada apa nak, ada yang bisa bapak bantu?” tanya beliau saat mengetahui anak muridnya yang memanggilnya
“I-itu pak, saya boleh tidak meminta keringanan untuk mengumpulkan tugas yang bapak berikan tadi?” tanya Amoera mencoba bernegosiasi
“Memangnya kenapa nak?” tanya wali kelasnya itu sekali lagi, sebab tak biasanya muridnya yang satu ini meminta keringanan dalam pengumpulan tugas, karna selama ini dia adalah murid teladan yang selalu mengerjakan tugasnya tepat waktu.
Amoera tak menjawab, dia langsung memperlihatkan tangannya yang di perban, membuat gurunya itu mengangguk paham dan mengerti,
“Tanganmu kenapa Amoera, kenapa bisa terluka?”
“Sa-saya terluka karna ngambil bunga mawar di rumah pak, saya lupa kalau tangkainya berduri.” Jawab Amoera berbohong
Sejenak Yudha berpikir, “Hmm, ya sudah bapak beri keringanan, kamu bisa mengumpulkan tugas dipertemuan berikutnya minggu depan, bapak juga akan memberitahukan guru yang lain, sebaiknya kalau seperti ini kamu izin saja Amoera tidak apa-apa.” Terang Yudha menasehati
Amoera tersenyum, wali kelasnya memang orang baik dan perhatian pada setiap murid, “Terimakasih banyak pak, saya janji akan mengumpulkan tugas saya minggu depan, sekali lagi terimakasih!” setelah mengucapkan terimakasih Amoera kembali ke kelasnya.
...****************...
Disisi lain
Tepatnya di Angkasa Raya High School, pelajaran pertama baru saja berakhir, namun disalah satu kelas terlihat sangat sibuk memikirkan seorang murid yang tidak diketahui keberadaannya, Bu Kenny selaku wali kelas dari kelas tersebut bertanya pada tiap muridnya.
“Paris dimana Haylyn? Ibu tidak melihatnya dari tadi sedangkan mobilnya ada dihalaman parkir itu artinya Haylyn masih ada di sekolah kan?”
“Maaf bu, saya juga kurang tau dimana Haylyn sekarang, dari tadi saya coba hubungi tapi nggak diangkat bu, pesan saya juga nggak dibaca.” Terang Paris pusing kemana sahabatnya itu pergi kali ini, sahabatnya itu suka sekali berkeliaran entah kemana saat berada di sekolah, jarang sekali untuk duduk menyaksikan pelajaran.
Bu Kenny menoleh kearah Gerry, namun si empu menyambutnya dengan gelengan, “ Yang lain ada yang tau dimana Haylyn?” Bu Kenny mencoba menanyakan kepada murid-murid yang lainnya, akan tetapi pertanyaan tersebut malah mendapat gelengan kepala.
“Astaga anak ini, pergi kemana dia, kalau sampai bundanya tau habis aku dimarahi.” monolog Kenny yang stress kemana putri dari sahabatnya itu menghilang,
“Oh. Aku tau dimana Haylyn Bu!” tiba-tiba seorang murid yang ber-name tag Chaca berseru membuat lamunan Kenny buyar, hal yang sama terjadi pada murid lainnya yang berada dalam kelas tersebut, mereka semua menoleh ke sumber suara.
“Benarkah?!” kali ini Gerry yang bersuara bukan wali kelas mereka
“Kurasa Haylyn ada di gedung Olahraga, yah~ kan tadi pagi Haylyn habis marah-marah sama Jean terus heboh, pokoknya sampe handphone Jean hancur. Dan setelah itu Haylyn pergi kearah selatan.” Jelas Chaca mendapatkan anggukan tanda mengerti dari semua orang.
Semuanya sudah jelas sekarang begitulah pikir semua orang dalam ruangan tersebut. Kenapa?
Alasannya cuma satu, ketika Haylyn ratunya sekolah membuat keributan dan bertengkar dengan pemuda yang dicintainya itu, maka gadis itu akan mencari tempat untuk melampiaskan semua emosinya disatu tempat sendiri, dan arah selatan dari kelas Jeandra adalah tempat yang cocok, itu adalah gedung olahraga, dan hari Senin tidak ada mata pelajaran olahraga tidak akan ada yang akan kesana.
“Cha, gue bingung deh, kok lho bisa tau sih? Sedangkan kita aja nggak ada yang tau tuh!” tanya Gerry mendapat jawaban judes dari teman kelasnya itu,
“Ya iyalah, Chaca ada disana, orang Chaca apelin pacar Chaca juga.” Semua orang meringis kaget dengan ucapan Chaca yang terang-terangan itu.
Kenny masih menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan salah satu muridnya itu, “Paris, Gerry tolong kalian panggil Haylyn untuk menghadap ibu sesudah istirahat makan siang, ibu tunggu di ruangan ibu.” Titah Bu Kenny sebelum akhirnya meninggalkan kelas
Paris dan Gerry mengangguk tanda mengerti, “Baik bu!”
...****************...
Sementara itu di gedung olahraga Angkasa Raya, Haylyn masih fokus men-dribble bola basket dan memasukkannya ke dalam jaring, keringat bercucuran memenuhi wajah dan lehernya.
Tak.
Tak.
Tak.
Buk.
Bola yang dilempar Haylyn masuk, bertepatan dengan kedatangan sahabat-sahabatnya itu,
“Hei~ what’s wrong girl? “ Gerry bertanya dan langsung mendudukkan diri disamping Haylyn yang sedang minum sebotol air, begitupun Paris ikut mendaratkan bokongnya di samping sahabatnya itu.
Haylyn masih terdiam dan menatap nanar bola yang berada ditengah lapangan basket itu.
“Aku sudah dengar dari Chaca.”
Pernyataan Paris membuat Haylyn terkekeh, “Hah, gue cape banget. Sampai kapan gue harus kayak gini?” tanya-nya pada kedua sahabatnya itu
“.......”
baik Gerry maupun Paris tak berani menjawab karna hal itu bukanlah kuasa mereka
“Gue lelah terus ngejar cinta seorang Jean. Gue lelah bertengkar sama dia karna masalah sepele, gue pengen lupain dia tapi......nggak bisa."
"Kenapa susah banget buat dia jatuh cinta sama gue?!” lanjutnya meratapi kisah cintanya pada dua sahabatnya itu.
Mereka menjadi sahabat yang selalu menemaninya suka ataupun duka.
Haylyn menelungkupkan wajahnya diantara lutut dan tangannya, matanya sudah berkaca-kaca dia tak bisa membohongi dirinya yang sakit hati karna teringat perkataan Jean sebelumnya.
“Sepertinya kau harus berhenti sekarang nona Bell, gadis yang ada di foto itu adalah kekasihku kami bahkan sudah ketahap yang serius, kau tau apa artinya itu kan?!” kata kata yang dibisikkan oleh Jean padanya seperti kaset rusak yang berputar dipikirannya dan itu membuatnya gila setengah mati.
Gery dan Paris memberikan pelukan hangat mereka untuk gadis yang tengah patah hati untuk kesekian kalinya pada orang yang sama.
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hallo sahabat Novelku, gimana nih? Masih mau lanjut nggak? Tungguin yah Chapter selanjutnya, dijamin bakal lebih menarik kok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments