pandangan pertama

Sementara di perpustakaan, Abyan dan Mala sedang membaca buku tentang manusia serigala. Tiba-tiba saja mereka teringat tentang masalalu mereka, apalagi mereka harus menerima takdir yang mengharuskan mereka berbeda dari manusia biasa. Hanya mereka yang tau sementara Toni tidak tau apa-apa tentang mereka.

"Jika Toni tau siapa kita, apakah dia akan mau berteman," ujar Mala, entah mengapa dia berpikir seperti itu.

"Mungkin? Tapi jika kita tidak cerita atau membahas tentang siapa kita. Pasti semua akan baik-baik saja termasuk pertemanan kita," ucap Abyan. Mala menghela nafas panjang, kenapa dia harus membahas hal ini sekarang.

"Udah aku mau ke kelas," ucap Mala.

"Mal tunggu!"

"Apa?" Tanya Mala yang kembali menoleh ke arah Abyan.

"Kapan kamu ada waktu senggang, ada yang mau gue bicarakan," ucap Abyan.

"Kayaknya gak ada," ucap Mala lalu ke luar. Abyan pun mengikuti langkah Mala.

Abyan bingung bagaimana mau bicara pada Mala, wanita yang dia cintai akhir-akhir ini, cinta itu sangat besar hingga mengabaikan nya pun tak sanggup. Mala berjalan dengan membaca buku yang dia pinjam hingga tak fokus dengan jalannya.

"Byan kenapa lo ngikutin gue sih, kalau mau bicara nanti aja gue lagi sibuk," ucap Mala.

"Apaan sih gue mau ke kelas, kelas kita sama juga," ujar Abyan.

"Oh iya ya lupa," ucap Mala dan melanjutkan langkahnya.

Bugh

Malah menabrak seseorang sehingga tubuhnya hampir saja jatuh ke lantai untuk saja orang yang menabraknya menangkap tubuhnya agar tak terjatuh hingga terjadi insiden tatap-tatapan. Hal itu di lihat oleh Abyan, dia kaget melihat Mala bersama laki-laki lain. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya, dia tak suka melihat Mala bersama cowok itu. Hingga dia menghampiri dan mendorong laki-laki itu.

"Heh udah tatap-tatapan nya, lo anak baru itu kan. Gue peringatin lo ya kalau jalan tuh liat-liat sampai nabrak orang," ucap Abyan.

"Byan tadi gue yang salah bukan dia," ucap Mala menahan tubuh Abyan yang ingin mendorong tubuh Bram lagi.

"Gue minta maaf atas nama Abyan ya," ucapnya dengan tersenyum manis. Bram menatap gadis itu, dia seperti nya bukan gadis biasa karena Bram tak mencium baru darah manusia seperti biasanya.

"Gue yang minta maaf karena sudah nabrak lo tadi," ucap Bram lalu pergi.

"Mal kok lo yang minta maaf kan seharusnya dia," ucap Abyan yang tak terima.

"Sudah Abyan memang gue yang salah tadi karena gak fokus sama jalan," ucap Mala lalu melangkah menuju kelas.

Bram sudah berada di kelas, di sana juga ada Gea sang adik. Gadis itu menatap sang kakak yang seperti nya sedang kebingungan.

"Lo kenapa?" Tanya Gea.

"Gak papa." Bram kemudian duduk tak lama Mala dan Abyan masuk ke kelas, sebentar lagi pelajaran akan di mulai jadi semua murid sudah berada di kelas.

"Kalian berdua kenapa lama banget sih ke perpustakaan nya," ucap Toni masalahnya dia sudah lama menunggu dua sahabatnya.

Bram dan Mala kembali saling menatap karena tempat duduk mereka hanya bersebelahan selisih satu bangku saja, lalu gadis menundukkan kepalanya, entah mengapa dia sangat penasaran dan ingin mengenal lebih jauh tentang Bram. Sementara itu seorang guru datang menuju ke kelas. Sepintas Bram teringat jika wajah Mala mirip dengan seseorang yang seringa anggota keluarganya sebutkan.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Malam pun tiba kini keluarga Alex sedang berkumpul membahas hari pertama di sekolah, tak terkecuali Divo yang tadi sempat berantem dengan salah satu teman sekelasnya masalah sepele saja.

"Ayah memberi waktu kita satu minggu untuk menemukan putri dari Maxim," ucap Leona tiba-tiba, ya saat tadi dirinya pulang, sang ayah memanggil nya dan mengatakan hal itu.

"Satu minggu? Bagaimana caranya kita sehari saja tidak menemukan apa-apa," protes Gea.

"Gue udah bilang gitu ke ayah tapi kalian tau sendiri, apa yang ucapkan itu sudah menjadi perintah dan tidak ada perubahan," ucap Leona.

"Tadi Gue gak sengaja menabrak seorang cewek saat mau ke kelas, sepintas cewek itu mirip seseorang," ucap Bram yang membuat saudara-saudaranya mengernyitkan dahi.

"Siapa?"

"Atau jangan-jangan dia adalah cewek yang kita cari," ucap Divo.

"Belum tentu Divo," bantah Bram.

"Kita selidiki saja dia, siapa tau kita menemukan informasi tentang cewek itu," ucap Leona.

"Gue setuju," sambung Gea.

Bram juga setuju, siapa tau gadis itu menjadi petunjuk tentang misi yang dia jalankan kali ini, yaitu menemukan anak dari Maxim yang tak lain adalah paman mereka sendiri. Tapi apakah mereka yakin ingin melukai anak dari pamannya itu yang seharusnya mereka lindungi juga.

"Tapi kelamaan lebih baik_"

"Divo misi kali ini itu gak mudah, apa lo lupa saat kita melakukan misi dulu. Semua berantakan karena ulah lo yang gegabah," ucap Gea.

Divo kemudian terdiam, memang benar dia selalu saja tidak sabaran hingga membuat saudara-saudaranya kewalahan dengan sikap Divo. Apalagi Leona yang selalu saja di buat kesal oleh sikap kakaknya itu,entah beberapa kali dia selalu di buat emosi oleh tingkah Divo.

"Iya maaf,"

Sementara itu di tempat lain, Mala merasa penasaran dengan anak baru di sekolahnya. Entah mengapa seketika gadis itu terhipnotis dengan sikap Bram.

"Kenapa kamu belum tidur jam segini?" Tanya seorang wanita yang tak lain adalah ibu dari Mala.

"Mala belum ngantuk mam," jawabnya dengan menatap sang ibu.

"Besok Dina akan ke sini, katanya dia akan menginap di sini," ucap ibu nya.

"Benarkah?"

Sang ibu hanya mengangguk, betapa bahagia nya Mala jika salah satu sepupunya akan menginap di rumahnya walaupun ia tau jika sang sepupu tak akan lama menginap tapi dia sangat senang mendengar kabar itu.

Ibu Mala adalah keturunan bangsa serigala, karena dahulu dia mencintai seorang laki-laki dari bangsa vampir maka dia mengasingkan diri dari kedua bangsa itu, tapi sang laki-laki mengejarnya hingga sang laki-laki memutuskan menjadi bagian dari bangsa serigala. Hingga sekarang mereka menjadi sepasang suami istri dan memiliki dua anak yaitu Mala dan Maya. Mungkin sudah lama mereka tidak mendengar kabar soal kedua bangsa mereka yang berada di hutan.

Perbatasan bangsa vampir dan bangsa serigala adalah sungai yang begitu panjang di sebelah utara dengan pohon-pohon besar di sekitarnya. Sementara di sebelah selatan ada bukit yang begitu tinggi itu menjadi batas wilayah bangsa serigala.

"Sekarang kamu tidur besok kan masih sekolah," ujar sang ibu.

Mala mengangguk menuruti kata ibu nya untuk tidur, rasa penasaran soal Bram tiba-tiba saja hilang dari pikirannya. Sejak tatapan intens itu rasa penasaran dengan kriteria masing-masing menghampiri hati Mala dan Bram.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!