Setelah pertengkarannya dengan Neti dan Bu Dewi, Alina semakin yakin untuk menceraikan Danu. Ia tidak ingin lama-lama lagi menjadi bagian dari keluarga parasit itu.
“Pak, Fadlan tolong urus berkas gugatan cerai saya secepatnya Pak!” pinta Alina kepada pengacaranya dalam perjalanan pulang.
“Baik Bu, segera saya akan urus,” jawab Pak Fadlan.
Alina siang pergi ke kantornya hendak mengurus beberapa pekerjaan yang tertunda akibat menghadiri persidangan vonis Danu.
“Bu ini ada beberapa pesanan dari klien,” ujar Sari sambil membawa laptopnya. “Lihat ini Bu, diantaranya ada pesanan dari PT Sentosa. Salah satu perusahaan besar jika kita bisa memuaskan mereka bukan tidak mungkin mereka akan pesanan di tempat kita lagi dan kita kemungkinan akan mendapatkan perhatian dari perusahaan besar lainnya ini sebuah kesempatan besar jangan sampai kita menyia-nyiakannya,” ucap Salam menggebu.
“Benar kamu Salma ini kesempatan emas kita, kita harus memberikan yang terbaik. Salma kamu harus bantu saya bisa kan?”
“Baik Bu, saya akan melakukan yang terbaik.”
“Terima kasih Salma. Kapan pesanan mereka? saya yang akan langsung turun tangan untuk mengurusnya,” ucap Alina.
“Minggu depan Bu, mereka memesan main course sebanyak 1000 bok beserta dessert boxnya,” sahut Salma.
“Baik Salma saya sendiri yang akan memilih menunya, menu terbaik yang kita punya,”
“Baik Bu, kalau begitu saya pamit dahulu kembali ke ruangan saya,” pamit Salma.
“Silakan.”
“Baiklah, aku akan bekerja sangat keras untuk ini,” gumam Alina pada dirinya.
Seminggu berlalu hari ini Alina bangun pagi sekali untuk memonitoring pesanan dari perusahaan besar PT sentosa ia akan memastikan pesanan itu sempurna tanpa cacat sedikitpun. Para pekerjaan yang lembur semalam kini telah berganti shit dengan yang baru. Untuk memastikan performa mereka maksimal.
“Bagaimana Pak Bayu, semuanya apa sudah beres?” tanya Alina sambil mengecek.
“Sudah Bu, seperti yang Ibu lihat semuanya sudah siap kita tinggal mengirimnya saja,” jawab Pak Bayu yang merupakan salah satu karyawan Alina.
“Bagus, kalau begitu silahkan Bapak antarkan, saya akan mengikuti dari belakang memastikan pesanan itu sampai dengan selamat.”
“Baik, Bu."
Pesanan katering hari ini begitu spesial untuk Alina karena jika pelanggan puas kemungkinan besar untuk menjalin kerjasama yang besar terbuka luas. Ini adalah titik awal menjadikan usaha nya lebih berkambang.
Selain fokus untuk melihat mobil di depannya yang membawa pesanan untuk PT sentosa, mata Alina juga fokus kepada mobil hitam di belakangnya yang sepertinya sedari tadi mengikuti dirinya semenjak ia keluarga dari rumah ketering.
“Ada apa ini? perasaanku tiba-tiba tidak enak,” gumam Alina. Tiba-tiba mobil itu menyalibnya dan menabrakan diri ke arah belakang mobil putih di depan Alina yang membawa pesanan untuk Pt Sentosa.
“Astaghfirullah!” Alina terkejut ketika mendapati mobil putih di depannya seketika ringsek ditabrak mobil hitam yang langsung melarikan diri. Alina langsung melihat kedalam mobil itu dan memastikan keadaan Pak Bayu.
“Pak Bayu tidak apa-apa?” tanya Alina khawatir.
“Alhamdulillah saya Baik-baik saja, Bu,” jawab Pak Bayu ia melihat ke arah bagaimana belakang mobilnya yang ringsek. “Bagaimana ini semua pesanan hancur berantakan, Bu,” ucap sang sopir sambil menatap nanar kondisi pesanan yang hancur lebur.
Alina tidak bisa berpikir sejauh ini ia hanya termangu. Keadaan nya juga bingung entah harus melakukan apa. lalu ia segera menghubungi sekretarisnya.
“Halo Salma, tolong kamu cek di rumah katering masih ada tidak stok pesanan untuk PT Sentosa. Kamu jangan banyak tanya dulu cepat lakukan!” Teriak Alina.
“Baik Bu,” jawab Salma ia berlari ke rumah katering yang tidak jauh dari kantor dan melihat semuanya. satu per satu.
“Halo, Bu hitungan saya mungkin masih tersisa 20 bok,” jawab Salma.
“Astaga sepertinya ini tidak mungkin,” gumam Alina.
Ia langsung menutup teleponnya, ia sudah pasrah tidak ada hal lagi yang bisa ia lakukan. Untuk membuat ulang pun rasanya tidak mungkin karena waktunya hanya tinggal satu jam lagi.
“Bagaimana Bu, kita harus berbuat apa?” tanya Pak Bayu sambil melihat wajah Alina yang terlihat sedih.
“Tidak apa-apa Pak, Bapak urus saja mobil ini panggil tukang derek atau apa saja terserah biar saya yang urusan pesanan,” ucap Alina bergegas menaiki mobilnya.
“Baik Bu.”
Sejujurnya Alina masih bingung akan berbuat apa. Ia mengendarai mobilnya tak tentu arah, lalu Alina menghentikan sejenak laju mobilnya di bahu jalan untuk menenangkan pikiran dan perasaannya. Yang jelas perasaan Alina saat ini sedang hancur.
Entah, kenapa di saat seperti ini yang terlintas di pikiran hanya Raffa satu-satunya orang yang bisa diajak bicara saat ini.
“Hallo, Fa kamu sedang sibuk sekarang?”
“Tidak, aku baru selesai mandi ada apa? kenapa suara kamu bergetar apa kamu sedang menangis?”
“Tidak, aku hanya sedang sedih saat ini,” ucap Alina sambil menghapus air mata yang mengalir di pipinya.
“Ada apa?” tanya Raffa ia saat ini fokus untuk mendengarkan suara Alina.
“Sepertinya aku gagal Raffa aku telah membuang kesempatan emas yang telah Tuhan berikan aku gagal dalam menjaga semuanya,”Alina terisak.
“Tidak, kamu tidak gagal Alina sepertinya Tuhan sengaja tidak memberikan hal yang menurutmu karena dia sedang menyiapkan yang lebih baik untuk kamu kedepannya.”
“Sekarang apa yang harus aku lakukan?”
“Bersikap tenang dan bertanggung jawablah itu saja kamu mempunyai mulut bukan untuk meminta maaf,” ujar Raffa.
“Terima kasih, Raffa.”
“Hati-hati, Alina.”
Alina seperti mempunyai kekuatan baru berkat perkataan dari Raffa. “Dia benar bagaimanapun ia harus bertanggung jawab untuk kesalahannya,” pikir Alina. Ia lalu memacu mobilnya menuju ke perusahaan PT sentosa.
“Bismillah,” ucapnya dalam hati sambil melangkah maju masuk ke tempat itu.
“Permisi, Mbak bisa saya bertemu dengan Bu Meti dari bagian marketing,” tanya Alina kepada seorang resepsionis.
Sang Resepsionis itu tampak tidak fokus ia terus celingukan melihat ke arah lain ia menghiraukan Alina kepada yang berada di depannya.
“Mbak..!” Suara Alina meninggi.
“Maaf Mbak, saya kurang fokus tadi di ruangan direktur sedang ada ribut-ribut,” ucap wanita itu ia kembali melihat hilir mudik orang-orang yang tampak sibuk dan akhirnya Alina juga terpancing melihat ke arah yang sama.
Di sana tampak petugas medis yang lalu lalang dan tampak sibuk.
“Ada apa Mbak? tanya Alina yang akhirnya juga penasaran.
“Saya kurang tahu jelas tadi sih ada yang bilang jika Direktur mendadak pingsan,” ucap sang resepsionis.
“Pingsan? terus acara pertemuan anak perusahaannya gimana Mbak apakah batal?
“Iya benar sepertinya batal,” angguk resepsionis wanita itu.
Mendengar hal itu Alina seperti mempunyai secerah harapan walaupun ia tidak bermaksud mengambil kesempatan dalam kemalangan orang lain tapi kali ini ia merasa beruntung. Akhirnya Alina memutuskan untuk menelpon Bu Meti.
“Hallo Bu.”
Alina kamu pasti sudah sampai sini yah, aduh gimana yah Alina sepertinya nya acara pembukaan anak perusahaan PT sentosa gagal di lakukan hari ini soalnya Bapak mendadak pingsan,” ujar Bu Meti tidak enak hati.
“Oh begitu tidak apa-apa Bu, saya maklum
Boleh kok ibu membatalkan pesanannya atau diganti hari lain tidak apa kok, Bu.”
“Yang betul Alina Alhamdulillah kalau begitu saya tunda yah alina pesanannya waktunya saya kabari lebih lanjut lagi.”
“Baik, Bu Terima kasih.”
“Saya yang Terima kasih Alina kepada kamu next jika ada acara lagi aku pesennya ke kamu yah.”
“Terima kasih Bu Meti.”
“Sama-sama Alina.”
Guys, jangan lupakan kasih like, subscribe dan komen.... Terima kasih💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments