Bab 7

“Terima kasih Alina berkat dirimu aku menemukan hidup yang baru. Kalau saja waktu itu kamu tidak mencegahku untuk melakukan hal bodoh itu mungkin aku sekarang tidak bisa menikmati indahnya hidup. Sekali lagi aku berterima kasih padamu Alina, Terima kasih karena sudah peduli kepadaku,” Raffa menatap Alina dengan mata yang berkaca-kaca. 

“Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan Raffa, kalaupun bukan aku dan orang lain yang melihatnya aku yakin orang itu juga akan melakukan hal yang sama,” jawab Alina. 

“Walaupun, begitu aku pokoknya berterima kasih kepada,” ucapnya. 

“Tetapi, semenjak kejadian itu kenapa kamu tiba-toba menghilang aku sempat khawatir padamu lalu aku mendengar kalau kamu pindah ke luar negeri,”

“Iya benar, ayahku membawaku ke Singapura syukurnya disana hidupku lebih baik,”

“Syukurlah. Tapi, kamu tampak berbeda sekali Raffa seingatku dulu kamu gemuk, apa yang kamu lakukan apa sedot lemak?” bisik  Alina

“apa?! sedot lemak tentu saja tidak,” Raffa terkekeh. “Aku melakukan diet dan hal ini mengubah hidupku orang-orang disana tidak ada yang membullyku,” jawab Raffa. 

“Kamu beruntung Raffa hidupmu tampak sempurna. 

Lihat aku sekarang kamu pasti hampir tidak mengenalku bukan. Banyak hal terjadi padaku,” lirih Alina sambil menunduk kepalanya dan tak sadar air matanya jatuh 

“Hey, tidak usah bersedih semua orang berjuang dengan ujiannya masing-masing tugas kita hanya bertahan semua akan berlalu. Aku bisa Alina membantu kamu apa saja yang kami mau,” 

Alina terkejut mendengar hal itu pandangannya tertuju pada laki-laki yang kini berada di hadapannya, baru kali ini ia mendengar kalimat tulus dari seseorang. 

“Membantu apa maksudmu?” 

“Apa saja yang kamu mau, kamu bisa minta tolong kepadaku,” jawab Raffa dengan tatapan serius. 

Ponsel Alina tiba-tiba berbunyi menghentikan pembicaraan keduanya. 

“Tunggu Raffa, halo Salma kenapa saya masih di luar,” jawab Alina. 

“Ibu sekarang ke kantor? ini Bu, anu, aw… “teriak Salma. 

“Ada apa Salma kenapa kamu berteriak?”

“Anu Bu, Bapak ngamuk di kantor dia marah-marah sambil memecahkan banyak barang-barang yang ada disini,” jawab Salma ketakutan. 

“Kamu laporkan dulu ke security Salma saya akan segera kesana,” jawab Alina panik lalu menutup teleponnya. 

“Maaf Raffa saya harus pergi,” pamit Alina yang tampak panik sambil berjalan cepat. 

“Ada apa Alina?” tanya Raffa ia mengejar Alina dari belakang, Raffa khawatir melihat Alina yang begitu panik. Alina tidak bisa menjawab pertanyaan Raffa napasnya tersengal. 

“Tenang Alina tarik napas pelan-pelan, sini kunci mobilmu biar aku antar,” tawar Raffa. Ia lalu mengambil kunci mobil itu dari tangan Alina. 

Setelah beberapa menit dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di kantor Alina. Keadaannya begitu kacau kantornya  hancur berantakan.

“Bu, Bapak ada di dalam ruangan ibu,” kata Salma gemetar. 

“Kamu tidak apa-apa Sal, apa ada yang terluka?”

Alhamdulillah saya aman,Bu.” 

“Syukurlah, kalau begitu saya akan menemui dia,” ucap Alina sambil berjalan ke arah ruangannya. 

“Akhirnya kamu datang juga Alina,” ucap Danu dengan sorot wajah penuh emosi. 

“Apa-apan kamu Mas!” teriak Alina. “Lihat kegilaan ini!” 

“Kamu yang memaksaku untuk berbuat seperti ini!” 

Teriak Danu. “Kamu telah menghancurkan hidupku bahkan sekarang mobilku pun telah disita aku benar-benar tidak punya apa-apa Alina,” isak Danu. 

“Jadi Mas, melakukan ini karena sekarang merasa miskin begitu Mas!” seharusnya kamu bekerja Mas, bukan berbuat seperti ini, kamu ini laki-laki harga diri laki-laki itu bekerja!” bukan morotin duit istri!” Sindir Alina. 

Danu semakin marah mendengar kata-kata tajam dari Alina “Kurang ajar kamu, sudah berani kamu kapadaku hah!” Pekik Danu bersiap melayangkan tangannya ke wajah Alina tetapi ia mencoba menahan diri. 

“Pukul saja Mas, pukul! tidak ada yang aku takutkan lagi sekarang. Toh ada atau tidak adanya kamu di hidupku sama saja!” 

“Dasar jal*ng gila kurang ajar!” lagi Danu bersiap menampar wajah Alina. Tetapi kali ini Raffa dengan sigap datang dan memegang tangan Danu dengan kuat. 

“Siapa kamu!” Tanya Danu terkejut dengan mata yang terbelalak. 

“Raffa,” ucap Alina yang juga sama terkejutnya melihat Raffa berada di hadapannya. Alina mengira ia sudah pergi sedari tadi. 

“Anda tidak boleh melakukan kekerasan kepada wanita,” ucap Raffa dengan santai. 

“Beraninya orang asing ikut campur masalahku,” dengus Danu. “oh, apa jangan- jangan ini alasan kamu membuangku, kamu selingkuh dengan dia iya?” Teriak Danu. 

“Jangan sembarangan kalau bicara Mas,” tegur Alina. 

“Saya teman Alina,” jawab Raffa. 

Alina berusaha untuk tidak memperpanjang konflik ia ingin semua segera berakhir. 

“Sebaiknya kamu pergi dari sini Mas! sebelum aku telepon polisi!” pinta Alina. 

“Coba saja kalau kamu berani!" 

“Memangnya apa yang membuat aku tidak berani menelepon polisi Mas! Satu hal lagi yang aku ingin  beritahu kepadamu kamu sebaiknya bersiap-siap untuk menerima surat gugatan cerai dariku aku tidak sudi lagi jadi sapi perah kamu dan keluarga kamu!”

Mata Danu membulat ia nyaris tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut istrinya itu. Tidak seperti Alina yang ia kenal. 

“Apa kamu bilang cerai! Memangnya kamu bisa hidup sendiri Alina, tidak ada yang akan mau menikahi Bab* hutan macam kamu selain aku ngaca kamu Alina lihat tampangmu itu tidak ada laki-laki yang mau menerima mu,” hina Danu. 

“Terserah kamu Mas!” Alina sudah tidak bisa berkata-kata ia enggan menggubris ucapan Danu lebih jauh. 

“Baiklah aku akan menunggu surat cerai itu,” ejek Danu ia mengira jika ucapan Alina hanya gertakan semata. Kemudian ia pergi meninggalkan ruangan Alina sambil menendang barang di sekitarnya. 

Kaki Alina yang semenjak tadi gemetar akhirnya tumbang ia terjatuh ke lantai air mata mengalir tak tertahankan. Setelah mendengar langsung hinaan dari mulut suaminya. Raffa yang melihat Alina terjatuh bergegas menghampirinya. 

“Apa aku seburuk itu di mata orang lain mereka menganggapku seperti orang bodoh dan hina,” Isak Alina pilu. 

“Tidak Alina, kamu berharga, orang itu hanya tidak tahu jika kamu cantik,” ucap Raffa tiba-tiba. mereka berdua saling bertemu pandang. 

“Alina jika kamu mau aku bisa membantu kamu untuk menjadi versi terbaik dari dirimu. Ingat Alina dirimu yang dulu adalah wanita cantik idaman para lelaki itu adalah dirimu yang sesungguhnya. Apa kamu tidak mau menjadi angsa cantik seperti dulu?”

Alina menatap dalam wajah Raffa ia mengingat akan masalah lalunya ketika di SMA orang-orang memperlakukanmu dirinya dengan istimewa. Raffa mengingatkan Alina kepada dirinya versi dulu yang nyaris saja lupakan. 

“Bagaimana caranya?” tanya Alina dengan mata yang kaca-kaca.

“Tenang saja ada aku yang akan membantumu. Tugas kamu sekarang adalah hanya mempercayaiku.”

Alina mengangguk pelan entah dengan cara apa Raffa akan mengubahnya. Alina pun tidak tahu ia hanya bisa mempercayai Raffa sepenuhnya untuk sekarang ini. 

Hallo guys, tolong dukung terus author yah. .

jangan lupa di like, di subscribe dan di komen biar author tambah semangat nulis....... bye🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!