Bab 6

Bab 6

Setelah mendengar respon yang tidak biasa, dari Alina. Danu tiba-tiba bingung ia tak tahu harus bertindak seperti apa. 

“Kamu yakin Alina? baiklah jika itu yang kamu mau aku akan benar-benar pergi sekarang!” tantang Danu lalu ia melangkah pergi ke luar. 

“Itu mau kamu Mas bukan mau kamu jadi aku menghargai keputusanmu,” jawab Alina santai. 

Danu akhirnya pergi dari rumah Alina ia sudah kepalang tanggung melakukan hal itu walaupun ini bukan rencana dari awal karena sebenarnya ia berharap Alina akan mencegahnya seperti biasa tapi kali ini tidak Alina membiarkan dirinya pergi. 

Danu lalu memasukkan kopernya ke dalam mobil dengan perasaan kesal bercampur marah lalu ia langsung tancap gas pergi meninggal rumah yang selama ini jadi tempat ternyamannya. 

Alina menatap nanar mobil suaminya yang perlahan pergi meninggalkan rumahnya itu, terselip rasa sedih tetapi ada juga rasa lega karena akhirnya ia berhasil membuang parasit yang selama dua tahun lebih itu menempel pada hidupnya. Air mata jatuh perlahan tetapi Alina dengan cepat langsung menghapusnya ia sama sekali tidak ingin membuang-buang air matanya untuk Danu. 

Di Tengah kesedihannya tiba-tiba ponselnya bergetar ia mendapat pesan singkat dari nomor baru yang tidak ia kenal.

“Hallo selamat siang, saya pengendara yang anda tabrak,” baca Alina. 

Ia baru teringat lagi kejadian waktu itu, ketika ia pulang membuntuti Danu ia tidak sengaja menabrak sebuah mobil yang berada di depannya. 

“Oh iya maafkan saya, atas kejadian hari itu saya tidak sengaja berapa biaya yang harus saya bayar?” balas Alina. 

“Bisakah kita bertemu besok untuk membicarakan hal ini,” balas pria itu lagi. 

“Apa tidak bisa lewat pesan saja,” pinta Alina yang sebenarnya sedang malas untuk bertemu orang. 

“Tidak bisa ini penting, sepertinya harus bertemu,” paksa pria itu. 

“Baiklah, kalau begitu kita bertemu di Kafe Manis jam 11 oke,”Alina terpaksa menyetujui untuk bertemu agar masalahnya cepat selesai. 

“Baiklah Terimakasih maaf sudah mengganggu,” balasannya lagi. 

“Tidak apa,” balas Alina mengakhiri pesan. 

Dengan perasaan yang sudah agak membaik Alina lalu membereskan semua bagian rumahnya yang berantakan itu. Ia ingin membuang jejak-jejak Danu yang tertinggal sampai ia mengubah posisi perabotan sendirian hingga membuatnya kelelahan dan tertidur. 

Pagi-pagi  sekali ia sudah berangkat ke rumah katering untuk mengecek seluruh pesanan hari ini seperti biasa pesanan berjalan lancar lalu setelahnya ia pergi ke kantor untuk kembali mengecek laporan keuangan yang kemarin belum selesai  ia teliti. Sekali lagi ia mengecek laporan itu untuk memastikan ia tidak salah dalam menganalisa ia tidak ingin karena kebenciannya kepada Neti membuatnya jadi tidak objektif.

Akan tetapi, setelah di cek berulang kali oleh Alina, kejanggalan itu memang benar adanya semejak Neti mengurusi keuangan dari tiga bulan yang lalu. 

“Ini tidak bisa dibiarkan!” geram Alina sambil menggebrak meja. 

“Salma tolong panggil Neti suruh dia ke ruangan saya sekarang,” titah Alina dengan wajah serius. 

“Baik Bu,” ucap sekretarisnya itu. Ia kemudian bergegas memanggil Neti yang berada di ruangannya. 

Tidak lama kemudian Neti datang dengan santainya. Ia tidak tahu akan ada badai yang datang menerpanya. 

“Iya Alina ada apa? tumben pagi-pagi gini kamu manggil aku,” ucapnya sambil membetulkan bajunya yang tampak belum rapih. 

Alina menghela napas panjang ia tidak ingin emosi menguasai dirinya. “Ini Apa?!” tanya Alina kepada Neti. sambil menunjuk buku besar yang ada di mejanya. 

“Apa maksudmu?” tanya Neti yang kemudian mendekat ke arah meja Alina untuk melihat hal yang ditunjuk Alina. 

“I..itu bukannya laporan keuangan?” suara Neti tiba-tiba tercekat. 

“Iya betul kamu tahu pastikan apa yang saya maksud!” 

Wajah Neti pucat pasi ia tidak tahu harus berkata apa. 

“Berapa banyak uang yang sudah kamu gelapkan hah!” Suara Alina meninggi, tetapi Neti tidak bisa menjawab pertanyaan Alina. “Kamu ini sudah saya kasih kepercayaan tapi kamu berbuat curang pada bisnis saya kamu pikir saya bodoh begitu! Kamu pikir saya tidak bisa membaca laporan keuangan!” Teriak Alina. 

Neti hanya bisa tertunduk mendengarkan kemarahan Alina. “Maafkan Mbak Alina,” kata Neti yang kemudian menghampiri Alina lalu memegang tangan Alina untuk memohon. 

“Tidak bisa ini sudah tindakan kriminal saya akan laporan Mbak ke pihak yang berwajib atas tuduhan penggelapan uang!” ancam Alina. 

“Alina saya mohon jangan, maafkan saya sekali ini saja saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi,” pinta Neti sambil berlutut. 

“Segera tinggalkan kantor ini sekarang!. Saya tidak mau melihat Mbak di kantor ini lagi!” usir Alina. 

Ucapan Alina membuat Neti terkejut ini tidak sesuai dengan rencana awalnya dimana Neti berpikir ia akan mudah dimaafkan oleh Alina karena ia merupakan Kakak iparnya. Malah yang terjadi sekarang sebaliknya bahkan lebih buruk. 

“Alina! kamu lupa saya ini kakak ipar kamu tidak selayaknya kamu berbuat begitu kepada saya!” seru Neti. 

“Terus mau Mbak gimana memaafkan Mbak begitu dan lupain kejadian ini!” mohon maaf Mbak sekarang saya tidak bodoh seperti dulu. Sebaiknya Mbak Neti keluar dari perusahaan saya sebelum saya panggil petugas keamanan untuk menyeret Mbak keluar!” 

“Awas! Kamu Alina berani sekali kamu bicara seperti itu kepada Mbak aku ini, kakak iparmu akan lihat saja akan kuadukan perlakuan burukmu terhadapku kepada Danu biar dia kasih pelajaran kepada kamu!” dengkus Neti. 

“Silahkan mbak sya tidak takut,” tegas Alina. 

Alina kemudian terduduk di kursinya kembali energinya sudah habis terpakai untuk menyingkirkan parasit yang kedua ini. 

“Kerja bagus Alina akhirnya kamu berhasil menyingkirkan parasit yang kedua dari hidupmu kini saatnya memulai hidup baru,” bisiknya pada diri sendiri. 

Ponsel Alina bergetar ia mendapatkan sebuah chat. Dilihatnya layar ponsel itu. Ia baru teringat akan janjinya kemarin dengan seseorang. 

“Maaf Pak, saya terlambat,” ucapnya agak sungkan. 

“Tidak apa saya juga baru datang,” jawab pria itu sambil tersenyum. 

“Jadi berapa Pak, total yang harus saya bayarkan,” kata Alina langsung menuju ke point penting. 

“Apa anda tidak mau pesan sesuatu dulu,” tawar lelaki muda dengan tampilan necis itu. 

“Tidak,” tolak Alina. 

“Alina…,” ucap pria itu menatapmu intens wajah Alina. 

Apa kamu tidak ingat siapa aku?” 

“Apa?” tanya Alina bingung ia memandang wajah pria di depannya itu memang agak tidak asing baginya. 

“Bukankah anda Dokter Obgyn yang saya temui beberapa hari lalu,” ucap Alina lega karena mengenali orang di hadapannya. 

“Iya betul, tapi jauh sebelum itu Alina apa kamu sama sekali tidak mengingatku?” tanya pria itu lagi. 

Alina menatap intens lagi wajah pria itu ia sama sekali tidak bisa mengingat apa-apa. ”Maafkan saya, saya betul-betul tidak bisa mengingat Anda.” 

“Aku Raffa, Alina teman SMA kamu yang pernah kamu tolong dari rooftop sekolah ketika hendak bunuh diri.”

“Raffa..” Alina berusaha keras untuk mengingat Raffa yang ada di hadapannya itu.” Astaga Raffa Si Bocah gendut itu?” 

Pria itu akhirnya tersenyum lega karena Alina berhasill mengingat dirinya. 

“Tetapi, kamu tidak seperti Raffa yang aku kenal dulu,” ujar Alina ragu. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!