Bab 5

Bab 5

“Ah, sial! ada apa dengan dengan Si Ba*i gemuk itu kenapa dia tiba-tiba mengungkit nafkah segala, tidak seperti biasanya apalagi sekarang ia sudah tidak mau memberi Ibuku uang, awas kamu Alina! akan aku buat kau menyesal!” ancam Danu. 

Dering ponsel Danu berbunyi ia melihat layar ponsel ibunya lagi lagi yang menelponnya.. “Malas sekali aku mengangkat telepon dari Ibu dia pasti menanyakan soal uang..uang dan uang sudahlah aku aku abaikan saja, mendingan aku pergi,” ucapnya pada diri sendiri. 

Ia lalu tancap gas untuk menemui Astrid di rumahnya. Diketuknya pintu rumahnya, perasaannya agak membaik setelah sampai disana ia tidak sabar untuk bertemu gadis pujaan hatinya. 

“Mas, kamu datang tumben gak kasih kabar dulu,” tanya wulan terkejut karena tidak biasanya Danu ke rumah tanpa memberi tahu. 

Iya aku udah kangen berat sama kamu sayang,” ucap Danu sambil menyeret Astrid ke kamar. 

“Astaga Mas, sabar dong kenapa grasak grusuk begini, Mas,” protes Astrid karena Danu tanpa basa basi langsung melepas satu persatu bajunya. 

“Aku sudah gak tahan sayang,” lalu Digendongnya Astrid yang sudah polos tanpa sehelai benang pun itu lalu ia gulingkan ke tempat tidur. Kemudian Mereka saling bertukar peluh.” Ah, enak sayang, terima kasih yah.”

“Iya Mas, tapi habis ini kita belanja yah,” pinta Astrid manja. 

“Iya sayang, apa saja yang kamu mau beli saja,” ucap Danu percaya diri. 

“Benar yah Mas, awas kalau bohong!” Astrid mengepalkan tangannya. 

“Iya sayang, lihat ini,” Danu mengeluarkan kartu kreditnya untuk meyakinkan Astrid. 

Setelah aksi bertukar peluh itu sesuai janji nya Danu mengajak Astrid ke sebuah Mall untuk membelikan apa saja yang diinginkannya. Dengan kartu kredit sakit miliknya pemberian Alina. 

“Beli saja sayang kalau mau yang ini..yang itu,” tunjuk Danu. Silahkan kamu pilih aku yang bayar semuanya.”

“Yey, asik.” Astrid dengan senang hati  melihat-lihat dan memilih sepatu yang selama ini jadi incarannya. 

“Mas, lihat ini gimana ini bagus tidak,” Astrid menunjukkan sebuah sepatu high heels merah. 

“Bagus sayang, kamu beli saja kalau suka,” tawar Danu dengan santai. 

“Kalau gitu aku beli yang ini yah Mas, gak apa-apa kan ini lumayan mahal loh,” tegas Astrid. 

“Iya sayang gak apa-apa beli saja.”

“Ya sudah aku ambil yang ini yah,” ucap Astrid ia lalu menggandeng Danu pergi ke kasir untuk membayar sepatu itu. 

Setibanya di kasir Astrid langsung menyerahkan sepasang sepatu itu kepada kasir. 

“Silahkan Kak, yang ini total nya sepuluh juta lima ratus ribu rupiah,” ujar kasir wanita biru dengan ramah. 

Kemudian Danu mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet lalu menyerahkannya kepada kasir itu. 

Gesekan pertama rupanya  tidak berhasil di layar mesin EDC tertulis pesan card blocked. 

“Maaf Pak, sepertinya kartu Bapa yang ini sudah di blokir apa ada kartu yang lain,” kasir itu lalu menyerahkan kartunya kepada Danu. 

“Ah, masa sih Mbak coba sekali lagi mungkin sedang ada gangguan,” pinta Danu. 

Kasir itu lalu mencoba menggesek kartu itu lagi sesuai keinginan Danu, tetapi.hasilnya tetap sama. 

“Maaf Pak, tidak bisa kartu sudah di blokir.” 

Raut wajah Danu tampak panik. Ia lauk membuka dompetnya dan mencari kartu lain tapi tidak ada kartu yang bisa dipakai semua tidak ada uangnya. 

“Kanapa Mas,” tanya Astrid. “Kartu kamu yang lain ada kan?” 

“Ini sayang seperti nya kartu kredit ku sudah  diblokir tidak bisa membayar sepatu kamu,” bisik Danu.. 

“Apa Mas! Memangnya kartu kamu yang lain gak bisa? Itu kan banyak Kartu Kredit kamu!” rajuk Astrid kesal. 

“Iya sayang tunggu yah nanti aku cek dulu mungkin Si Babi gemuk itu lupa membayar tagihan kartu kredit ku,” ujar Danu. 

“Ih Mas, malu-maluin aku aja,” gerutu Astrid dengan bibir cemberut. 

“Maaf yah, sayang yuk keluar dulu aku mau menelpon Alina,” pintar Danu panik. 

Merdeka lalu buru-buru keluar dari toko sepatu itu sedangkan Danu mencari tempat sepi untuk menelpon Alina. Perasaannya saat ini sangat kesal dan marah.

“Halo Alina!” Dengus Danu. 

“Iya ada apa?” jawab Alina ketus. 

“Ini Alina, kenapa kartu kredit, Mas. Tidak bisa di pakai yah apa kamu lupa belum membayar tagihan kartu kredit, Mas?” ujar Danu tiba-tiba lembut ia tidak ingin memancing kemarahan Alina. 

“Oh Memang aku sengaja Mas, memblokir kartu itu sebab tagihannya  sudah tidak masuk akal aku gak sanggup lagi untuk membayarnya,” jawab Alina tegas. 

“Apa kamu bilang! terus, Mas belanja pakai apa Alina!”  Danu kesal. 

“Cari saja uang untuk kamu sendiri Mas, kamu kan masih sehat dan bugar gak seharusnya kamu berdiam diri di rumah terus. Seharusnya kamu bisa cari uang minimal untuk menghidupi diri kamu sendiri.” 

“Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu Alina! Apa kamu sedang menghina saya hah! karena saya pengangguran begitu!” 

“Silahkan, Mas, simpulkan sendiri. aku sibuk!” kata Alina mengakhiri percakapan dengan Danu. 

“Sialan! Si Ba*i gemuk itu,”  oceh Danu geram. 

Setelah melihat Danu selesai menelpon, Astrid kemudian menghampiri Danu. “Gimana, Mas bisa kartu kredit kamu dipulihkan?” tanya Astrid penasaran. 

Danu berusa bersikap tenang ia tidak ingin Astrid  marah kepadanya karena ia tidak jadi belanja. 

“Bisa dong sayang,” ucap Danu berpura-pura. 

“Yey kalau gitu kita belanja lagi yah,” pinta Astrid kegirangan. 

“Tu..nggu sayang Aduh.. Duh sayang, perutku sakit banget sepertinya asam lambungku kambuh nih gawat aku gak bawa obat lagi,” rintih Danu yang sedang berakting di hadapan Astrid.

“Yah, gimana dong Mas,” Astrid panik. 

“Aw.. Sayang perutku semakin sakit,” rintih Danu lagi. 

“Sayang sepertinya, aku harus pulang dulu untuk minum obat,” ucap Danu. 

“Terus aku gimana, Mas!” 

“Kamu pulang sendiri yah. Aku harus cepat pulang ke rumah sebelum aku pingsan,” ucap Danu meyakinkan. 

“Ya sudah, Mas. “Kamu pulang saja,” Dalam hati Danu ia senang karena berhasil membohongi Astrid. 

Danu langsung tancap gas untuk pulang  ke rumah. Ia berniat untuk memberi pelajaran kepada Alina sampai ia bersujud di kakinya. 

Sesampainya dirumah Danu langsung berakting mengeluarkan sebuah koper ia berniat ingin menakut-nakuti Alina dengan pergi dari rumah. Danu berpikir jika trik ini akan  berhasil untuk menakuti Alina karena Danu tahu persis kelemahan Alina adalah ia tidak bisa hidup sendiri ia takut ia akan ditinggalkan oleh orang lain termasuk dirinya. Suara deru mobil dari luar sudah semakin dekat.

Danu ia mengintip dibalik jendela, benar saja itu mobil Alina ia buru mengacak rumah agar terlihat dramatis. Danu mengeluarkan koper yang sudah berisi pakaiannya. 

Begitu Alina masuk ke rumah ia terkejut melihat isi ruang yang begitu berantakan seperti kapal pecah. Matanya terbelalak ia pikir telah terjadi pencurian di rumahnya itu. 

“Mas.. Mas!” Teriak Alina memanggil suaminya. 

Danu kemudian keluar dari kamar dengan membawa sebuah koper ia memasang mimik wajah marah. 

“Ada apa ini Mas?” Teriak Alina ketika melihat Danu keluar sambil membawa sebuah koper. 

“Aku akan pergi dari rumah ini Alina perlakuanmu terhadapku sudah keterlaluan. Pertama kamu tidak memberi ibuku uang. kedua kartu kreditku kamu blokir!” hal sudah sangat keterlaluan tahu kamu!” kecam Danu. “kalau seperti ini terus lebih baik aku pergi dari rumah ini!” Teriak Danu. 

Alina menarik napas panjang ia sudah mengira hal ini akan terjadi sebab bukan sekali ini saja Danu bertingkah kekanak-kanakan seperti ini tetapi seperti yang Danu harapankan Alina selalu menghentikan tindakan Danu, tetapi tidak untuk kali ini. Alina sudah lelah. 

“Baik Mas, pergi saja kalau itu mau kamu aku tidak akan mencegah kamu,” sahut Alina santai. 

Perkataan Alina itu membuat Danu terkejut karena bukan itu respon yang ia diharapkan. 

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Dasar si mokondo tdk tau diri sdh hidup numpang belagu bagus Alina usir saja jgn mau dimanfaatin lagi sama si Danu dan keluarganya.

2025-02-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!