Takdir

Keesokan paginya, sinar matahari menembus celah tirai kamar hotel, menerangi ruangan yang masih diselimuti keheningan. Rania menggeliat pelan, kepalanya terasa berat dan tubuhnya seperti tidak bertenaga. Matanya perlahan terbuka, dan hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamar hotel yang asing baginya.

Kebingungan langsung menyelimuti pikirannya. Ini bukan kamarnya. Ini bukan tempat yang seharusnya ia berada. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi rasa nyeri di sekujur tubuhnya membuatnya mengerang pelan.

Saat itulah matanya menangkap sosok pria yang masih tertidur di sebelahnya. Sosok yang familiar, tapi bukan orang yang biasanya ia lihat. Rania pun terkejut dan langsung bangun dari tidurnya , menyadari bahwa ia tidak mengenakan pakaian selembar pun , Rania langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

“Pak… Pak Bagaskara?” ucap Rania dengan suara bergetar sambil melihat kearah laki-laki yang tertidur di sebelahnya itu .

Bagaskara yang merasakan pergerakan di sampingnya pun membuka matanya dengan malas, namun begitu kesadarannya kembali, ekspresi wajahnya berubah drastis. Ia langsung terduduk, menyadari keadaan mereka. Bagaskara sadar kalau tubuhnya tidak di tutupi sesuatu , namun karena selimut sudah di pakai Rania . Terpaksa ia menggunakan bantal untuk menutupi bagian depannya.

“Kamu… apa yang terjadi?” tanya Bagaskara dengan suara yang serak, matanya mengamati keadaan sekitar, mencoba mengingat bagaimana mereka bisa berada dalam situasi ini.

Rania menggeleng, air matanya mulai menggenang. “Saya… saya tidak ingat apa pun. Saya hanya ingat minum di bar, lalu tiba-tiba pusing… dan setelah itu saya sudah di sini.” ucapnya dengan terbata , sesekali ia akan memukul kepalanya untuk mencoba mengingat apa yang terjadi dengan mereka.

Bagaskara mengusap wajahnya, pikirannya kacau. Ia ingat kalau ia menyelamatkan Rania dari pria yang berniat jahat padanya, dan karena Rania yang terus mengeluh kepanasan ia pun berinisiatif membawa Rania di hotel dan berencana akan meninggalkannya . Namun , di saat ia kan pergi Rania menahannya dan karena ia juga terpengaruh alkohol terjadilah hubungan yang seharusnya tidak di lakukan.

Bagaskara yang ingat apa yang terjadi pun memukul kepalanya cukup kencang , ia merilis kebodohannya yang tidak bisa menahan hawa nafsunya . Meskipun Rania yang menggodanya , namun gadis itu terpengaruh obat perang*sang .

Beberapa detik mata mereka saling menatap dalam keheningan. Rania merasa dadanya sesak. Apakah ia baru saja tidur dengan ayah angkat Nathan? Pria yang sudah ia hormati sebagai atasan di perusahaan? Apa yang akan terjadi padanya sekarang?

Tiba-tiba, rasa jijik pada dirinya sendiri muncul. Ia meremas selimut dengan erat, lalu menundukkan kepala, air matanya jatuh satu per satu.

Bagaskara merasakan rasa bersalah yang begitu besar. Ia tidak tahu bagaimana hal ini bisa terjadi, tetapi yang jelas, ia telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.

“Kamu pacarnya Nathan kan ? Rania ? " ucap Bagaskara sambil menatap Rania yang terus tertunduk. Dan Rania yang mendengar perkataan laki-laki di depannya pun mengangkat kepalanya ,sebelum menunduk kembali.

" Rania… saya minta maaf. saya benar-benar menyesal atas apa yang terjadi pada kita , namun yang harus kamu tahu , saya tidak sengaja melakukannya." Ucap Bagas dengan tulus , ia benar-benar merasa bersalah .

Sesekali Bagaskara akan mengumpat pada dirinya sendiri , ia tidak habis pikir dengan apa yang terjadi , bagaimana mungkin ia meniduri pacar anaknya sendiri , Nathan memang belum memperkenalkan mereka secara resmi . Namun Bagaskara sudah tahu hubungan mereka sejak lama , dan kini entah bagaimana hubungan mereka saat tahu apa yang sebenarnya terjadi .

Rania tidak menjawab. Ia masih berusaha mencerna semuanya, tetapi rasa sakit di hatinya karena pengkhianatan Nathan bercampur dengan kebingungan akibat kejadian ini.

Bagaskara berdiri dari tempat tidur, meraih pakaiannya, lalu mengenakannya dengan cepat. Setelah selesai memakai pakaiannya , ia pun mengambil pakaian Rania dan meletakkannya di samping wanita yang sudah tidak gadis lagi itu.

Rania masih duduk membeku di atas tempat tidur, jari-jarinya mencengkeram erat selimut yang menutupi tubuhnya. Air matanya terus mengalir tanpa bisa ia kendalikan. Rasanya seperti mimpi buruk yang terlalu nyata, sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya, apalagi terjadi dalam hidupnya.

Bagaskara berdiri di dekat tempat tidur, mengamati Rania yang masih terisak. Wajahnya penuh dengan rasa bersalah dan kebingungan yang mendalam. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sebelum akhirnya membuka suara.

"Rania..." Suaranya dalam dan tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terdengar. "Saya ingin tahu... bagaimana kamu bisa ada di sini? Terakhir saya melihat kamu , kamu ada di bar, minum... dan setelah itu ada pria yang berusaha melecehkan kamu , saya berusaha menolong namun yang terjadi justru sebaliknya . Bukannya menolong kamu saya malah merusak kamu ! " ucap Bagaskara bercerita dengan jujur apa yang ia lihat malam itu.

Rania yang mendengar itu pun menggigit bibirnya, berusaha mengingat kembali kejadian semalam. Namun, ingatannya seperti kepingan puzzle yang belum tersusun dengan jelas. Ia hanya ingat suara musik yang berdentum di sekelilingnya, gelas-gelas minuman yang terus berdatangan, dan kemudian perasaan pusing yang luar biasa.

Namun , semakin Rania mencoba mengingat , ia ingat jika ia meminum minuman yang diberikan oleh bartender . Padahal saat itu ia tidak sedang memesan minuman.

"Saya... saya tidak ingat banyak," jawabnya dengan suara parau. "Yang saya ingat , saya sedang duduk di bar sendirian. saya butuh waktu untuk menenangkan diri setelah..." ucap Rania yang terhenti , ia ingat kalau alasannya ke bar karena ia melihat Nathan tengah selingkuh dengan Claudia .

Bagaskara yang mendengar itu pun mengangkat alisnya. "Setelah apa?" tanyanya yang penasaran dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang baru saja ia ambil kegadisannya.

Rania menghela napas panjang , mau tidak mau ia harus memberitahukan pada Bagaskara kalau ia melihat anak angkatnya itu tengah bermadu kasih dengan wanita lain. Tangannya menghapus air mata yang masih mengalir sebelum akhirnya memberanikan diri untuk menatap Bagaskara.

"Setelah saya melihat Nathan dengan teman kecilnya , Claudia. Mereka menghianati saya , mereka membicarakan saya disaat mereka tengah berbagi peluh !" Ucap Rania dengan lirih , sesekali ia akan menghapus air matanya yang jatuh.

Bagaskara yang mendengar itu pun tidak bisa tidak terkejut, tetapi ia tidak langsung berbicara. Ia membiarkan Rania melanjutkan.

"Saya pergi ke bar, ingin menenangkan diri. Saya tidak pernah minum alkohol sebelumnya, tapi entah kenapa malam itu saya hanya ingin melupakan semuanya." Suaranya terdengar putus asa. "Saya terus minum, sampai akhirnya saya merasa sangat pusing dan tidak bisa berpikir jernih." Ucap Rania panjang lebar bercerita pada pria yang berhasil mengambil keperawa*nannya itu .

Bagaskara mengangguk pelan, kini ingatannya sedikit demi sedikit kembali. Ia ingat melihat Rania dalam keadaan mabuk berat, nyaris tak bisa berdiri dengan benar. Ia tahu kalau Rania ini merupakan pacar Nathan karena Nathan pernah bicara kalau ia punya pacar. Dan sebagai ayah yang baik ia mencoba mencari tahu , dan ia setuju jika Nathan berpacaran dengan Rania . Karena menurutnya , Rania ini wanita baik-baik.

"Bagaimana Nathan bisa berbuat seperti itu , di saat ia selalu membicarakan kamu dengan saya ! " ucap Bagaskara akhirnya , ia tidak habis pikir kalau anaknya akan bertindak seperti itu.

" Nathan membicarakan saya ? " tanya Rania dengan tidak percaya , dan Bagaskara yang mendengar itu pun menganggukan kepalanya.

" Ia sering bicara tentang kamu karena saya yang bertanya lebih dulu tentang kamu padanya , biar bagaimanapun saya tahu kalau Nathan itu selalu gonta-ganti pasangan . Dan saya bertanya tentang keseriusannya ! " ucap Bagaskara pada akhirnya , dan Rania yang mendengar itu pun merasa nyeri di dadanya.

Ternyata Nathan berbohong padanya , Nathan pernah berkata padanya kalau ia adalah pacar pertamanya .

Keheningan panjang menyelimuti mereka. Rania menggigit bibirnya, perasaan marah, sedih, dan bingung bercampur menjadi satu.

Bagaskara akhirnya berbicara lagi, kali ini suaranya lebih pelan, lebih dalam. " Saya akan bertanggung jawab." ucap Bagaskara lagi , kali ini ia menatap ke arah Rania .

Rania menoleh dengan ekspresi terkejut. "Apa?" ucapnya yang spontan karena kaget

"Saya sudah melakukan kesalahan besar," kata Bagaskara dengan mantap. "Saya tidak bisa berpura-pura ini tidak pernah terjadi. Saya tidak bisa membiarkan, kamu menanggung semuanya sendirian." Ucap Bagaskara lagi dengan tegas .

"Tapi... ini bukan salah bapak ," bisik Rania. "Saya juga tidak sadar ..." Ucapan Rania pun terputus , karena Bagaskara memotong perkataannya.

"Tidak peduli siapa yang salah atau benar," potong Bagaskara. "Yang jelas, saya tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian." Ucap Bagaskara lagi , ia benar-benar akan bertanggung jawab pada wanita yang seharusnya menjadi menantunya itu .

Rania menatapnya, hatinya dipenuhi oleh perasaan yang begitu bertentangan. Di satu sisi, ia merasa lega karena Bagaskara tidak akan lari dari tanggung jawab. Tapi di sisi lain, ia tidak bisa membayangkan akan menikah dengan pria yang seharusnya menjadi ayah mertuanya.

Terlebih lagi... bagaimana jika Nathan mengetahui kalau ia tidur dengan ayah yang selama ini menjadi panutannya!

Bagaskara menatap Rania dalam-dalam. "Kita akan mencari jalan keluar, Rania. Tapi untuk sekarang, yang paling penting adalah memastikan kamu baik-baik saja." Ucap Bagaskara lagi yang tahu apa yang saat ini sedang di pikirkan oleh Rania .

Rania terdiam. Ia ingin percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, tetapi dalam hatinya ia takut kalau ada nyawa yang hadir karena kejadian ini.

.

.

Bersambung...

Episodes
1 Malam yang tak terduga
2 Takdir
3 Penyesalan
4 Cerita Yang Sebenarnya
5 Dosa Diantara Kita
6 Harga Sebuah Kesalahan
7 Diantara Bayang-Bayang
8 Takdir Yang Menghantui
9 Terikat Tanpa Pilihan
10 Terjebak Dalam Bayangan
11 Garis Dua Yang Mengubah Hidup
12 Rahasia Diantara Kita
13 Di Persimpangan Takdir
14 Keberanian di Tengah Ketidakpastian
15 Jejak Takdir: Anak dari Pria Tak Terduga
16 Membuat Keputusan
17 Pertemuan Yang Menentukan
18 Pilihan Tanpa Jalan Pulang
19 Pernikahan Tanpa Pilihan
20 Pernikahan Diujung Badai
21 Badai dalam Keluarga: Dosa yang Tak Termaafkan
22 Takdir yang Terungkap: Ayah, Anak, dan Pengkhianatan
23 Takdir Diujung Jalan
24 Pernikahan Tanpa Cinta: Tanggung Jawab atau Paksaan?
25 Ikatan Tanpa Pilihan
26 Takdir Yang Tak Terduga
27 Cincin Untuk Rania
28 Lamaran Sang Sultan: Takdir yang Tak Terduga
29 Takdir Menyatukan Kita
30 Antara Takdir Dan Pilihan
31 Takdir Yang Tak Terduga 2
32 Janji Dibawah Langit
33 Takdir dibawah cahaya bintang
34 Janji di Pelaminan
35 Sebuah Awal Baru
36 Belajar Menerima Keadaan
37 Hari Baru, Status Baru
38 Janji Di Hamparan Sawah
39 Mempersiapkan Acara Resepsi
40 Langkah Baru Rania: Meniti Hidup sebagai Istri
41 Makan Malam Romantis
42 Pelan-pelan Jatuh Cinta
43 Resepsi Pernikahan 1
44 Resepsi Pernikahan 2
45 Penyesalan Nathan
46 Mulai Posesif
47 Nasihat Ibu
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Malam yang tak terduga
2
Takdir
3
Penyesalan
4
Cerita Yang Sebenarnya
5
Dosa Diantara Kita
6
Harga Sebuah Kesalahan
7
Diantara Bayang-Bayang
8
Takdir Yang Menghantui
9
Terikat Tanpa Pilihan
10
Terjebak Dalam Bayangan
11
Garis Dua Yang Mengubah Hidup
12
Rahasia Diantara Kita
13
Di Persimpangan Takdir
14
Keberanian di Tengah Ketidakpastian
15
Jejak Takdir: Anak dari Pria Tak Terduga
16
Membuat Keputusan
17
Pertemuan Yang Menentukan
18
Pilihan Tanpa Jalan Pulang
19
Pernikahan Tanpa Pilihan
20
Pernikahan Diujung Badai
21
Badai dalam Keluarga: Dosa yang Tak Termaafkan
22
Takdir yang Terungkap: Ayah, Anak, dan Pengkhianatan
23
Takdir Diujung Jalan
24
Pernikahan Tanpa Cinta: Tanggung Jawab atau Paksaan?
25
Ikatan Tanpa Pilihan
26
Takdir Yang Tak Terduga
27
Cincin Untuk Rania
28
Lamaran Sang Sultan: Takdir yang Tak Terduga
29
Takdir Menyatukan Kita
30
Antara Takdir Dan Pilihan
31
Takdir Yang Tak Terduga 2
32
Janji Dibawah Langit
33
Takdir dibawah cahaya bintang
34
Janji di Pelaminan
35
Sebuah Awal Baru
36
Belajar Menerima Keadaan
37
Hari Baru, Status Baru
38
Janji Di Hamparan Sawah
39
Mempersiapkan Acara Resepsi
40
Langkah Baru Rania: Meniti Hidup sebagai Istri
41
Makan Malam Romantis
42
Pelan-pelan Jatuh Cinta
43
Resepsi Pernikahan 1
44
Resepsi Pernikahan 2
45
Penyesalan Nathan
46
Mulai Posesif
47
Nasihat Ibu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!