Lagi-lagi teriakan kencang memecah pagi berkabut yang cukup dingin. Rini yang semula ketakutan langsung merapat mendekat tubuh Raka. Sementara Arif dan Dulmatin yang baru saja menggeliat dari tidurnya saling menatap.
“Apa itu Rif?” Tanya Dulmatin mengucek matanya yang masih sepat mengantuk.
“Lah mbuh, Dul. Suaranya dari arah homestay deh.” Arif celingukan melihat beberapa warga keluar dari rumah termasuk pak RT setempat.
“Suara Samsul?” Tanya Raka pada Rini.
“Kayaknya iya deh mas, kita kesana yuk?” Rini menarik tangan Raka, memaksa lelaki itu berjalan cepat.
“Rif, Bang Dul, ayo cepetan nyusul!” Ujar Raka dengan suara lantang. Ekspresinya terlihat bingung sekaligus penasaran.
Dulmatin bergegas bangun, menyampirkan sarung buluknya ke bahu, menyusul Arif yang berjalan di depannya.
“Ada apa sih, kok teriak kenceng banget?” Raka segera bertanya pada Samsul yang masih pucat pasi menatap ke dalam ruangan.
“I-itu mas, liat aja sendiri,” sahutnya gemetar sambil melangkah mundur.
Raka menoleh ke sekitarnya, ia ditemani beberapa pemuda akhirnya masuk ke dalam melihat apa yang menjadi biang kerok keributan.
“Astaghfirullah Al adziim!”
Mereka sontak menutup hidung dan mengibaskan tangan, menghalau bau busuk disertai anyir darah.
“Siapa yang iseng taruh bangkai ayam disini sih?” Raka bersungut-sungut kesal memperhatikan enam bangkai ayam busuk bergelantungan dalam posisi terbalik.
“Kita nggak tahu mas, tau-tau semua ada disini. Saya juga kaget karena pintu rumah sudah terbuka padahal saya sendiri yang memastikan itu terkunci.” Jawab salah satu anggota tim Raka.
“Coba cek, siapa tahu ada barang kita yang hilang!” Raka memerintahkan kepadanya untuk segera memeriksa peralatan mereka.
“Lihat lantai ini, seharusnya kalau pintu terbuka saat malam hari …,” Dulmatin menunjuk ke lantai.
“Lantai bakal basah dan pasti ada jejak,” sambung Arif.
“Iya, tapi kalau waktu masuknya cukup lama air juga bakal hilang tanpa jejak Rif.” Kata Dul lagi.
Arif berjongkok, “ini tegel lama yang bisa menyerap air dengan cepat.”
“Duh, siapa sih yang iseng pagi-pagi begini? Bikin repot aja.” Pak RT ikut kesal, ia lantas memerintahkan dua warga lainnya untuk segera menyingkirkan enam bangkai ayam busuk itu.
“Apa tidak ada satupun saksi dari kalian?” Pak RT kembali bertanya pada kru Raka lainnya.
“Nggak ada pak, kami semua tidur pulas sekali. Udara mendukung dan posisi kami kelelahan.” Jawab Kru yang ditanya.
Pak RT menghela nafas berat, ia menoleh pada Arif dan Dulmatin. “Sepertinya ada yang nggak suka mereka menginap disini.”
Arif dan Dulmatin setuju. Bisa jadi ulah iseng ini supaya Raka dan timnya tidak menginap disana dalam jangka waktu lama.
“Ada apa ini ribut-ribut?!” Suara wanita terdengar dari halaman homestay.
Semua mata menatap ke arah wanita cantik berkebaya lurik yang berjalan anggun. Tatapannya datar dan dingin, ia menatap Raka yang terlihat tak suka dengan kedatangannya.
“Nak Raka, bukankah saya sudah bilang kalau homestay ini tidak disewakan? Sekarang kamu tahu kan apa sebabnya?”
Wanita berkonde dengan rangkaian melati asli menghiasi rambutnya itu tersenyum dingin.
“Jadi ibu yang bikin ulah?” Tanya balik Raka tak suka.
“Saya? Buat apa? Tidak ada untungnya untuk saya.” wanita cantik itu menjawab dengan decakan sinis.
“Bu Ningsih, mohon maaf sebelumnya. Memangnya kenapa homestay ini tidak disewakan pada nak Raka. Setahu saya, bukannya rumah ini memang dibuka untuk umum?” Pak RT bertanya penasaran.
“Memang untuk umum tapi tidak untuk dua bulan kedepan!” Lirikan mata Bu Ningsih terlihat mengerikan. Tajam dan sangat misterius. Aura kecantikannya seketika hilang saat ia berkata lagi.
“Saya beri nak Raka waktu tiga hari untuk segera pergi dari sini!” Ucapnya tegas tanpa kompromi.
“Lho nggak bisa gitu dong Bu, kami sudah bayar untuk sebulan penuh!” protes Rini dengan emosi.
“Saya sudah bilang kan, kalau ada kejadian aneh di rumah ini maka kalian harus angkat kaki dan uang pembayaran hangus!” Bu Ningsih tetap bersikukuh.
“Lho nggak bisa gitu Bu, ini pasti sengaja kan biar ibu dapat untung?” Rini kembali melayangkan protes tapi ditanggapi dingin Bu Ningsih.
“Mas Arif, pak RT coba deh bantu kita. Ini namanya penipuan!” Rini mencoba mencari pembela.
Tapi Arif dan yang lain tak bisa berbuat banyak. Bu Ningsih terkenal alot dan suka mempertahankan argumennya. Lagipula warga sekitar juga sudah mengetahui jika homestay yang digunakan tim fotografer Raka memang jarang terbuka untuk umum. Mereka cukup terkejut saat Raka membawa banyak orang untuk menginap disana.
“Mas Raka kok diem aja sih, ini kita gimana? Kita ditipu lho mas, ini pasti ulah ibu ini jadi berdampak force majeure!” Rini masih tidak terima.
Raka menatap Arif, menggelengkan kepala pelan. Meminta Raka untuk mengalah pada bu Ningsih.
“Sudahlah Rin, ini salahku kok. Aku yang memaksa Bu Ningsih buat setuju. Sudah sekarang kita bersiap buat ke lokasi. Padatkan sampai tiga hari ke depan.”
“Tapi kan …,” Rini kembali hendak bicara tapi di stop Raka.
“Rin?!”
Rini mendengus kesal, menatap tak suka pada Bu Ningsih lalu pergi tanpa mengucap kata. Bu Ningsih tersenyum datar, ia menatap Raka. “Ingat dalam tiga hari, jika tidak … saya nggak akan menanggung resikonya!”
Bu Ningsih pergi diikuti lelaki dengan pakaian khas pendekar Jawa dilengkapi ikat kepala.
“Wes dah mirip kayak centeng VOC ples majikannya yang sodrun!” Gerutu Dulmatin yang tak habis pikir dengan sikap Bu Ningsih.
“Pie neh Dul, kamu kan tahu sendiri siapa dia?” Arif menimpali.
“Memangnya, Bu Ningsih itu siapa Rif?” Tanya Raka penasaran hal ini membuat Arif terkejut.
“Eeh, dia itu … ehm,”
Bersambung ...,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
EL SHADAY
update woi! dah slese lebarannya.
2025-04-07
2
nath_e
hai semua, karena kesibukan yg luar biasa, cerita ini terpaksa sy tunda sampai setelah lebaran yaa🙏🙂terimakasih atas perhatiannya dan selamat menjalankan ibadah puasa...mohon maaf lahir batin semua🙏
2025-03-01
0
Siti H
curang donk
2025-05-13
1