Mata Feng Luozhi memerah menahan tangis agar tidak tumpah. Melihat tanah kelahiranya sekarang sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Bahkan keadaanya sangat parah, rumah penduduk Desa hangus dilahap api hingga menyisakan puing-puing penyanggah.
"A-apa yang terjadi?!" Lutut Feng Luozhi terasa lemas hingga membuatnya terjatuh. Kedua tanganya meremas rambut merasa frustasi.
Kenapa harus hal ini yang pertama kali di lihat saat dia kembali dari hutan kabut hitam. Angan-anganya hancur tentang dirinya yang tidak akan malu lagi pada penduduk desa karena meridianya yang mulai berfungsi, ataupun tentang menunjukan hasil pencapaian yang di raihnya selama ini pada orang tuanya.
Pada akhirnya air matanya mulai menghianati Feng Luozhi, perlahan cairan bening mulai merembes keluar dari sudut matanya. "Sebenarnya...sebenarnya apa yang sedang terjadi di desaku?!" Feng Luozhi menggeleng kuat kepalanya, berusaha menampik kenyataan yang ada.
Riuzu mengambang di samping Feng Luozhi menatap hamparan puing-puing bangunan yang sudah berwarna hitam. Pandanganya teralihkan pada muridnya yang terpukul hebat melihat kenyataan pahit di hadapanya. Tentu saja ini membuat syok apalagi di umur Feng Luozhi yang belum genap sepuluh tahun.
Riuzu menatap iba Feng Luozhi. "Murid tenangkan pikiranmu, dan kendalikan dirimu." Kemudian Riuzu melayang lebih maju mendekati desa, lalu mengelus dagunya. "Lebih baik kamu menyelidiki penyebab desamu menjadi seperti ini. Tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi!" Riuzu berbalik memandang muridnya yang masih merasa terpukul.
Feng Luozhi menatap Riuzu gurunya, membenarkan setiap perkataan Riuzu. Karena sekarang bukan saatnya menyesali seseuatu yang sudah terjadi, tapi bukan berarti untuk Feng Luozhi menyerah justru menjadikanya penyesalan itu sebuah lompatan untuk menjadi sosok lebih berguna di masa depan. Dan melawan segala tindak tanduk kejahatan yang ada.
"Maaf guru, murid terbawa suasana." Feng Luozhi berusaha tegar walau kenyatanya pahit. "Murid akan belajar dari sebuah penyesalan dan kejadian hari ini!" Feng Luozhi berkata dingin namun terdengar tegas.
Riuzu tersenyum, ternyata secepat itu perubahanya. Mungkin mulai dari sekarang Riuzu akan jarang menemukan sifat yang biasa di tunjukan Feng Luozhi. Karena sekarang Riuzu bisa menebak muridnya akan menutup diri menjadi pribadi yang dingin.
"Tidak, itu wajar untuk anak seusiamu! tapi kamu benar penyesalan bukanlah akhir dari segalanya" Riuzu mengulas senyum, rasanya baru ini dia berbicara formal pada muridnya, karena biasanya mereka akan berdebat.
Riuzu menghela nafas pelan, menyadari perubahan sikap Feng Luozhi dia yakin setelah apa yang terjadi hari ini hubungan dua murid tersebut akan terasa beda dari biasanya.
Feng Luozhi menyadari perubahan Raut Riuzu, kemudia tersenyum canggung sambil menggaruk hidungnya. "Guru jangan khawatir murid tidak akan berubah jika bersama guru. Tapi murid tidak bisa menjamin jika itu pada orang lain." Feng luozhi berkata.
"Benarkah? kalau begitu aku tidak akan segan memberi misi latihan padamu!" Riuzu berkata antusias lalu melayang meninggalkan Feng Louzhi sambil bersiul dengan kedua tanganya di belakang.
Feng Luozhi hanya menghela nafas berat, kenapa sifatnya tidak berubah pikirnya. Lalu mulai mengikuti langkah Riuzu.
Setelah jalan beberapa lama, akhirnya mereka tiba di kediaman Feng Luozhi yang kini hanya tersisa puing-puing bangunan tidak jauh berbeda dari bangunan penduduk desa lainya. Feng Luozhi hanya tersenyum getir sambil melangkah memasuki kawasan bangunan yang sudah tidak berbentuk.
Feng Luozhi berjalan menuju kamarnya yang hangus terbakar semua, kamudian menuju kamar kedua orang tuanya. Namun matanya terkejut melihat jasad kedua orang tuanya yang tinggal tulang belulang tampak saling melindungin. Tentu saja itu tidak menghalangi Feng Luozhi untuk mengenali orang yang paling menyanginya.
Feng Luozhi tidak bisa berkata-kata, namun air matanya kembali tumpah tak kuasa menahan tangis melihat kondisi kedua orang tuanya. Secara Reflek Feng Luozhi langsung bersujud di depan jasad orang tuanya dengan air mata yang merembes tidak henti-henti.
"Ayah ibu, maaf Feng-Feng datang terlambat!" Feng Luozhi berkata dengan suara bergetar. "Aku aku aku..." Feng Luozhi tidak sanggup berkata-kata namun air matanya mengalir terus.
Riuzu melayang sedikit manjauh dari lokasi Feng Luozhi. Membiarkan muridnya untuk berkeluh kesah pada jasad orang tuanya, walaupun keduanya sudah tidak bernyawa setidaknya Feng Luozhi mersa sedikit lega mengetahui masih bisa melihat kedua orang tuanya walau wujudnya sudah berbeda.
Setelah beberapa lama menunggu Feng Luozhi berkeluh kesah akhirnya Feng Luozhi menguburkan jasad kedua orang tunya di samping rumah. Masih dengan wajah sembab, Feng Luozhi mematung tidak jauh dari makam orang tuanya.
Riuzu menepuk pundak Feng Luozhi, menyadarkan muridnya tersebut dari keterdiamanya. "Feng-Feng tadi guru menemukan kalung giok ini di lantai kamar orang tuamu." Riuzu menunjukan kalung giok berwarna kuning bening yang tadi di temukanya.
"Feng-Feng? apa guru tidak salah memanggil?" Feng Luozhi bertanya Heran di padu dengan matanya yang sedikit membengkak, jadi terlihat konyol. Kemudian tanganya meraih Kalung Giok yang ada di genggaman tangan Riuzu.
Riuzu mengalihkan pandanganya sedikit malu. "Ah itu, mulai sekarang guru akan memanggil murid dengan sebutan Feng-Feng" Riuzu berkata sedikit malu, ajaibnya kipas bunga favoritnya tiba-tiba ada di genggamanya.
"Mungkin ini kalung milik ibu saat muda dulu!" Feng Luozhi mengenakannya di lehernya. "Oh ya terserah guru mau memanggil murid dengan sebutan apa, asal jangan yang aneh-aneh" Feng Luozhi berkata santai, membuat Riuzu geram karna merasa tidak ada kesan sedikitpun.
"Hmm...hmm..." Riuzu menganggukkan kepalanya sambil batuk pelan.
Feng Luozhi melirik Riuzu heran, namun hanya sesaat sebelum menanyakan tujuan selanjutnya. Riuzu menjelaskan Feng Luozhi harus mendaftarkan diri pada sebuah sekte agar menambah wawasan dan mendapatkan identitas murid dari sebuah sekte.
.....
Sebelum meneruskan perjalanan mencari perguruan untuk mendafar, Feng Luozhi memilih mampir ke kota untuk membeli baju baru. Karena jujur selama di hutan Feng Luozhi tidak pernah berganti pakaian tapi bajunya tetap di cuci untuk tetap bersih walau nyatanya warna semakin memudar dari waktu ke waktu.
Feng Luozhi berjalan tenang memperhatikan sekeliling kota. Banyak pasang mata yang memperhatikan penampilan Feng Luozhi, sebagian ada yang berkomentar buruk terhadap pakaian compang camping Feng Luozhi.
Namun sebagainya lagi ada yang berdecak kagum dengan wajah tampan Feng Luozhi meski umurnya belum genap sepuluh tahun namun kharisma dan fisiknya seperti remaja yang berumur 14-16 membuat Feng Luozhi tampak dewasa.
Namun Feng Luozhi tidak memperdulikanya, dan memilih menyibukan mencari toko pakaian. Feng Luozhi menghampiri sebuah toko yang menjual Pakaian pendekar terbesar di pusat kota. Tanpa manunggu lama Feng Luozhi berjalan ingin masuk ke dalam toko, namun langkahnya di halangi oleh seorang penjaga toko.
Feng Luozhi menaikan alisnya heran melihat Reaksi penjaga toko. "Ada apa?" tanya Feng Luozhi.
"Anak muda sebaiknya kau mencari toko lain, karena harga pakaian di sini tidaklah murah!" Penjaga Toko berkata dengan gaya merendahkan.
"Aku bebas menentukan pilihanku!" Feng Luozhi tidak memperdulikan teguran sang penjaga toko dan mulai melanjutkan lagkahnya. Hingga tiba-tiba sebuah golok besi menghalangi langkahnya.
"Anak muda kenapa kamu tidak mendengarkanku, lihatlah penampilanmu yang seperti itu! bagaiman mungkin kau akan membeli baju yang bahkan penghasilanmu setahun pun tidak akan cukup!" Pria penjaga toko itu berkomentar panjang dengan suara yang lumayan besar memancing orang-orang yang lewat untuk menyaksikan mereka berdua.
"Ada apa dengan penampilanku? bukankah ini toko pakaian terbesar? dan lagi di sana tertulis bahwa 'pelanggan adalah raja!' " Jelas Feng Luozhi sambil mengeja tulisan yang ada di papan nama toko.
"Itu memang prinsip toko ini, tapi bukan berarti untuk rakyat miskin sepertimu!" Pria penjaga toko berdalih.
Seorang pria paruh bayah gemuknampak berjalan keluar dari dalam toko setelah mendengar keributan di depan tokonya. "Ada apa ini?" Tanyanya pada penjaga toko.
Pria penjaga toko itu mendekat ke arah atasanya, lalu membisikan sesuatu di telinga pria paruh bayah gemuk. Setelah selesai sang penjaga toko memandang Feng Luozhi dengan puas seoalah mengatakan 'aku menang!'.
Pria gendut itu memandang Feng Luozhi dari atas samapi bawah. "Anak muda-" Sebelum selesai bicara sebuah kantong kecil terlempar ke arah pria gemuk itu yang reflek di tangkap cepat.
"Didalamnya terdapat 50 keping koin emas apa itu kurang?" Feng Luozhi berkata datar.
Pria gemuk dan penjaga toko terdiam memandang Feng Luozhi tidak percaya.
"kalian bisa menghitungnya ataupun memeriksa ke aslianya, jika kalian masih ragu aku bisa mencari toko pakaian lain." Feng Luozhi meminta kembali uangnya jika memang pria gemuk itu tidak percaya padanya.
"Ah tuan muda jangan seperti itu, ini sudah lebih dari cukup bahkan lebih, mohon tuan muda tidak tersinggung dengan perkataan penjaga toko kami" Seru pria gemuk itu.
"Aku terlanjur tersinggung!" Feng Luozhi berkata dingin memandang penjaga toko yang kini terdiam.
"Apa yang kau lakukan? cepat minta maaf atau tuan akan memecatmu!" Pria gemuk itu berdecak kesal pada penjaga toko.
"Ah ma-maafkan saya tuan muda yang tidak mengetahui apa-apa tentang anda." Penjaga toko itu membungkukkan badannya tanpa berani menatap wajah Feng Luozhi karena malu dan takut dengan ancaman pria gemuk di sampingnya.
"Hm, baiklah! lain kali tolong layani pelanggan dengan layak bagaimanapun kondisi yang terlihat!" Setelah mengatakannya Feng Luozhi berlalu memasuki toko pakaian di ekori pria gemuk di belakangnya.
Jangan heran karena kepingan koin emas itu tidaklah hasil curian. Melainkan harta yang terdapat di dalam cincin pusaka langit. Karna kini Feng Luozhi sudah memiliki tenaga dalam lebih dari empat ratus membuatnya bisa dengan leluasa membuka dan mengintip seluruh benda yang ada di cincin pusaka.
Ternyata bukan hanya harta yang menumpuk tetapi juga banyak kitab kitab kependekaran, meracik pil hingga beberapa benda pusaka lainya. Pantas saja cincin ini diincar pikir Feng Luozhi saat itu.
Akhirnya setelah membeli dan mengganti pakaian miliknya dan berjalan cukup lama, dan tentu saja setelah mengisi perutnya yang sudah lama tidak mencicipi masakan luar. Feng Luozhi memutuskan segera mencari Perguruan terdekat yang membuka pendaftaran hari ini.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Roni Sakroni
pembeli adalah raja....itu ungkapan peribahasa.
2025-04-04
0
tirta arya
thir ini mc..masuk utah umur brpa rrus didalem brpa lama..tau2 keluqr aja kaya entut ente thor😝😝😝😝🤪🤪🤮🤮🤮😎
2024-03-19
1
MrQues Ques
nah belum genap 10 thun....wkwkwk..kok bisa jadi kuat😙🤣😙🤣😙
2023-06-24
0