"Anna, tatap mataku. Katakan, apa yang terjadi? Apa kau marah padaku, Sayang?" tanya Jonathan khawatir.
"Nathan, aku ...."
Anna tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Dia bingung apa harus menceritakan aibnya ini kepada Jonathan atau tidak? Sebuah aib yang telah merubah seluruh hidupnya. Namun, tidak mungkin ia terus-menerus menyembunyikannya dari Jonathan.
Pria itu pasti akan mengetahuinya juga suatu saat nanti. Dari pada orang lain yang menceritakan hal yang tidak benar kepadanya, maka lebih baik dia sendiri yang berterus terang. Ya, Jonathan berhak tahu kebenarannya.
"Ada apa, Anna? Katakanlah, Sayang," ucap Jonathan lembut sembari memegang pipi Anna agar wanita itu menatapnya dan menceritakan apa masalahnya.
"Tadi ... tadi ... Nyonya Besar Williams datang ke sini mencariku."
"Tante Rose? Anna, untuk apa dia mencarimu dan ada hubungan apa kamu dengan keluarga Williams?"
Jonathan mulai penasaran apa hubungan tunangannya ini dengan keluarga Williams terutama dengan Andrew, mengingat reaksi Andrew ketika bertemu Anna pagi tadi.
"Nathan, Andrew adalah ... mantan suamiku."
"Apa?! Kau dan .... Lalu apakah dia adalah ayah Mickey?!"
Jonathan semakin bingung mendengar cerita Anna. Walaupun Alex dan Andrew adalah kakak beradik kandung, tetapi mereka tidak begitu mirip. Paras Alex mirip dengan Daniel, ayahnya. Sedangkan Andrew lebih mirip dengan Rose, ibunya.
Sekarang Anna bilang Andrew adalah mantan suaminya. Namun, Michael ... Michael lebih mirip dengan Alex ketimbang dengan Andrew, bahkan sangat mirip dengan Alex ketika ia kecil dulu. Jadi apa yang terjadi sebenarnya?
"Bukan! Dia bukan ayah Mickey. Aku ... aku tidak tahu siapa ayahnya." Anna mulai terisak.
"Sayang, tenanglah. Jangan menangis. Kau bisa menceritakannya padaku jika kau mau, tetapi jika itu membuatmu terluka, aku tidak ingin mengetahuinya," ucap Jonathan tulus seraya merengkuh wanita itu ke dalam pelukannya.
Dia tidak peduli dengan masa lalu Anna ataupun siapa ayah kandung Michael. Dia hanya ingin bersama dengan wanita ini dan juga putranya. Melindunginya dan membuat mereka bahagia. Jika dengan menceritakan kenangan itu akan kembali menggores luka lama, maka Jonathan bersedia untuk tidak mengetahui rahasia itu selamanya.
"Tidak, Nathan. Aku tidak ingin menyembunyikan hal ini lagi darimu. Aku ingin kau mengetahuinya."
Jonathan melepaskan pelukannya. Ia menyeka lembut air mata di pipi Anna.
"Apa kau yakin, Anna? Aku tidak ingin melihatmu bersedih?"
"Aku yakin, Nathan. Aku tidak mampu menyembunyikan hal ini lagi darimu. Aku ingin kau mengetahuinya dariku. Bukan dari orang lain."
Jonathan menghela napasnya dan mengangguk.
"Baiklah jika kau memang ingin menceritakannya, aku bersedia mendengarkanmu."
Anna menggenggam jemari tangan Jonathan dan menarik napasnya dalam, sebelum akhirnya ia mulai bercerita.
"Aku masih sangat muda saat itu, saat Andrew melamarku dan memintaku untuk menjadi istrinya. Dia berjanji, aku dapat melanjutkan pendidikanku walaupun kami sudah menikah nanti.
Aku pun sangat senang mendengarnya dan langsung menyetujui lamarannya saat itu juga. Karena ia adalah pria yang baik dan juga cinta pertamaku. Maka kami pun memutuskan untuk segera menikah.
Namun, di malam pernikahan kami, Andrew pergi dan tidak kembali. Aku berniat mencarinya, tetapi ketika aku membuka pintu kamar, tiba-tiba ada seorang pria yang masuk ke dalam kamarku dan kemudian dia ... dia menodaiku ...."
Anna tidak sanggup melanjutkan ceritanya dan hanya bisa menangis. Air mata Anna jatuh di tangan Jonathan. Ia pun semakin mengencangkan genggaman tangannya pada Anna. Ingin sekali rasanya Jonathan menghajar pria itu.
"Aku tidak tahu siapa pria itu karena saat itu sangat gelap dan ketika aku bangun, aku tidak melihatnya lagi di dalam kamar. Hanya ada Andrew yang sedang memandang jijik ke arahku. Dia tidak mau mendengar penjelasanku bahkan menceraikanku saat itu juga. Begitupun dengan Tuan dan Nyonya Williams, mereka diam saja saat Andrew menjebak ayahku. Membuat restoran kami bangkrut dan menjebloskan ayahku ke dalam penjara.
Tak ada satu pun kolega dan kerabat bahkan pengacara yang mau menolongku saat itu karena mereka takut dengan keluarga Williams. Aku memohon kepada mereka agar melepaskan kami, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang mau menemuiku. Hingga akhirnya ayahku tewas di penjara karena perkelahian.
Aku benci! Aku benci mereka! Mereka yang membuat ayahku meninggal. Kini saat mereka melihat Mickey, mereka ingin penjelasan dariku. Kemana mereka lima tahun lalu saat aku ingin menjelaskannya? Apa mereka peduli dengan bagaimana nasibku dulu? Lalu mengapa sekarang mereka kembali?"
Anna semakin emosi dan geram dengan keluarga Williams.
"Aku yakin kamu mengerti mengapa mereka ingin tahu tentang Mickey. Karena dia terlihat mirip dengan Alex. Iya 'kan?!"
Anna bertanya pada Jonathan dan pria itu pun hanya terdiam.
'Mereka bukan hanya terlihat mirip, tetapi Alex dan Mickey bahkan seperti kembar. Sama seperti Om Daniel dan Alex, paras Alex sangat mirip dengan ayahnya. Jadi apakah Alex benar adalah Ayah Mickey?' gumam Jonathan.
"Nyonya Williams datang hari ini pasti karena dia juga telah menduga hal ini. Aku tidak mau mereka merebut Mickey dariku. Dia adalah putraku! Milikku! Nathan, aku mau pulang. Aku ingin pergi dari sini secepatnya. Aku tidak mau mereka mengambil putraku!"
Anna memohon kepada Jonathan. Dia masih terus terisak. Jonathan pun kembali merengkuh wanita itu ke dalam dekapannya. Anna tampak gemetar karena menangis hebat mengeluarkan emosi dan ketakutannya akan kehilangan Michael.
"Ya, baiklah. Aku akan segera mengurus semuanya. Besok pagi kita akan pulang. Sekarang kau jangan menangis lagi. Ok?"
"Terima kasih, Nathan. Terima kasih."
Jonathan membelai rambut Anna dan menenangkannya. Ia sungguh tidak menyangka bahwa Anna mengalami kejadian yang menyedihkan seperti ini. Dia teringat saat pertama kali bertemu dengan Anna ketika wanita itu melamar pekerjaan di restorannya dulu.
Anna terlihat kurus dan pucat. Sebuah luka telah menyembunyikan keceriaannya. Hingga Anna dinyatakan hamil. Namun, Jonathan sama sekali tak menduga ada kisah kelam di balik semua ini. Kini dia telah mengetahui semuanya, maka dia pun semakin bertekad akan melindungi mereka sekuat tenaga dari keluarga Williams.
"Sudahlah, Anna. Jangan menangis lagi. Kita akan pulang besok." Jonathan melepaskan pelukannya, "sekarang kau beristirahatlah dulu. Aku akan kembali ke kamarku dan mengurus semuanya."
"Ehm, baiklah. Kau juga beristirahatlah lebih awal."
"Baik. Telepon aku jika kau membutuhkan sesuatu. Aku akan menyuruh pelayan membawakan makan malam untuk kalian."
"Terima kasih, Nathan."
Jonathan pun tersenyum dan mengecup kening Anna. Setelah kepergian Jonathan, Anna langsung berkemas-kemas. Ia ingin segera pergi dari sini, jauh dari keluarga Williams.
.
.
.
Pagi Hari
"Anna, apa semua sudah siap?"
Jonathan datang ke kamar Anna. Dia pun sudah siap dengan kopernya. Mereka akan meninggalkan Jepang pagi ini.
"Ehm, aku sudah siap. Ayo kita berangkat!"
"Tunggu dulu, Sayang. Apa kalian tidak sarapan dulu?"
Jonathan menarik tangan Anna yang sudah bergegas ingin segera pergi dari kamar ini. Jonathan adalah pria dewasa, tidak masalah baginya jika melewatkan sarapan. Namun, bagaimana dengan Anna dan Michael? Mereka akan kelaparan nanti.
"Aku sudah menyiapkan sarapan untuk Mickey, dia dapat memakannya di perjalanan nanti."
"Lalu bagaimana denganmu?!"
"Aku tidak lapar, Nathan. Aku hanya ingin secepatnya pergi dari sini. Aku mohon!"
"Baiklah. Ayo kita pergi!"
Jonathan hanya dapat menyetujui Anna karena dia tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Anna. Anna akan bersikeras melakukan sesuatu ketika dia menginginkannya. Tiba-tiba handphone Jonathan berdering saat mereka akan menuju ke bandara.
Itu adalah telepon dari asistennya. Ia mengabarkan, ada masalah dengan kerjasamanya dan membutuhkan dirinya untuk menanganinya segera, jika tidak maka kerjasama ini mungkin akan gagal.
"Nathan, pergilah! Aku bisa kembali sendiri." Anna tahu kerjasama ini sangat penting bagi Jonathan.
"Tetapi, bagaimana dengan kalian? Aku tidak mungkin membiarkan kalian untuk pulang sendiri."
"Tenanglah, Nathan. Aku bukan anak kecil lagi. Kau tanganilah pekerjaanmu dulu. Jangan khawatirkan kami."
Anna berusaha meyakinkan Jonathan, dia tidak mau menjadi beban bagi pria ini lagi.
"Tetapi, ...." Jonathan bimbang.
"Pergilah, Nathan. Ini adalah kesempatan yang bagus untukmu."
Jonathan pun menghela napasnya dan menyetujui usulan Anna.
"Baiklah. Tetapi, hubungi aku jika kalian sudah sampai rumah."
"Ehm, aku tahu. Sampai jumpa," ucap Anna seraya tersenyum agar pria itu tak mengkhawatirkannya.
"Sampai jumpa, Sayang. Sampai jumpa, Jagoan. Jaga ibumu!"
Jonathan melakukan toss ala super hero dengan putranya itu.
"Sampai jumpa, Ayah." Michael memeluk Jonathan.
"Baiklah. Hati-hati di jalan. Ayah akan pulang secepatnya."
Setelah itu pun mereka berpisah. Jonathan memanggil taxi untuk ke tempat kliennya, sedangkan Anna menuju ke bandara.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Deek afifah
ini pasti ulah kluarga williams
2021-12-13
0
Sriyanti Anjar
anna sampai kapan kau gantung nathan
2021-10-01
0
Ashika ruhab
segera menikahlah anna dengan Nathan...biar kehidupan mu tidak di usik sama keluarga Williams...🙄😒
2021-09-14
2