Empat tahun kemudian.
"Aku pulang," ujar Jonathan begitu memasuki rumahnya. Dia baru saja kembali dari kantornya.
"Nathan, kau sudah pulang? Beristirahatlah dulu, sebentar lagi makan malam siap!" teriak Anna dari arah dapur.
Anna sudah tidak lagi bekerja di restoran Jonathan. Setelah melahirkan, Anna langsung melanjutkan kembali pendidikannya yang sempat tertunda.
Kini ia telah lulus kuliah, Jonathan pun memintanya untuk fokus merawat putra mereka. Hanya sesekali saja dia akan pergi ke restoran untuk mengunjungi teman-temannya jika dia sedang bosan di rumah.
Jonathan menghampiri Anna yang berada di dapur dan memeluknya dari belakang melingkarkan tangannya di pinggang Anna.
"Hai, Cantik. Apa kau rindu padaku?" bisik Jonathan. Dia menyandarkan dagunya di bahu wanita itu.
"Nathan, aku sedang memasak. Jika kau terus menggangguku maka malam ini kita semua akan berpuasa," ujar Anna yang merasakan geli karena hembusan napas hangat Jonathan di telinganya.
Jonathan tersenyum dan dia pun melepaskan pelukannya.
"Baiklah, Sayang. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku mandi dulu." Jonathan mencium pipi Anna dan beranjak dari dapur.
Sesampainya di ruang tamu, dia bertemu dengan ibu dan neneknya yang baru saja kembali dari berbelanja keperluan Michael.
"Halo, Sobat Kecil. Apa kau bersenang-senang hari ini?" tanya Jonathan pada putra kecilnya yang sebentar lagi akan berusia 4 tahun.
Michael tumbuh menjadi anak yang tampan dan juga cerdas. Parasnya pun semakin mirip dengan seseorang.
"Iya, Ayah, aku senang sekali. Nenek dan nenek besar membawaku pergi ke mall dan taman bermain," ucap Michael sambil terus menikmati ice cream cokelatnya.
"Benarkah? Apa kau tidak senang jika pergi bersama ayah?" Jonathan membersihkan sisa-sisa ice cream yang terdapat pada mulut dan baju bocah itu.
"Aku senang pergi bersama ayah dan ibu." Michael memeluk ayahnya dengan erat dan membuat baju Jonathan juga ikut terkena noda ice cream itu. Jonathan pun terkekeh melihat tingkah putranya ini.
"Ibu, Nenek, kalian sudah lelah. Beristirahatlah dulu. Biar aku yang akan memandikan Mickey," ujar Jonathan yang langsung menggendong dan menciumi putra kesayangannya itu.
"Geli, Ayah ...." Michael tertawa riang saat Jonathan menggelitikinya. Ia pun sangat senang karena kasih sayang Jonathan.
"Baiklah, kami ke kamar dulu. Kaki tuaku ini sudah lelah bermain dengan malaikatku hari ini."
Maria segera memapah Margareth masuk ke kamarnya dan dia juga kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
Keadaan Maria semakin lama semakin membaik sejak kehadiran cucunya itu. Dia perlahan mulai melupakan kejadian buruk yang menimpa keluarganya 5 tahun lalu.
Terkadang ia masih terlihat sedang bersedih ketika mengingat suami dan restoran yang mereka bangun dari nol hilang begitu saja.
Namun, ketika sekarang ia melihat Anna dan cucunya itu yang sudah bahagia bersama pria baik seperti Jonathan, dia pun sangat bersyukur, memang Tuhan tidak pernah tidur dan melupakan umatnya.
.
.
.
"Sayang, apa rencanamu untuk ulang tahun Mickey?" tanya Jonathan pada Anna saat mereka semua makan malam.
"Entahlah, aku hanya ingin bersama kalian. Bagaimana kalau kita sekeluarga makan malam dan menginap di Golden Sky Hotel? Pemandian air panas di pegunungan pasti menyenangkan," saran Anna.
"Ehm ... aku ada urusan bisnis ke Jepang, bagaimana kalau kita ke sana sekalian berlibur?" tanya Jonathan seraya menyuapi Michael.
Sejak Michael lahir, Jonathan mendirikan sebuah perusahaan baru bersama dengan para sahabatnya, David dan Marcel.
Ia ingin membahagiakan keluarga kecilnya itu dengan hasil dari jerih payahnya sendiri. Tidak hanya bergantung kepada restoran peninggalan kakeknya itu. Dan kini perusahaannya sedang mendapatkan sebuah proyek besar dari perusahaan di Jepang.
"Jepang?! Wow! Sudah lama sekali aku ingin ke sana!" seru Anna.
"Aku tidak bisa ikut. Akhir-akhir ini aku mudah lelah. Nanti aku malah mengganggu liburan kalian di sana," ucap Margareth yang memang karena usia lanjut sehingga membuatnya mudah kelelahan.
"Tetapi, kami tak bisa meninggalkan nenek sendirian di sini." Jonathan khawatir kepada neneknya.
"Tidak apa-apa, Nathan. Biar ibu yang akan menjaga Nyonya Margareth. Ibu juga sudah tidak leluasa lagi untuk bepergian. Kalian saja bertiga yang pergi. Bersenang-senanglah di sana. Sudah lama 'kan sejak terakhir kalinya kalian pergi berlibur bersama?"
Maria membelai lembut rambut putri kesayangannya itu yang memang sudah banyak menderita.
"Baiklah, kalau memang ibu mau menjaga nenek di sini. Maaf merepotkan, Bu."
"Jangan sungkan. Ibu tidak merasa keberatan sama sekali." Maria tersenyum. Ia tak merasa repot karena harus merawat Margareth. Karena mereka sudah sangat baik terhadap keluarganya.
"Bagaimana menurutmu, Sayang? Tidak apa-apa 'kan jika kita pergi bertiga saja bersama dengan Mickey?" Jonathan menatap Anna untuk meminta persetujuannya.
"Ehm ... iya. Baiklah. Lagi pula ini adalah liburan pertama Mickey ke luar negeri." Anna menyetujui saran Jonathan.
"Jepang? Ayah, aku ingin pergi ke Disneyland!" seru Michael senang.
"Iya, baiklah, Sayang. Ayah akan membawamu ke sana."
"Benarkah, Ayah? Hore!"
.
.
.
Jepang
"Ini kamarmu," ujar Jonathan pada Anna ketika mereka tiba di hotel tempat mereka akan menginap selama berada di Tokyo, Jepang.
Jonathan membawa Anna ke kamarnya. Mereka memang sudah tinggal bersama sejak 2 tahun lalu karena Michael terus merengek mencari ayahnya jika Jonathan sedang tidak berada di rumah Anna.
Namun, Jonathan tak pernah menyentuh Anna. Ia menghormati Anna dan bersedia menunggu sampai Anna mau menikah dengannya.
"Ayah, aku ingin tidur bersamamu," rengek Michael.
"Tidak boleh! Ayah sibuk dan kau suka mengompol," ejek Anna pada putranya sambil tersenyum jahil.
"Ayah, Ibu bohong. Aku tidak pernah mengompol lagi. Ayah, biarkan aku tidur bersamamu." Michael masih terus merengek ingin tidur bersama dengan Jonathan.
Dia memang selalu memanjakan Michael dan membuat pria kecil itu menjadi sangat dekat dengannya.
"Baiklah. Jangan menangis. Ayo ikut Ayah," ujar Jonathan menenangkan putranya.
"Aku berada di kamar sebelah. Beritahu aku jika kau membutuhkan sesuatu. Beristirahatlah. Biar Mickey bersamaku."
"Baiklah. Kau juga jangan tidur terlalu larut."
"Iya, Sayang. Aku tahu." Jonathan mengecup kening Anna.
"Sayang, jangan nakal yah, jangan ganggu ayahmu," ujar Anna. Michael menganggukkan kepalanya mendengar nasihat ibunya. Akhirnya Jonathan dan Michael pun keluar dari kamar Anna.
Di kamar lain, di dalam hotel yang sama, seorang pria sedang berbicara dengan asistennya mengenai jadwal meeting besok.
"Bagaimana persiapannya?"
"Semua sudah disiapkan sesuai dengan rencana awal."
"Baiklah. Jangan sampai ada kesalahan. Proyek ini sangat penting. Kita harus mendapatkannya. Sekarang kau kembalilah dulu."
"Baik, Presdir! Selamat malam!"
.
.
.
Pagi hari di restoran hotel
"Sayang, aku akan pergi sebentar untuk menemui klien. Siang nanti aku akan kembali dan kita akan pergi ke Disneyland. Ingat, tunggu aku jangan pergi sendirian!"
Jonathan menjelaskan jadwalnya hari ini pada Anna dan Michael saat mereka sarapan bersama di restoran.
"Baiklah, Nathan. Kau pergi bekerja saja dan jangan khawatirkan kami," ujar Anna mengerti.
"Ibu, aku mau ke toilet."
"Iya, Ibu juga ingin ke toilet. Ayo, kita pergi bersama." Anna pun memberitahu Jonathan. "Kami pergi ke toilet sebentar."
"Ehm ... baiklah."
Tidak lama setelah kepergian Anna dan Michael, ada seorang pria dan wanita paruh baya yang menghampiri Jonathan.
"Jonathan?! Apakah kamu Jonathan Collin putra mendiang James Collin?" tanya pria tua itu yang masih terlihat gagah.
Jonathan melihat ke arah suara itu.
"Om dan Tante Williams?! Ya, Tuhan. Apa kabar Om, Tante?"
Jonathan berdiri dan menjabat tangan Tuan Besar Williams. Mereka adalah pasangan Daniel dan Rose Williams.
"Nathan, kau sudah dewasa dan sangat tampan, sangat mirip dengan ayahmu. Sudah lama sekali kami tidak bertemu denganmu. Bagaimana dengan kabar nenekmu?" tanya Rose seraya memeluk Jonathan.
Dulu keluarga Collin tinggal di kota C, tetapi sejak kematian orang tuanya, Jonathan lebih memilih tinggal bersama dengan neneknya di Kota A. Sejak saat itu mereka jarang sekali bertemu.
Begitupun dengan Andrew yang merupakan teman baik Jonathan. Andrew pergi melanjutkan pendidikannya di luar negeri sehingga mereka tidak pernah bertemu lagi.
"Nenek baik-baik saja. Bagaimana kabar Om dan Tante? Apa kalian menginap disini juga?"
"Ya, kami sedang berlibur di sini bersama Andrew sembari merayakan ulang tahun Alex. Ah ... itu mereka! Alex, Andrew!" panggil Rose pada kedua putranya itu.
Alex dan Andrew berjalan menghampiri kedua orang tuanya. Begitu Andrew melihat pria yang sedang bersama orang tuanya itu, ia pun langsung mengenalinya.
"Nathan?! Kau Nathan 'kan?" tanyanya memastikan.
"Ya, ini aku, Andy. Wah ... kau sungguh hebat sekarang. Apa kau meneruskan usaha ayahmu?" tanya Jonathan seraya memeluk sahabat lamanya ini.
"Ya, aku dan Kak Alex meneruskan perusahaan ayah."
"Alex, apa kau ingat dengan Jonathan Collin putra mendiang Om James tetangga kita dulu?" tanya Daniel kepada Alex, karena Alex memang tidak terlalu akrab dengan Jonathan.
"Ya, aku ingat. Kau teman sekolah Andrew dulu. Apa kabar?" Alex menjabat tangan Jonathan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Yeni Setianingsih
nah kan dunia selebar daun kelor
2022-08-08
0
Ristya Putri
Aku dah baca ulang 3 kali, tapi kok massih deg-deg'an ya bacanya?
2022-04-30
0
Aqiyu
ya ampun Jonathan baik banget bahkan hampir 5 thn bersama Anna dia tidak meminta haknya
jadi deg-degan gini mau ketemu mantan
apa wajah Michael mirip Alex
2022-04-29
0