'Anna! Anna, aku mencintaimu! Menikahlah denganku!'
'Iya, Kak Andrew. Aku bersedia.'
.
.
'Kemarilah, Gadis Kecil, aku akan membuatmu merasakan nikmatnya dunia!'
'Siapa kamu?! Tidak! Jangan sentuh aku! Pergi! Argh!'
.
.
'Anna, menjauhlah dariku! Kau membuatku muak! Kita bercerai saja!'
'Kak, tunggu aku! Jangan pergi, Kak! Kak Andrew!'
.
.
Anna terbangun dari tidurnya dengan napas yang tersengal-sengal seperti habis berlari dan mengejar seseorang. Air matanya pun mengalir membasahi pipinya.
'Huh! Mimpi itu lagi. Sudah lama aku tidak bermimpi seperti itu. Apa ini karena kehamilan dan pertunanganku dengan Nathan?'
Anna menyeka air matanya dan kemudian duduk. Ia pun menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur di belakangnya. Ia termenung memikirkan semua yang telah terjadi padanya selama ini.
Anna bersyukur Jonathan mau menerimanya dan bayinya, tetapi Anna masih takut dengan pernikahan dan hubungan antara pria dan wanita. Malam itu benar-benar membuat trauma mendalam baginya.
Ia tidak bisa membicarakan hal ini pada ibunya. Ibunya sudah cukup menderita karena kepergian ayahnya yang mendadak itu. Sedangkan teman-teman karibnya dulu, sekarang menjauhinya begitu dia terkena masalah.
Dia selalu menyimpan masalahnya sendiri dan justru itulah yang membuatnya semakin trauma dan terpuruk dalam kesedihan.
Kini Jonathan dan bayi ini datang di hidupnya, dia bersumpah akan membuka kembali lembaran hidupnya yang baru dan berusaha melupakan masa lalunya yang kelam.
.
.
.
Hari-hari dilalui Anna dengan perhatian dan cinta dari Jonathan. Pria itu juga tidak memperbolehkannya bekerja malam lagi di cafe.
Dia sekarang hanya fokus membantu Jonathan di restoran yang dimilikinya. Jonathan juga mencarikan seorang perawat khusus untuk merawat Maria agar Anna tidak kelelahan selama masa kehamilannya.
Awalnya Maria menolak adanya orang asing di rumahnya, tetapi perlahan dia mulai menerima kehadiran perawat itu yang dengan lembut merawatnya dan menemaninya berbincang saat Anna tidak di rumah.
Anna lebih fokus menjadi chef dengan bantuan koki di restoran Jonathan. Dia juga membiarkan Anna membuat masakan yang disukainya dan menyajikannya di restoran itu.
Jonathan juga memasukan Anna ke kursus memasak untuk mengasah kemampuannya. Dan setelah melahirkan dia akan melanjutkan kembali kuliahnya.
Jonathan melakukan banyak hal untuk Anna. Anna pun sangat bersyukur meskipun dia merasa sangat bersalah pada Jonathan karena belum sepenuhnya bisa menerima pria itu.
Anna hanya merasa seperti sedang memanfaatkan kebaikan Jonathan padanya. Namun, Jonathan tidak mau ambil pusing. Dia akan melakukan apapun untuk Anna, selama gadis itu senang dan berharap perlahan Anna akan membuka pintu hatinya untuknya.
Dia juga tidak mau tahu tentang masa lalu Anna. Walaupun dia bisa menyelidikinya sendiri. Namun, dia tetap menghormati keputusan Anna dan tidak mau membuat Anna sedih jika Anna tahu kalau dia menyelidiki masa lalunya.
Biar suatu hari nanti Anna yang akan mengatakannya sendiri padanya atau tidak usah sama sekali. Yang dia cintai adalah Anna yang sekarang. Gadis yang sedang mencoba berbagai resep masakan yang diperolehnya di dapurnya.
Gadis yang tertawa riang saat teman-teman dan pelanggan menyukai masakannya. Dia juga tak mau tahu siapa Ayah bayi itu. Lebih baik jika pria itu tidak akan pernah kembali bertemu dengan Anna dan bayinya. Biar dia yang akan merawat dan menjaga mereka untuk selamanya.
.
.
.
Semakin hari perut Anna semakin membesar. Usia kehamilannya kini sudah menginjak 8 bulan. Jonathan sudah tidak memperbolehkan Anna untuk bekerja di restoran dan hanya beristirahat di rumah bersama dengan Maria dan perawatnya.
Seperti biasa, Jonathan selalu setia mendampingi gadis itu. Dia selalu datang mengunjungi Anna, membawakan kebutuhannya atau hanya sekedar menemaninya mengobrol agar Anna tak bosan selama berada di rumah.
Hari ini mereka akan melakukan check up rutin di rumah sakit.
"Selamat siang, Tuan Collin, Nona Davis," sapa Dokter Lucy yang sekarang sudah mengetahui nama Jonathan.
"Selamat siang, Dokter," sapa Anna dan Jonathan. Dokter Lucy pun langsung melakukan pemeriksaan pada kandungan Anna.
"Lihatlah, dia tumbuh semakin besar dan sehat. Dan jenis kelaminnya adalah laki-laki. Selamat Tuan Collin dan Nona Davis, kalian akan memiliki seorang putra." Dokter Lucy menunjukan gambar di layar monitor kepada Anna dan Jonathan.
"Ah! Dokter, dia menendangku!" seru Anna senang saat merasakan ada gerakan kecil pada perutnya.
"Ya, responnya bagus. Kemarilah, Tuan Collin, sentuhlah bayimu dan berbicaralah padanya."
Dokter Lucy meminta Jonathan mengelus perut Anna dan berbicara pada bayi itu. Melihat Jonathan yang terpaku di tempatnya, Anna pun memanggilnya.
"Kemarilah, Nathan, sentuhlah dia." Anna tersenyum kepada Jonathan.
Jonathan pun sangat senang, dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Anna mengijinkannya untuk menyentuh bayi itu. Karena memang selama ini Jonathan tidak berani menyentuh Anna karena ia takut Anna akan marah.
Perlahan Jonathan mulai mengelus perut Anna. Anna terlihat malu, tetapi dia tak mau melihat Jonathan kecewa.
Pria ini sudah melakukan banyak hal untuknya dan dia pantas untuk dihargai. Anna memejamkan matanya kala tangan Jonathan membelai lembut perutnya.
"Halo, Sayang, ini Ayah. Ibu dan Ayah tidak sabar ingin bertemu denganmu. Cepatlah lahir dan tumbuh besar. Aku akan selalu melindungi kalian. Kita akan bahagia bersama selamanya."
Jonathan mengelus dan mendekatkan wajahnya ke perut Anna dan berbicara pada bayi itu. Sang bayi pun merespon sentuhan dan suara Jonathan dengan tendangan-tendangan kecil.
Anna merasakan ada tetasan cairan hangat yang jatuh di atas perutnya. Dia pun membuka matanya dan melihat bahwa pria itu sedang menangis bahagia.
"Hahaha! Maaf, aku ... aku terlalu emosional," ucap Jonathan malu dan segera menghapus air matanya.
"Tidak apa-apa, Tuan Collin. Perasaan emosional akan kehadiran seorang bayi bukan hanya akan dirasakan oleh seorang ibu melainkan juga oleh ayah. Kau mempunyai ikatan yang kuat dengan putramu." Dokter Lucy menjelaskan.
Anna membelai lembut pipi Jonathan, masih tersisa jejak air mata di sana. Pria besar itu menangis untuknya. Perlahan air mata Anna pun ikut mengalir tak terkendali.
"Anna, jangan menangis. Ada aku. Aku di sini. Aku di sini." Jonathan menggenggam erat tangan Anna yang berada di pipinya dan menciuminya.
'Alangkah baiknya jika dia memang adalah putramu. Jika saja aku dapat bertemu denganmu lebih cepat, alangkah bahagianya aku sekarang. Namun, tidak ada 'jika' di dunia ini.'
.
.
.
Akhirnya hari yang dinantikan pun tiba. Anna sudah merasakan kontraksi sejak pagi tadi. Beruntung Jonathan sedang berada di rumahnya. Ia pun segera membawa Anna ke rumah sakit.
"Argh! Nathan, perutku sakit sekali."
Anna mengerang kesakitan ketika kontraksi itu datang semakin intens.
"Sabar, Sayang. Kuatkan dirimu. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit."
Jonathan pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia berharap dapat cepat sampai ke rumah sakit.
"Dokter! Dokter! Cepat tolong dia!"
Jonathan pun terus berteriak sambil mengendong Anna masuk ke dalam rumah sakit. Para perawat pun segera menghampiri mereka dan meminta Jonathan untuk membaringkan Anna di ranjang dorong. Kemudian mereka segera membawa wanita itu ke dalam ruang bersalin.
Di sisi lain, di sebuah hotel berbintang, sedang berlangsung sebuah jamuan mewah. Di sana berdiri seorang pria tampan dengan balutan jas hitam yang membuatnya tampak gagah.
"Selamat ulang tahun, Presdir Alex!"
Mereka serempak mengucapkan selamat ulang tahun kepada pria tampan itu. Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-29 tahun.
Ketika Alex akan mengangkat gelasnya dan ingin bersulang, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang aneh di dalam hatinya. Perasaan yang tak dapat dijelaskannya dengan kata-kata.
Alex pun segera berlari keluar dari ruang perjamuan itu meskipun Rose berteriak memanggilnya untuk segera kembali. Ia berhenti tepat di depan hotel dan mengangkat wajahnya menatap langit malam kota itu.
Ada sebuah bintang di sana. Sinarnya bahkan lebih terang dari yang lainnya. Cahayanya berkelip indah di gulitanya langit malam. Tanpa Alex sadari, di sisi lain langit malam itu telah lahirlah seorang bayi, putra kandungnya.
"Selamat, Tuan, Nona. Bayinya telah lahir dengan selamat." Dokter menyerahkan bayi itu pada Jonathan untuk digendongnya.
"Anna, lihatlah, lihat. Dia tampan sekali." Anna tersenyum melihat bayi dalam pelukan Jonathan. Bayi bermata biru laut itu sedang menangis kencang.
"Nathan, berikanlah nama padanya."
"Aku?!" tanya Jonathan terkejut.
"Iya, kamu," ujar Anna seraya tersenyum. Jonathan berpikir sejenak kemudian melihat bayi itu lagi.
"Michael. Michael Davis. Dia akan menjadi malaikat pelindungmu. Bagaimana menurutmu?"
"Tidak. Michael Nathaniel Davis. Michael dan Nathan - malaikatku!"
Jonathan terdiam mendengar kata-kata Anna, menatap lekat wajahnya. Memastikan apa yang baru saja didengarnya.
"Ya, Nathan. Namanya Michael Nathaniel Davis. Dia putramu Nathan. Selamanya akan menjadi putramu."
"Ya ... ya ... kau benar. Dia putraku ... putraku!"
Jonathan tertawa bahagia mengekspresikan perasaannya. Dia pun mencium kening putra dan wanita yang dicintainya itu.
"Terima kasih, Sayang."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Yeni Setianingsih
ya Tuhan....😭😭😭😭😭🧅🧅🧅🧅🧅
kok koment q nangis terus y,sampe nangis beneran aq tuh😭😭😭
2022-08-08
0
Yeni Setianingsih
bawang torrrr😭😭😭😭🧅🧅🧅
2022-08-08
0
Aqiyu
tanggal ulang tahunnya sama
2022-04-29
0