Sudah beberapa bulan sejak mereka meninggalkan kota C dan kembali ke kampung halaman ibunya di kota A.
Kota kecil ini sangat asri dan penuh dengan kenangan bahagia masa kecil ibunya. Terlebih lagi kini mereka menempati sebuah rumah peninggalan orang tua Maria.
Anna berharap dengan membawa ibunya tinggal di kampung halamannya ini, maka akan mempercepat proses pemulihan dan menghilangkan rasa trauma yang dialami ibunya.
Anna mulai bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup ibu dan dirinya. Karena tak ada uang yang tersisa lagi yang dibawanya dari kota C. Dia pun mengambil beberapa jenis pekerjaan sambilan dalam 1 hari.
Pagi hari dia akan bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran dan sorenya ia pergi bekerja di sebuah cafe sampai larut malam.
Terkadang saat libur, Anna pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku-buku yang disukainya. Anna berharap suatu saat nanti ia dapat melanjutkan pendidikannya lagi.
Juga berbagai macam buku lainnya untuk memperluas pengetahuannya. Berharap suatu hari nanti dia dapat menjadi seorang chef seperti ayahnya dan membuka sebuah restoran.
Ibunya masih saja sering melamun dan jarang berbicara. Dia hanya menatap ke arah luar rumah melalui jendela kamarnya seperti sedang menunggu seseorang untuk kembali.
Setelah menyelesaikan keperluan untuk ibunya selama di rumah, kemudian Anna pun pamit.
"Ibu, Anna pergi bekerja dulu yah. Anna sudah menyiapkan sarapan untuk ibu. Ibu jangan lupa makan yah," ucap Anna lembut penuh sayang kepada ibunya.
"Anna, dimana ayahmu? Mengapa belum pulang juga?" Maria kembali menanyakan tentang keberadaan suaminya itu.
Anna hanya dapat menitikan air matanya mendengar pertanyaan ibunya. Dia tak sanggup menatap mata ibunya karena dialah penyebab semua penderitaan keluarganya ini.
"Ibu, ayah baik-baik saja. Dia mau ibu agar menjaga kesehatan dan jangan terus memikirkannya. Anna akan menjaga ibu di sini."
"Gadis bodoh! Bagaimana Ibu tidak memikirkannya? Dia adalah pria yang Ibu cintai. Tunggu sampai kamu menikah maka kamu juga akan sangat posesif kepada suamimu.
Oh iya, Ibu sudah lama tidak bertemu Andrew. Apa dia baik-baik saja? Bukankah dia sudah melamarmu?"
Air mata Anna semakin tak terbendung. Dia sungguh tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ibunya. Hatinya sangat sakit memikirkan tentang kejadian itu.
Mengingat pria brengsek yang telah merenggut kesuciannya, memikirkan sikap kejam Andrew, dan mengenang ayah tercintanya yang kini telah pergi selamanya. Mereka semua pergi meninggalkan Anna sendiri dalam kekacauan ini.
"Ada apa denganmu, Sayang? Mengapa kau menangis? Apa kalian sedang bertengkar?"
Anna menggelengkan kepalanya pelan. "Ibu, kami baik-baik saja."
Dia segera menghapus air mata di wajahnya, karena dia tidak mau ibunya khawatir.
"Ini sudah siang. Anna hampir terlambat. Anna pamit dulu yah, Bu," ucap Anna seraya mencium pipi ibunya dengan lembut.
Anna pun berangkat bekerja meninggalkan ibunya di rumah. Ibunya masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa hanya saja banyak melamun memikirkan suaminya yang tak kunjung pulang ke rumah.
Sesampainya di tempat restoran, Anna pun memulai kesibukannya seperti biasa. Membersihkan restoran dan belajar beberapa resep masakan dari koki di sana.
Mereka semua menjaga Anna layaknya keluarga. Anna sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka.
Seperti hari-hari sebelumnya, Anna pun mencoba resep yang diajarkan kepadanya, tetapi tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu yang bergejolak di perutnya dan membuatnya sangat mual dan ingin muntah. Dia pun segera berlari ke toilet.
"Hoek ...! Hoek ...!" Anna memuntahkan semua isi perutnya yang hanya berupa cairan bening ke dalam toilet. Setelah beberapa saat, ia pun bangkit dan segera membersihkan dirinya.
'Ada apa denganku? Perutku mual sekali. Apa karena tadi aku belum sarapan?'
Anna segera keluar dari toilet itu. Ia pun memegangi kepalanya yang terasa pusing. Namun ia tetap berusaha untuk menahannya dan kembali ke dapur restoran.
Ketika dia sampai di dapur, seketika Anna merasakan suasana sekelilingnya berputar. Ia mencoba meraih apapun dan berpegangan padanya untuk menahan dirinya agar tidak terjatuh, tetapi tiba-tiba ....
Bruk!
Terdengar suara barang-barang yang berjatuhan. Suara itu mengagetkan semua orang yang berada di dapur. Mereka pun pergi mencari asal suara itu.
"Anna! Anna! Apa kau baik-baik saja?!" seru salah seorang pelayan wanita yang melihat Anna pingsan. Ia menepuk-nepuk pipi Anna untuk menyadarkannya, tetapi tak ada respon dari Anna.
"Wajahnya pucat sekali. Lebih baik kita bawa dia ke rumah sakit saja," saran sang kepala koki.
Belum sempat mereka bertindak, tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang mereka.
"Ada apa ini? Mengapa kalian semua berkumpul di sini dan tidak bekerja?"
Jonathan Collin sang pemilik restoran, datang dan menghampiri mereka.
"Anna pingsan, Tuan Collin," ujar kepala koki memberitahu pria itu.
Jonathan melihat Anna yang terbaring di lantai dengan wajah pucat pun langsung menggendong Anna untuk dibawanya ke rumah sakit.
"Kamu ikut saya!" seru Jonathan pada salah seorang pelayan wanita.
"Baik, Tuan Collin."
"Yang lainnya bubar dan kembali bekerja!"
"Baik, Tuan Collin!"
.
.
.
Sesampainya di rumah sakit, Anna mulai ditangani oleh dokter.
"Keluarga Nona Davis! Siapa keluarga Nona Davis?" tanya seorang perawat.
Karena pelayan wanita yang tadi bersamanya sedang ke toilet maka mau tak mau Jonathan maju menghampiri perawat itu dan dia pun dibawa masuk ke dalam ruangan dokter.
"Bagaimana keadaannya, Dokter? Apa dia baik-baik saja?" tanya Jonathan begitu dia bertemu dengan dokter paruh baya itu.
Melihat seorang pria muda yang berada di depannya, dokter itu pun salah paham kepada Jonathan.
"Silahkan duduk, Tuan Davis."
"Saya bukan Davis marga saya Collin," ucap Jonathan yang masih tidak menyadari situasinya.
"Baik, Tuan Collin, silahkan duduk."
Jonathan pun segera duduk dan siap mendengarkan penjelasan dokter itu.
"Istri anda sedang hamil, anda harus menjaganya dengan baik. Terlebih lagi dia masih sangat muda."
"Apa?!"
Jonathan bangkit dari kursinya karena terkejut dengan ucapan dokter itu. Bukan soal dokter yang mengganggapnya sebagai suami Anna, tetapi tentang berita kehamilannya. Karena sepengetahuannya Anna masih lajang.
"Anna hamil?!"
"Benar, Tuan Collin. Saya sarankan anda menemui dokter kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut, agar dapat mengetahui kondisi pastinya karena kondisi Nona Davis terlalu lemah.
Saya takut akan berpengaruh pada janinnya. Datanglah besok pagi untuk USG. Saya juga meresepkan beberapa vitamin untuk menjaga kondisi tubuhnya."
Jonathan pun menerima surat rujukan dan resep dari dokter itu. Setelah menebus obat, dia pun pergi menemui Anna yang kini berada di ruang perawatan.
Dia masih kebingungan dengan pembicaraan dokter tadi. Maklumlah ini pertama kalinya Jonathan merawat orang sakit sendirian apalagi seorang wanita hamil.
Begitu sampai di ruang perawatan, Jonathan melihat Anna yang telah sadarkan diri ditemani oleh pelayan wanita tadi. Anna melihat kedatangan bossnya itu dan segera meminta maaf.
"Tuan Collin, maaf saya merepotkan anda."
Anna merasa bersalah pada Jonathan. Dia takut jika pria itu akan memecatnya. Jika dia dipecat maka dia akan semakin kesulitan untuk menghidupi dirinya dan juga ibunya.
"Tidak apa-apa. Jangan sungkan. Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Jonathan seraya mendekati Anna dan menyerahkan obat itu padanya. Namun, surat rujukan untuk USG besok tetap dipegangnya.
"Jauh lebih baik, Tuan. Saya sudah tidak mual lagi hanya saja masih agak pusing," terang Anna.
"Mungkin karena kamu kelelahan bekerja terus sampai larut malam setiap hari dan tidak makan dengan baik," ucap pelayan wanita itu.
"Apa?! Kau bekerja sampai larut? Dan pola makanmu buruk? Apa kau tahu kalau kondisimu itu sangat membahayakan jan ...."
Jonathan tidak melanjutkan kata-katanya membuat kedua gadis muda itu kebingungan.
"Membahayakan 'Jan' ...?" tanya mereka serentak.
"Ah, tidak! Tidak usah dipikirkan lagi. Pokoknya bekerja berlebihan itu tidak baik bagi tubuh."
"Iya, saya mengerti. Terima kasih, Tuan Collin." Anna tersenyum manis membuat Jonathan terpana.
'Aku tak pernah memperhatikan dengan jelas gadis ini sebelumnya, ternyata dia sangat cantik. Tetapi, apa benar dia hamil?! Sudahlah lihat saja besok.'
"Ehm ... tidak apa-apa. Tidak usah sungkan."
"Tuan Collin, apakah saya sudah bisa pulang? Saya sudah merasa baikan sekarang." Anna memikirkan biaya rumah sakit yang mahal kalau dia sampai harus dirawat lebih lama lagi di sini.
"Iya, kamu sudah boleh pulang, tetapi masih ada pemeriksaan lanjutan. Besok pagi kamu harus ke rumah sakit lagi untuk di periksa."
"Hah?! Memangnya saya sakit apa, Tuan?!" Anna kebingungan karena dia pikir dia sehat-sehat saja selama ini. Namun, memang beberapa hari ini dia selalu mual.
"Tidak apa-apa hanya check up biasa saja."
Entah mengapa Jonathan tidak menceritakan tentang masalah kehamilan itu pada Anna. Anna masih sangat muda, dia berharap bahwa dokter tadi salah mendiagnosis.
"Baiklah, mari saya antar kamu pulang. Kamu istirahat saja dulu beberapa hari ini sampai kondisimu membaik."
"Tetapi, Tuan ...." Anna tidak mau beristirahat karena itu akan mengurangi gajinya.
"Sudah jangan pikirkan yang macam-macam. Kamu libur karena sakit maka itu dianggap sebagai cuti berbayar." Jonathan tahu apa yang dipikirkan gadis ini.
"Baiklah, Tuan Collin. Terima kasih."
Anna merasa lega mendengar Jonathan tidak akan memotong gajinya. Sekarang dia hanya perlu memikirkan cara mengganti biaya rumah sakit ini kepada Jonathan.
"Ayo kita pergi."
Jonathan pun mengantar Anna pulang ke rumahnya dan kembali lagi ke restoran bersama pelayan wanita tadi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Yeni Setianingsih
syedihnyaaa liat m2 ny ana😭😭😭😭😭
nangis poreper😭😭😭😭😭
2022-08-08
0
Eli Lahat
Tuhan mempertemukan orang yg baik hati, Anna dirimu yg kuat ya. kenapa Alex tidak pernah mencari info tentang gadis yg telah di nodai ya 🤔🤔🤔
2022-04-28
0
Nurlaela Sari
oke aku dukung ana sm alex aja biar berjodoh , rasain tuh si andrew yg maen tinggalin istrinya 😡😡😡😡
2021-10-17
0