Jesica masuk ke dalam kamar itu tanpa permisi. Dia sangat marah karena rencananya untuk mendapatkan Alex telah gagal oleh Anna. Dia juga melihat sebuah kartu yang ditinggalkan oleh Alex di atas nakas. Hatinya semakin kesal dan bersiap membalas Anna.
"Akhirnya kau menunjukkan juga siapa dirimu yang sebenarnya!" Jesica mulai memprovokasi mereka.
"Apa maksudmu?!" Daniel tak mengerti perkataan Jesica.
"Semalam aku tanpa sengaja mendengar percakapan para pelayan. Mereka bilang kalau Nona Davis memintanya untuk mencarikan seorang pria untuk menemaninya karena Tuan Muda Andrew sedang tidak berada di kamar. Awalnya aku pikir itu hanya lelucon saja, tetapi ternyata sekarang --."
Jesica sengaja tak melanjutkan ucapannya. Anna terkejut mendengar perkataan Jesica dan segera membantahnya.
"Tidak! Dia bohong! Aku tidak seperti itu. Kak Andrew, kamu harus percaya padaku. Tolong dengarkan penjelasanku dulu. Aku ...."
Anna mencoba meraih tangan suaminya itu, tetapi Andrew menghindarinya dan memberikan tatapan jijik padanya. Melihat reaksi Andrew, Jesica pun terus memprovokasi mereka.
"Kau mau menjelaskan apa lagi? Heh?! Apa kamu berani bersumpah bahwa kamu tidak tidur dengan pria lain semalam?!
Lihat keadaanmu sekarang sepertinya kamu sangat bersenang-senang semalam. Kau tahu kalau Tuan Muda Andrew mengantarkan Wilona pulang, kau cemburu dan membalas dendam dengan tidur bersama pria lain di malam pernikahanmu.
Untung saja kejadian ini langsung ketahuan jika tidak nanti saat dia hamil takutnya keluarga Williams akan membesarkan anak orang lain!"
"Tidak! Itu tidak benar! Dia bohong!" bantah Anna. "Semalam aku ...."
"Diam kamu!"
Lagi-lagi Andrew memotong perkataan Anna. Andrew benar-benar sangat marah karena Anna telah mengkhianatinya, sama seperti yang dilakukan oleh Wilona dulu.
Dia pun tak mau mendengar penjelasan apapun dari mulut Anna. Andrew sungguh tak percaya kalau dia dikhianati lagi oleh wanita yang paling dicintainya bahkan saat malam pernikahan mereka.
Ia menatap Anna dengan penuh kebencian. "Nona Davis, kita bercerai saja!"
Andrew segera melangkah keluar dari kamar itu dan pergi meninggalkan Anna.
"Tidak, Kak Andrew! Jangan! Kumohon dengarkan penjelasanku dulu. Kak Andrew ...! Kak ...!"
Anna menangis mengejar Andrew tanpa mempedulikan lagi keadaannya. Namun, pria itu telah pergi tanpa menoleh sekali pun.
Tuan dan Nyonya Williams benar-benar tak menyangka akan peristiwa yang telah terjadi ini. Mereka pun akhirnya ikut pergi meninggalkan kamar itu dan menyusul Andrew. Mereka harus menenangkan putra bungsunya itu.
Setelah kepergian mereka berdua, kini hanya tinggal Jesica sendiri di dalam kamar karena orang tua Anna ikut bersama Anna keluar kamar untuk mengejar Andrew.
Jesica berjalan mendekati nakas dan mengambil kartu serta memo itu. Ia terkejut melihat kartu hitam dengan logo keluarga Williams.
Ia ingat dulu Andrew juga pernah memberikan kartu seperti ini kepada Wilona dan ia sangat senang mengetahui nominal uang yang terdapat pada kartu jenis ini.
'Ternyata memang benar pria itu adalah Alex. Sial! Hanya menghabiskan satu malam saja dengan seorang jal*ng, tetapi dia rela memberikan begitu banyak uang padanya. Lebih baik uang ini untukku saja, anggap saja sebagai biaya obat yang telah kuberikan pada Alex.'
Dia pun segera pergi meninggalkan kamar itu. Jesica melihat Anna dan orang tuanya di koridor hotel, tetapi ia tak peduli dan melewati mereka begitu saja. Anna melihat Jesica dan memanggilnya.
"Kamu ... tunggu!" Anna mencoba mengejar Jesica, tetapi Maria menghentikannya. Karena saat ini Anna hanya mengenakan selimut dan sweater di tubuhnya.
"Anna, sudahlah mari kita kembali ke kamar dulu dan pulang. Kita akan mencari cara menjelaskan masalah ini pada keluarga Williams," bujuk Henry pada putrinya.
Dia membesarkan Anna dengan tangannya sendiri, dia tahu betul seperti apa putrinya itu. Tak mungkin Anna melakukan perbuatan tercela seperti yang dituduhkan tadi. Pasti ada penjelasan untuk semua ini.
"Benar kata ayahmu, Sayang. Mari kita pulang dulu. Ok?"
.
.
.
Anna berkali-kali mencoba menghubungi Andrew dan keluarganya, tetapi mereka tak bisa ditemui. Beberapa hari setelah kejadian itu, Andrew mulai menggunakan kekuasaannya untuk menekan keluarga Davis. Restoran kecil itu diberitakan menggunakan bahan-bahan makanan yang tidak higienis.
Makanan itu telah meracuni para pelanggan dan mereka pun menuntut Henry atas kejadian ini. Henry pun ditangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
"Tidak! Ayah! Jangan tangkap Ayahku! Dia tidak bersalah. Ini fitnah!"
Anna berteriak mengejar mobil polisi yang membawa Ayahnya.
"Suamiku ...! Suamiku ...!" teriak Maria. Ia sangat shock atas kejadian ini dan dia pun pingsan.
"Ibu ...!"
.
.
.
Anna terus menghubungi Andrew untuk meminta bantuannya. Anna tahu ini perbuatan Andrew yang ingin balas dendam atas pengkhianatannya.
Dia menelepon Andrew, tetapi Andrew telah memblokir nomor teleponnya.
Anna pun pergi mencari Andrew ke kediamannya dan kantornya, tetapi tak ada satu pun keluarga Williams yang mau bertemu dengannya.
Anna benar-benar bingung tak tahu harus bagaimana. Dia juga telah menghubungi semua kolega dan kerabat ayahnya yang dulu sangat akrab dengan ayahnya, tetapi tak satupun yang mau memberikan Anna bantuan.
Mereka takut akan berhadapan dengan keluarga Williams. Begitupun dengan teman-teman Anna, mereka menjauhi Anna bahkan mencemoohnya sebagai wanita jal*ng. Mereka juga mulai menyebarkan gosip berdasarkan imajinasi mereka sendiri.
Karena mereka iri melihat kecantikan Anna dan karena para pria yang mereka sukai selalu mengejar Anna. Berita itu terus menyebar bahkan sampai ke forum kampusnya dan membuat Anna dikeluarkan dari Universitas.
Begitupun di dalam penjara, identitas Henry sebagai mantan mertua Tuan Muda Andrew yang hanya sehari saja pun terungkap. Mereka mulai memperoloknya dan Anna.
"Hey, Pria Tua! Mengapa kau rela mendekam di dalam penjara? Suruh saja putrimu itu untuk membuka kakinya dan biarkan para pengusaha itu menikmatinya, jika mereka senang maka kau pun akan segera bebas dari sini," ejek salah seorang tahanan pada Henry.
"Iya dia benar! Putrimu masih muda dan sangat cantik, aku dengar dia mendapatkan banyak uang dari pria yang menidurinya di malam pernikahannya itu. Atau kalau tidak kau berikan saja dia kepada kami, maka kami akan melindungimu selama kau berada di penjara ini," timpal napi yang lain seraya menertawakan Henry.
Bukk!
"Tutup mulut kalian!" Henry memukul napi itu dan mereka pun segera terlibat dalam perkelahian.
"Dasar, Pria Tua! Beraninya kau memukulku! Hajar dia!"
Mereka terus memukuli Henry tanpa henti. Karena jumlah yang tak seimbang dan terlebih lagi ia pun hanya seorang pria paruh baya maka Henry pun mengalami kekalahan telak. Ia menderita luka parah di bagian kepala dan kemudian meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Anna dan ibunya sangat shock mendengar kabar bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Dia benar-benar tak percaya dengan kejadian pahit yang menimpanya bertubi-tubi ini.
Restorannya disegel, rumah yang ditempatinya sejak kecil pun dijual untuk biaya mencari pengacara untuk ayahnya dan kompensasi kepada para pelanggan yang keracunan makanan.
Kini kabar buruk pun datang lagi, ayahnya telah meninggal dunia di penjara karena berkelahi.
Dia tak tahu apa yang telah dilakukannya sehingga semua kejadian pahit ini terus menimpanya. Ingin sekali dia menyusul ayahnya untuk mengakhiri semua kesedihan dan penderitaannya ini, tetapi bagaimana dengan ibunya.
Ibu sangat terpukul dengan berita kepergian ayahnya itu. Setiap hari ia hanya menatap jendela kamar dan menanyakan kapan suami tercintanya itu akan pulang.
.
.
.
Hari ini Henry dimakamkan. Suami dan ayah yang baik itu kini telah pergi selamanya, meninggalkan istri dan anak tercintanya untuk sendirian menghadapi dunia ini.
Ini benar-benar cobaan yang berat bagi keluarga Davis, terutama Anna. Gadis itu berlutut di depan makam ayahnya. Mengeluarkan semua keluh kesahnya selama ini.
"Ayah, maafkan Anna. Anna tak bisa membahagiakan ayah dan ibu. Semua ini salah Anna."
Anna mulai menangis meratapi nasib pilunya. Hilang sudah kasih sayang dari seorang ayah yang menjadi sandarannya selama ini. Ibunya pun tak bisa lagi menjadi tempat untuk sekedar menceritakan kegundahan hatinya.
Gadis kecil itu dipaksa menjadi dewasa karena keadaan. Dia harus mengurusi masalah hukum ayahnya dan merawat ibunya. Tak jarang ia mendapatkan cemoohan dari orang-orang di sekitarnya yang memandang rendah mereka.
Kemana pun Anna pergi, ada saja orang yang bergunjing tentangnya. Menghujatnya sebagai wanita murahan dan anak seorang pembunuh. Belum lagi para pria hidung belang itu yang selalu mencoba untuk melecehkannya. Berharap agar mereka bisa menikmati tubuh gadis itu.
Air mata semakin mengalir deras dari netra indahnya. Teringat semua kenangan saat mereka bahagia bersama.
"Ayah, Anna akan membawa ibu pergi dari kota ini. Ibu masih terus saja menanyakan kapan ayah akan pulang. Maafkan Anna, Ayah.
Bukan Anna mau meninggalkan ayah. Suatu hari Anna akan membuktikan kalau kita tidak bersalah. Beristirahatlah dengan tenang di sana. Anna akan menjaga ibu dengan baik." Anna bangkit dan menyeka air matanya.
"Ayah, Anna pamit. Selamat tinggal."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 203 Episodes
Comments
Zaky Sinaga
kasihan Anna😭😭😭,kenapa tdk lihat cctv yg ada di hotel ya🤔🤔🤔
2023-01-06
0
Yeni Setianingsih
aq merasa sangat marah,jengkel,dongkol,teraniaya,pengen nangis,pengen teriak sekencang2ny,dan aq membayangkan tubuh q yg terasa sangat tdk berdaya saat dituduh,saat mendengar ayahny meninggal,saat di makam ayahny😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-08-08
0
Aqiyu
Alex kenapa ga ditengok siapa yang sudah kau hancurkan masa depannya
masa ga ada yang lihat leher Anna yang ada bekas cekikan
2022-04-29
0