Siang itu di kantin kampus Aaliyah ngumpul bersama sahabatnya Mitha, Yolanda dan Widya.
"Yah, tadi malam foto IG kamu itu dimana sih?" tanya Yolanda pada Aaliyah sambil melihat Akun sosial media Aaliyah.
"Oh itu, tadi malam habis menghadiri resepsi pernikahan teman di Hotel Delia," Aaliyah menjelaskan.
"Jadi, Angga yang nikah kemarin itu teman aku waktu masih SD di kalimantan. Kami sama-sama anak polisi. Tinggal di asrama polisi. Angga teman main aku dulu. Tau nggak kami baru bertemu kembali setelah dua belas tahun loh. Pas ketemu tau-taunya udah mau nikah, padahal dulu orang tua kami saling menjodohkan aku sama Angga," lanjutnya sambil pura-pura menunjukkan ekspresi wajah yang sedih.
Teman-teman Aaliyah tertawa. "Ciyeee yang lagi patah hati, apa perlu kami hibur?" seru Widya.
"Boleh, cukup ajak aku makan di restoran dan nonton di bioskop," sahut Aaliyah.
"Ah mending kamu jadi istri kedua aja Aaliyah," Yolanda menggoda.
"Aku sih mau aja jadi istri kedua yang penting istri pertamanya kalian, mau berbagi suami denganku?" balas Aaliyah.
Obrolan mereka tiba-tiba berhenti karena ada dua orang laki-laki yang duduk di meja sebelah mereka. Mereka saling menatap satu lain sambil menahan senyum. Ya tentu saja mereka senyum-senyum karena salah satu pria yang duduk meja sebelah adalah idola Widya dan Yolanda.
********
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, Hadi baru tiba di rumahnya. Ia masih menggunakan seragam polisinya karena baru pulang dari kantor. Setelah memarkir mobilnya, ia masuk ke rumah menggunakan kunci serep yang dibawanya.
Di ruang keluarga tampak Ibu dan Ayahnya menonton TV.
"Kamu baru pulang dari kantor, Nak?" tanya Ibu Laela lembut.
Hadi membuka sepatunya sambil menjawab "Iya bu, kok Ayah dan Ibu belum tidur?" Hadi balik bertanya.
Biasanya jam segini kedua orang tuanya sudah tidur.
"Kami menunggu kamu pulang, ada yang ingin kami bicarakan, tapi kamu ganti baju, bersih-bersih dulu," Jawab Bu Laela.
Pak Hendrawan diam saja, matanya tetap mengarah ke TV.
"Baik bu, aku ganti baju dulu," kata Hadi sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Hadi menebak-nebak dalam hati apa gerangan yang hendak disampaikan orang tuanya. Sepertinya sesuatu yang serius. Tidak biasanya mereka menunggu sampai semalam begini hanya untuk mengatakan sesuatu.
Selesai mencuci muka dan ganti baju, Hadi kembali menuruni tangga menuju ruang keluarga dan duduk di sofa.
"Hadi, kamu sepertinya sibuk sekali ya?" Ayahnya membuka pembicaraan.
"Iya Ayah, banyak kasus yang saya tangani sekarang, belum lagi kuliahnya sudah mulai menyusun tesis," Hadi menjelaskan. "Apa yang Ayah Ibu ingin bicarakan?" tampaknya Hadi sangat penasaran.
"Nak, bagaimana kamu melihat Aaliyah?" tanya Ibu Laela dengan sangat pelan kepada Hadi.
Hadi agak tersentak, tidak menduga yang ingin dibicarakan orang tuanya adalah Aaliyah. Tapi Hadi sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka.
"Maksud ibu saya nggak ngerti, ada apa dengan Aaliyah?" Hadi pura-pura tidak mengerti.
"Maksud Ibu, bagaimana kamu menilai Aaliyah sekarang, dia kan sudah remaja, bukan Aaliyah waktu masih kecil," kata Ibunya.
"Aku belum bisa menilainya bu, toh ketemu saja baru dua kali," Hadi tidak ingin terpancing.
"Tapi dia cantikkan? Anaknya juga baik," Ibunya kembali menambahkan.
Ayahnya masih diam.
"Iya Aaliyah memang cantik, tapi kenapa kita tiba-tiba membicarakan dia?" selidik Hadi.
"Hadi, begini," Ayahnya mulai membuka pembicaraan.
Hadi menatap Ayahnya dengan wajah serius.
"Dulu sewaktu Ayahnya Aaliyah mulai kritis di rumah sakit, Ayahnya menitip Aaliyah pada Ayah. Dan Ayah berjanji akan menjaga Aaliyah seperti anak sendiri."
"Ayah mengatakan pada Ayah Aaliyah akan menjodohkan Aaliyah dengan Angga bila mereka sudah sama-sama dewasa. Ayah Aaliyah setuju sekali. Tapi ketika Ayah Aaliyah meninggal, Aaliyah dan ibunya pulang ke Jawa."
"Ayah kehilangan kontak dengan mereka sampai bertemu kembali sekarang di kota ini. Selama dua belas tahun Ayah dirundung rasa bersalah karena tidak bisa menjaga Aaliyah. Dan sekarang dia sudah besar. Tidak mungkin Ayah menjaganya lagi. Janji Ayah untuk menikahkan Aaliyah dengan Angga, tidak bisa Ayah penuhi karena kita bertemu mereka kembali disaat Angga sudah hampir menikah."
Pak Hendrawan diam sejenak kemudian melanjutkan kata-katanya.
"Ayah sudah bicarakan dengan ibumu, Ayah dan Ibu menginginkan kamu menikah dengan Aaliyah."
Hadi agak tersentak dengan kalimat terakhir Ayahnya meskipun sudah bisa menebak sebelumnya.
"Ayah, Hadi kan sudah punya Clarissa sekarang. Hadi sudah mulai membicarakan pernikahan dengan Clarissa. Lagian Aaliyah itu terlalu muda untuk Hadi ayah. Dia masih kekanak-kanakan," Hadi menjelaskan kepada Ayahnya.
Ayahnya menghela nafas panjang, kemudian kembali berkata,
"Dulu Ayah dan Ibu mendesak agar kamu segera menikah dengan Clarissa, tapi kalian malah menundanya. Kami tidak ingin membahas itu lagi."
"Sekarang kami menginginkan kamu menikah dengan Aaliyah. Kamu sudah dewasa, maka pikirkanlah baik-baik dan putuskan," Kata Ayahnya, kemudian Ayahnya beranjak dari tempat duduk menuju kamar meninggalkan Hadi dan Ibunya.
Sejenak Hadi dan ibunya saling diam.
"Hadi, kamu tahu kan ayahmu kalau sudah ada maunya. Kami tidak memaksa karena kamu sudah dewasa. Tapi kamu pikir-pikir lah dulu. Kalau sudah ada keputusan, sampaikan ke Ayah dan Ibu," tutur ibunya sangat lembut berkata kepada Hadi. Tidak ingin menyakiti perasaan anaknya.
"Kamu sekarang istirahat, Nak. Kamu pasti lelah."
"Makasih bu, Hadi mau tidur dulu," ujar Hadi kemudian menaiki tangga menuju kamarnya dengan tergesa.
Ibunya memandangi Hadi dari belakang. Ia kasihan melihat Hadi. Bagaimanapun Hadi akan berat berpisah dengan Clarissa yang sudah menjalin hubungan dengannya selama dua tahun. Tapi Ayah Hadi merupakan sosok yang keras, dan anak-anaknya tahu bagaimana sifat ayahnya.
*****
Di kamar, Hadi merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Kepalanya pening memikirkan keinginan orang tuanya. Tak pernah terbersit keinginannya untuk meninggalkan Clarissa, gadis yang sangat setia dan sabar menghadapi Hadi.
Beberapa kali Hadi bermain hati dengan wanita lain, tetapi Clarissa selalu memaafkannya. Clarissa juga sangat sabar bila Hadi tiba-tiba marah tidak jelas padanya karena tekanan pekerjaan. Tidak ada niatnya lagi untuk menyakiti Clarissa. Ia hanya ingin menikah dengan Clarissa.
Ia ingin tidur, tapi matanya tidak bisa terpejam. Terlebih lagi suara-suara aneh dari kamar sebelah mulai mengganggunya lagi.
Suara dari kamar pengantin baru yang tepat di samping kamarnya. Hampir tiap malam Hadi terganggu dengan suara tawa cekikikan, dan suara-suara aneh yang lain dari kamar Angga.
Hadi lalu mengambil handphone nya dan mengirim pesan kepada Angga
HADI:
Bro, punya tenggang rasa dikit dong sama tetangga kamar. Jam segini masih berisik. Bisa nggak melakukannya tanpa harus kedengaran ke kamar sebelah. Bilang kalau nggak tahu, nanti saya ajar.
Angga dan Adelia tertawa terbahak-bahak membaca pesan dari kakaknya, kemudian membalas pesan Hadi
ANGGA:
Dear Mas Hadi tersayang, harap bersabarlah kalau ada suara berisik terdengar ke sebelah, toh yang kami lakukan untuk Mas Hadi juga. Kami lagi buat ponakan yang lucu buat Mas Hadi.
Hadi mendengus membaca pesan dari adiknya. Ia lalu mengambil bantal dan menutupi kepalanya. Setidak-tidaknya dapat mereduksi suara-suara dari kamar sebelah. Namun keinginan orang tuanya masih terus terbayang-bayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Kᵝ⃟ᴸуυℓ∂єρ
Mas hadi pura² lugu ahh
2022-05-16
0
💞FiFa Mermaid 🌹
wkwkw...suara2 yg bkin tegang ya di 🤣🤣
2022-03-04
0
Diana
ngakak deh ngebayangin hadi nutup kuping pakai bantal🤣🤣🤣
2022-01-20
0