Ibu Rini ditemani Ratih sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur untuk menjamu kunjungan keluarga Hendrawan minggu siang ini.
Ibu Rini memasak rawon daging sapi khas Jawa Timur, makanan favorit Hadi dahulu sewaktu masih di asrama polisi dan kari ayam favorit Angga.
Hadi dan Angga sewaktu masih kecil, memang lebih banyak makan siang di rumah Ibu Rini, karena ibu mereka Laela yang berprofesi sebagai seorang guru belum pulang mengajar. Sedangkan Ibu Rini sendiri seorang ibu rumah tangga yang lebih banyak tinggal di rumah.
Ibu Rini selalu memperlakukan keduanya seperti anak sendiri dan selalu memasakkan masakan kesenangan mereka.
Aaliyah sedang berada di kamar delan, memainkan gitar sambil menyanyi, mempelajari kunci lagu yang baru dirilis oleh sebuah band.
Sekali-kali ia ke dapur mencicipi masakan bundanya.
Aaliyah memang sudah lama menyenangi musik serta memiliki suara yang khas dalam bernyanyi.
*****
Mobil yang dikemudikan Hadi meluncur di jalan raya menuju rumah Ibu Rini. Pak Hendrawan duduk di depan di samping Hadi. Di belakang ada Ibu Laela, Angga dan tunangannya Adelia.
Rumah Ibu Rini terletak di sebuah gang dengan lebar jalan hanya tiga meter, sehingga Hadi harus memarkir mobilnya di jalan raya depan gang tersebut. Mereka lalu berjalan kaki kurang lebih lima puluh meter dari tempat parkir, memasuki gang tersebut untuk sampai ke rumah Ibu Rini.
Rumah Ibu Rini hanya memiliki luasan empat puluh dua meter bujur sangkar dengan dua kamar tidur. Aaliyah di kamar tidur depan dekat ruang tamu dan Ibu Rini di kamar tidur belakang dekat dapur.
Di samping rumah Ibu Rini terdapat ruang jahit kecil milik Ibu Rini dengan ukuran 3 x 6 meter, dimana pintu bagian dalam studio jahitnya dapat diakses dari dapur rumah.
Sudah 6 tahun Ibu Rini membuka usaha kecil menjahit sejak mereka pindah ke Kota Bandung. Ibu Rini mempekerjakan seorang karyawan bernama Ratih.
"Assalamualaikum," Ibu Laela mengetuk pintu sambil mengucapkan salam.
Dari dalam, Ibu Rini menjawab salam dan membuka pintu.
Ibu Laela dan Ibu Rini saling berpelukan dan menangis melepas kerinduan. Ibu Rini kemudian bersalaman dengan Pak Hendrawan, Angga serta tunangannya dan yang terakhir dengan Hadi.
"Hadi, kamu semakin gagah saja, Nak," ujar Ibu Rini pada Hadi dengan begitu kagum.
Memang dari dulu Hadi memiliki wajah yang tampan dan kulit cerah. Dengan tinggi badan 178 cm dan postur tubuh yang proporsional membuatnya masuk dalam kategori berpenampilan menarik.
Wajah tampan dan pembawaannya yang tenang membuat banyak wanita yang menaruh perhatian padanya. Ibu Rini ingat betul, banyaknya gadis yang mengunjungi Hadi sewaktu mereka masih di Asrama.
"Terimakasih, Bude," ucap Hadi sambil tersenyum tipis.
Ibu Rini kemudian memanggil Aaliyah di kamarnya.
Aaliyah muncul dari balik pintu kamar mengenakan kaos pink dan celana drawstring.
Pak Hendrawan dan Ibu Laela menunjukkan ekspresi kaget melihat Aaliyah. Angga terkesima. Hanya Hadi yang tetap tenang sembari tersenyum kecil.
Bagaimana tidak, Aaliyah kecil memiliki tubuh yang gemuk, pipi tembem, kulit yang gelap karena sering bermain di bawah terik matahari. Sedikit tomboy karena sering bergabung dengan anak lelaki.
Perubahan fisiknya sangat drastis sekarang. Aaliyah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang menarik. Memiliki bentuk tubuh yang seimbang, pinggang yang ramping, kulit putih, tinggi badan sekitar 165 cm. Rambutnya panjang dan dan sedikit bergelombang serta senyum yang manis.
"Ya Allah, Aaliyah kamu berubah banget," kata Ibu Laela masih melongo melihat perubahan Aaliyah.
Aaliyah hanya tersenyum malu-malu.
Aaliyah pun bersalaman pada tamunya mulai dari Pak Hendrawan. Pak Hendrawan memeluk Aaliyah, begitupun Ibu Laela.
Saat giliran Angga, mereka bersalaman agak lama. Kedua teman lama itu saling menggenggam tangan tidak menyangka masih bisa bertemu setelah sekian lama terpisah. Setelah Angga, Aaliyah menyalami Adelia.
Yang terakhir Aaliyah bersalaman dengan Hadi. Hadi menatap mata Aaliyah dalam dan menjabat tangan erat sambil tersenyum kecil. Membuat Aaliyah menjadi kikuk seketika.
"Hai Aaliyah!" sapa Hadi singkat
"Iya Mas," jawab Aaliyah tersenyum.
Mereka bernostalgia mengenang masa-masa sewaktu masih tinggal di Kalimantan.
Aaliyah dan Angga setiap saat selalu bermain bersama. Meskipun demikian hubungan pertemanan mereka pasang surut. Ketika sedang akur bahkan sampai makan satu piring bersama. Namun apabila mereka bertengkar, tidak jarang berakhir dengan saling pukul atau saling lempar.
Apabila perang sudah terjadi, yang selalu tampil sebagai pemenang adalah Aaliyah yang notabene badannya lebih besar dari Angga saat itu.
Angga pun hanya bisa berlari menangis mengadu kepada orang tuanya sebagai anak laki-laki yang teraniaya.
Mereka semua tertawa saat Pak Hendrawan mengingatkan hal itu. Angga juga tertawa meski mukanya agak masam, merasa malu pada tunangannya Adelia.
"Aaliyah, ingat gak dulu kita sering ngintip Mas Hadi pacaran dibawah pohon jambu air merah?" kata Angga mengingatkan.
"Iya Mas Hadi dulu pacarnya banyak ya," ujar Aaliyah sambil melirik ke arah Hadi.
Hadi hanya tersenyum kecil sambil memainkan HP nya.
"Sekarang juga pacarnya masih banyak," Angga menimpali.
"Masih ingat siapa yang harus saya jemput di atas pohon?" Balik Hadi yang mengingatkan sebab merasa terus diserang oleh Angga dan Aaliyah.
Angga dan Aaliyah bersama teman-temanya pernah memanjat pohon jambu merah yang sedang berbuah di halaman asrama. Namun ketika semua teman-temannya sudah turun, Aaliyah sudah takut untuk turun ke bawah. Sehingga Hadi yang harus naik ke atas pohon menuntun Aaliyah turun dari pohon. Menjaga jangan sampai Aaliyah terjatuh.
Mereka semua tertawa menertawakan Aaliyah sehingga Aaliyah menutup mukanya karena malu. Pipinya bersemu merah.
"Hadi, adikmu sudah mau menikah, kok kamu belum, Nak? Kamu sudah punya calon belum?" Ibu Rini bertanya kepada Hadi.
Sambil tersenyum Hadi menjawab dengan tenang "Calon sudah ada Bude, tapi sepertinya Angga sudah kebelet, jadi biar dia duluan deh. Ntar aku nyusul."
Semua tertawa mendengar jawaban Hadi. Raut muka Angga kembali masam. Adelia tersipu malu.
"Mas Hadi masalahnya kesulitan memilih, Bude. Calonnya banyak, bukan cuman satu," olok Angga membalas Hadi.
Reuni dua keluarga tersebut berlangsung hangat dan penuh canda tawa. Mereka juga makan siang bersama, mencicipi masakan yang sudah disiapkan Ibu Rini.
Keluarga Hendrawan baru pamit pulang saat menjelang magrib.
Tidak lupa mereka mengundang Ibu Rini dan Aaliyah untuk menghadiri pernikahan Angga dan Adelia yang akan dilaksanakan dua minggu kedepan.
Sewaktu berjalan kaki keluar dari gang rumah Aaliyah, Hadi menggoda adiknya dengan berbisik agar tidak terdengar oleh Adelia.
"Jangan bilang setelah melihat Aaliyah kamu jadi menyesal bertunangan dengan Adelia."
"Maaf Mas, Angga adalah pria setia, tidak seperti kakaknya. Atau jangan-jangan Mas Hadi yang terpesona ya sama Aaliyah?" gurau Angga.
"Ah biasa aja, mana mungkin terpesona dengan anak kecil," balas Hadi.
Usia Hadi dan Aaliyah memang berjarak sembilan tahun. Saat Hadi kelas tiga SMA, Aaliyah masih kelas tiga SD dan Angga kelas lima SD.
Saat ini Hadi sudah memiliki kekasih seorang dokter cantik spesialis kulit kelamin yang sudah dipacarinya selama dua tahun.
Hadi mengantar keluarganya kembali ke rumah dan hanya menurunkan di depan rumah tanpa ikut masuk. Ia kembali mengendarai mobilnya menuju apartemen dokter cantiknya yang sudah menunggunya malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
anggit
sambil nunggu bimasena up mampir sini dulu
2022-03-28
0
mbokne audia
aq beda 14 tahun sama suami...sering ada yg salah sangka...dikira aq keponakannya
2022-03-16
0
Diana
jd ingat celananya mas bimasena😀🤭
2022-01-19
1