Di kediaman Hadi Bagaskara Ibrahim
"Loh kamu sudah pulang pa?" Tanya Naya istri Hadi ketika melihat suaminya telah duduk di sofa sambil melonggarkan dasinya.
Tapi Hadi justru memejamkan matanya sembari memikirkan cara untuk menjadikan Sabrina menantu di keluarganya.
Karena tidak mendapat jawaban dari sang suami Naya pun sedikit mengguncang tubuh kekar suaminya.
"Pah kok kamu pulang cepat sih" Naya mulai kesal dengan sang suami.
"Mah Malik masih dikantor?" Hadi bertanya kembali pada sang istri.
"Kamu ini pah ditanyain malah balik nanya" Jawab Naya sambil mencibirkan bibirnya. Tanpa aba-aba Hadi langsung melum*t bibir sang istri.
"Ish papa malik itu masih di kantor anakmu itu kan gila kerja" Ucap Naya setelah Hadi melepas pertautan mereka.
"Mah" Kini Hadi merubah mimik wajahnya menjadi serius menatap sang istri.
"Mama ingat Bina kan?" Tanya Hadi pada Naya.
"Bina?" Naya tampak sedang berpikir Bina siapakah yang dimaksud oleh sang suami. Tapi ingatannya tidak menemukan jawabannya dan akhirnya Naya hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Sabrina Magfirah anak---" Belum selesai Hadi menjelaskan siapa Bina, Naya langsung memotongnya.
"Bina anaknya mbak aisya kan pa? Aku dengar dari mbak aisya dia lagi kuliah di Singapura" Ucap Naya setelah mengingat Bina yang dimaksud oleh Hadi.
"Bina udah balik ke Indonesia mah, sekarang dia tuh cantik banget sudah nutup auratnya lagi" Ini adalah langkah awal bagi Hadi untuk menjelaskan pada istrinya bahwa dia ingin menjadikan Bina sebagai menantu.
"Lah terus maksud papa ngomong gitu apa?" Tanya Naya penuh selidik pada Hadi.
"Aku ingin jadikan dia menantu di keluarga kita" Ucapan Hadi barusan membuat terkejut istrinya.
"Menantu?" Naya mengulang ucapan suaminya.
"Aku berencana menjodohkan Malik dan Bina mah" Hadi kini meminta persetujuan pada sang istri untuk menjodohkan anak sulungnya dengan anak semata wayang sahabatnya.
"Tapi pah kita ngak bisa ngelakuin itu" Jawaban Naya sontak membuat Hadi kaget.
"Kenapa? Bina itu cantik, sholeha, sopan dan berpendidikan tinggi. Dia pantas bersanding dengan Malik dan menjadi menantu kita mah" Jelas Hadi pada istrinya.
"Ini bukan perkara Bina pantas atau tidak pantas menjadi istri dan menantu kita pah tapi ini perkara Malik, putra kita" Jawaban Naya semakin membuat Hadi bingung dengan jalan pikiran istrinya.
"Bina bukan hanya berasal dari keluarga pebisnis tapi dia juga berasal dari keluarga yang mempunyai pemahaman agama yang tinggi. Aki Bina adalah adalah seorang ulama dia pasti akan punya andil untuk memilihkan Bina calon suami yang pantas untuknya" Penjelasan panjang lebar dari Naya membuat nyali Hadi untuk menjodohkan Malik dan Bina menciut.
"Tapi Malik kan juga pernah menjadi santri di pondok pesantren akinya Bina jadi Malik masih punya kesempatan dong untuk bersama Bina" Secercah harapan kembali Hadi miliki mana kala dia mengingat putranya pernah menimbah ilmu di Pondok Pesantren Darul Iman milik Aki Bina.
"Tapi apa Malik akan cinta dengan Bina? Apa Malik bisa bertanggung jawab atas Bina setelah dia menikah nanti?" Naya mulai goyah atas jawaban-jawaban suaminya.
"Cinta akan datang seiring kebersamaan mereka nantinya, jangan meragukan putra kita mah" Hadi berusaha mengikis keraguan dari dalam hati Naya.
"Bismillah yah pah" Naya dan Hadi saling berpelukan tapi itu berlangsung lama ketika suara teriakan terdengar dari pintu utama.
"MAMA PAPA" Teriakan Aldita menggema di setiap sudut rumah.
Itulah Aldita Ibrahim adalah putri bungsu dari pasangan Hadi Bagaskara Ibrahim dan Naya.
Aldita mempunyai riang ceria, sifatnya yang humble membuatnya mempunyai banyak teman.
Berbeda dengan sang kakak Malik Ibrahim yang mempunyai sifat dingin dan arogant tapi itu semakin membuat kharismanya sebagai CEO Darma Corp sangat kuat.
"Kamu kenapa sih dek teriak-teriak? Ini rumah yah bukan hutan bakat kamu jadi tarzan betina jangan kamu asah disini" Hadi berusaha menggoda anak bungsunya itu.
"PAPA" Kini Teriakan Naya memanaskan kuping Hadi.
"Mamanya Tarzan betina lagi ngamuk juga" Lelucon Hadi sontak membuat Aldita dan Naya menjewer telinga pria paru bayah itu.
"Ampun mah, dek" Hadi meringis memegang telinganya yang menjadi korban kekerasan dari istri dan anak bungsunya.
"Pah kok pulangnya cepat?" Tanya Aldita pada papanya.
"Ngak kok abis ini papa mau balik ke kantor lagi tadi papa abis rapat sama Om Afnan" Jawab Hadi.
"Oh iya dek kamu tau Mbak Bina kan?" Meyakinkan istrinya sudah sekarang waktunya untuk meyakinkan anak gadisnya.
"Taulah Pah dia cucu dari pemilik pesantren tempat aku mondok sama Kak Malik dulu" Jawaban Aldita membuat Hadi agak tersenyum lega.
"Kalau papa jodohin Kak Malik sama Mbak Bina gimana dek?" Hadi kembali bertanya pada Aldita. Tapi gadis berusia 21 Tahun diam seperti memikirkan sesuatu.
Flashback On
Siang ini di Darma Corp.
Aldita bekerja sebagai anak magang di perusahaan keluarganya sendiri. Sebenarnya dia ingin magang di perusahaan lain tapi papa dan kakaknya berikeras untuk Aldita magang di Darma Corp agar bisa lebih memantau dirinya.
Aldita dengan berat hatinya menyetujui hal itu tapi dengan syarat dia harus diperlakukan layaknya anak magang.
"Dit tolong bawain berkas ini ke Mbak Ghea sekretarisnya Pak Malik" Perintah Dody pada Aldita. Dody adalah manager Devisi Keuangan.
"Siap pak" Aldita pun mengambil berkas itu dan langsung menuju lantai 8 menggunakan lift karyawan.
Sesampainya di sana ternyata meja yang di tempati oleh Ghea Paramitha kosong.
Samar-samar dia mendengar suara desahan dari ruangan sang kakak. Tapi dia bimbang untuk apakah harus masuk atau menaruh berkas itu saja di meja Ghea.
"Aku ke ruangan Kak Andra aja deh" Aldita pun berlalu menuju ruangan asisten pribadi sang kakak.
Tapi sesampainya disana ternyata ruangan itu kosong. Aldita pun menutup pintu ruangan andra. Ketika hendak memutar badannya dia dikagetkan dengan OB yang melintas.
"Mas lihat Pak Andra atau Bu Ghea ngak?" Tanya Aldita pada sang OB paru bayah itu.
"Pak Andra lagi jemput istrinya mbak, kalau Bu Ghea tadi masuk ke ruangan Pak Malik" Jelas sang OB pada Aldita.
"Oh gitu yah mas, ya udah makasih yah" Aldita pun kembali ke ruangan sang kakak.
Tanpa permisi Aldita langsung membuka pintu ruangan kakaknya.
BRAK
Pintu terbuka lebar alangkah kagetnya dia melihat sang kakak sedang berci*man dengan Ghea. Bukan hanya berci*man tangan kanan Malik menahan tengkuk leher Ghea dan tangan kirinya sedang merem*s salah satu gundukan milik Ghea dengan rakus.
"KAKAK" Teriakan kencang Aldita menghentikan kegiatan panas Malik dan Ghea.
Alangkah kagetnya mereka melihat Aldita menangkap basah mereka.
"Dek kakak bisa jelasin" Malik berusaha memberi penjelasan pada adiknya itu.
"Kak, Mbak Ghea itu udah bersuami. Kalian mikir gimana perasaan Mas Haris kalau tahu soal ini" Malik dan Ghea diam membisu mendengar perkataan Aldita.
"Dit aku cintanya sama Malik bukan sama Haris, aku nikah ama Haris hanya untuk menebus hutang bapak aku" Ghea memberikan penjelasan pada Aldita tentang masalah pelik ini.
"Tapi perbuatan ini ngak bisa aku benarkan mbak, ini laporan keuangan dari Pak Dody aku izin pulang sekarang" Aldita keluar dari ruangan sang kakak dengan derain air mata.
Sesampainya di ruangannya dia langsung pamit pulang pada Pak Dody dengan alasan ngak enak badan. Raut wajah yang pucat membuat Pak Dody percaya bahwa Aldita memang sedang dalam kondisi kurang fit.
Flashback Off
"Aku terserah papa aja karena semua orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya" Jawaban dari Aldita membuat senyum Hadi merekah.
"Terima kasih sayang udah mendukung papa" Hadi memeluk putri kesayangannya itu.
"Semoga dengan perjodohan ini bisa membuat Kak Malik sadar" Batin Aldita.
"Happy Reading💕"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Bunga Syakila
lanjut
2020-10-03
0
Bila
Like ya 🥰
2020-10-01
0
Arkha_yanti
like Thor
2020-10-01
0