...Seharian Silva melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Merasa lelah, Silvia memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil menikmati secangkir kopi hitam di sebuah kafe....
"Aduh, capek sekali..." keluh Silvia sambil mendengus kesal.
"Silviana," suara bariton berat terdengar tiba-tiba dari belakangnya.
...Dengan wajah letih dan sedikit penasaran, Silvia menoleh. Seketika, mata birunya membulat sempurna....
"Ayah mertua."
"Boleh saya duduk di sini?" tanya Antonio.
"Silakan, Ayah."
"Terima kasih," ucap Antonio dengan senyum manis, lalu duduk.
...Meskipun usianya tak lagi muda, pesona dan karisma pria tampan itu masih terpancar kuat. Tubuhnya atletis dan tinggi. Kumis tipis halus menghiasi rahang kokohnya, semakin menambah ketampanannya....
"Emmm... Ngomong-ngomong, apa yang sedang kamu lakukan di sini sendirian?" tanya Antonio sambil mengamati sekeliling kafe.
"Ah, aku sedang mencari pekerjaan, Ayah," jawab Silvia dengan wajah lesu dan sedikit sedih.
"Kenapa? Apa kamu kekurangan uang?"
"Tidak, Ayah. Aku hanya bosan di rumah dan ingin bekerja saja."
"Begitu rupanya..." Tuan Antonio mengangguk paham sambil memikirkan sesuatu.
"Ada apa, Ayah?"
"Oh, tidak. Ada sesuatu yang sedang kupikirkan. Kebetulan, aku sedang membutuhkan asisten. Bagaimana kalau kamu bekerja sebagai asistenku saja?" tawar Antonio.
"Hhhmm... Sepertinya ini adalah kesempatan emas ku. Daripada aku meluluhkan si bajingan tengik itu, lebih baik ayah nya saja," batin Silvia termenung.
"Silviana, halo," tegur Antonio melambaikan tangan ke arah wajah Silvia.
"Eh, maafkan aku Ayah mertua, aku malah melamun."
"Tidak apa-apa. Jadi, bagaimana menurutmu?"
"Boleh juga, Ayah mertua. Tapi apa tidak apa-apa? Aku takutnya bisa menimbulkan masalah, Ayah mertua."
"Kamu tidak perlu khawatir. Besok datang saja ke perusahaanku dan langsung bekerja."
"Wah! Terima kasih banyak, Ayah."
...Saking senangnya, Silvia reflek berdiri dan membuka kedua lengannya, ingin memeluk Antonio. Namun, kesadarannya kembali dalam sekejap, membuatnya duduk kembali dengan wajah tertunduk malu....
"Maafkan aku, Ayah. Aku terlalu gembira," kata Silvia dengan nada canggung.
"Tidak masalah, aku mengerti."
...Dari perkataan Antonio itu, Silvia jadi berpikir kalau ayah mertuanya ini menyimpan rasa pada kakaknya. Meskipun begitu, Silvia berusaha tidak berburuk sangka dan memilih untuk mengamati tingkah laku Antonio lebih lanjut....
"Kalau begitu, aku pamit dulu, Ayah."
...Silvia bangkit dari duduknya dan meraih tas beserta kunci mobilnya, namun......
"Tunggu," Antonio meraih lengan Silvia, menghentikannya.
"Ada apa, Ayah?"
"Tuliskan nomor teleponmu di sini, supaya aku bisa menghubungimu," kata Antonio sambil melepaskan lengan Silvia dan menyodorkan ponselnya.
...Kening Silvia berkerut. Untuk apa Ayah mertua membutuhkanku menghubunginya? pikir Silvia dalam hati....
"Kamu jangan salah paham. Besok kamu akan menjadi asistenku, tentu saja aku akan menelepon setiap saat membutuhkanmu sebagai asisten," jelas Antonio paham dengan tatapan Silvia barusan.
"Oh iya, maaf."
...Silvia tersenyum kikuk, lalu meraih ponsel Antonio dan memasukkan nomor ponselnya....
"Sudah," ucap Silvia sambil mengembalikan ponsel Tuan Antonio.
"Baik, sampai jumpa besok."
"Iya."
...Silvia berjalan meninggalkan kafe menuju parkiran mobil. Setelah itu, ia mengendarai mobilnya menuju butik ternama untuk membeli beberapa baju kerja....
...Selesai berbelanja, Silvia mampir sejenak ke salon kecantikan untuk melakukan perawatan....
"Aku sudah memutuskan akan menggoda ayah mertuaku sendiri, jadi aku harus tampil cantik dan mempesona," batin Silvia sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
"Maaf Nyonya, ini akan sedikit sakit," celetuk staf salon kecantikan sambil mengaduk waxing.
"Tidak apa-apa, lakukan saja," perintah Silvia.
...Staf salon kecantikan pun mengoleskan waxing dengan hati-hati di area bagian bawa Silvia dan membersihkan rambut-rambut halus di area tersebut....
...Hari itu, Silvia melakukan berbagai perawatan di seluruh tubuhnya. Beberapa jam kemudian, semua perawatan selesai. Silvia lalu berjalan menuju meja kasir dan mengeluarkan kartu milik Antonio untuk membayar....
Swoos.
...Kartu di tangan Silvia tiba-tiba direbut. Silvia sontak marah dan menoleh ke arah orang yang menarik kartunya....
"Hei! Apa-apaan kamu!" bentak Silvia.
"Dasar tidak tahu malu! Sudah miskin, hobinya menguras uang orang kaya! Apa ini didikan orang tuamu?" maki seorang wanita paruh baya sambil menatap Silvia dengan tatapan intimidasi.
"Hei, memangnya kamu siapa? Berani menghina orang tuaku, hah!" pekik Silvia, melangkah maju mendekati wanita itu dengan amarah membara.
"Apa kau lupa, wanita udik? Aku ini ibu mertuamu, sialan!" umpat wanita itu, yang ternyata adalah ibu mertua Silvia.
"Aku tidak peduli siapa kamu. Kau sudah berani menghina orang tuaku, maka bersiaplah menyesal. Camkan itu!" tekan Silvia dengan nada memperingatkan.
...Tanpa mempedulikan tatapan tajam ibu mertuanya, Silvia mengeluarkan kartunya, membayar dengan cepat, dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun....
"Aku tidak takut dengan ancamanmu, wanita udik!" seru ibu mertua itu, menantang kepergian Silvia.
"Kita lihat saja, wanita tua," gumam Silvia sambil masuk ke dalam mobilnya.
...Dengan perasaan jengkel, Silvia meninggalkan tempat itu dengan mobilnya. Rasa puas belum ia dapatkan karena tidak sempat melampiaskan amarah pada ibu mertuanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk langsung pulang....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lhina Bright
aaaaastaga.... tidak dapat anaknya, ya udah klo gtu bapak nya deeeeh.../Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-03-14
2
Olive Ova Ambitan
Astaga kok jadi bgitu silvia apa tdk ada laki lain yg msh muda? Kecewa jdnya aq
2025-04-07
0
neng ade
yaahh.. itu kartu nya milik ayah mertua mu kenapa gak direbut lagi sih Silvia
2025-04-06
0