...Jarum jam telah beranjak menuju pukul sepuluh malam. Setelah beberapa jam menikmati hembusan angin malam yang sejuk di tepi pantai, Silvia memutuskan untuk kembali. Langkahnya disambut oleh tatapan dingin Leon yang berdiri tegak di tengah ruang tengah mansion......
"Dari mana saja kamu?" tanya Leon dengan nada dingin.
...Silvia balas menatapnya, menyunggingkan senyum tipis....
"Kenapa? Kau merindukanku?"
...Ia melangkah mendekat, namun Leon bergerak menghindar....
"Untuk apa kau memakai uang Ayah? Apa kau tidak punya harga diri?" cibir Leon tajam.
...Seketika, amarah Silvia tersulut. Bukan karena ia tak punya malu, melainkan karena ia ingin Leon menyadari kesalahannya pada Kakaknya......
"Malu? Seharusnya kau, Leon. Aku hanya mengambil hakku. Apa itu salah?" tantang Silvia.
"Maksudmu apa?" Leon mengerutkan kening.
...Senyum sinis mengembang di bibir Silvia. Ia mengulurkan tangan, mengusap dada bidang Leon dengan gerakan lambat. Leon sontak menepisnya kasar....
Swoosh.
"Jangan pernah menyentuhku, Silviana!" desis Leon penuh amarah.
"Kenapa tidak boleh, Leon sayang? Semua milikmu adalah milikku juga. Buktinya ini," balas Silvia, mengangkat tangan kanannya yang memakai cincin pernikahan, memperlihatkannya pada Leon dengan senyum kemenangan.
"Benar-benar tidak tahu malu," desis Leon dengan nada jijik.
...Tawa Silvia meledak, menggema di ruang tengah. Namun, sedetik kemudian, tawanya lenyap, digantikan tatapan dingin yang menusuk Leon. "Kau belum melihat seberapa tidak tahu malunya aku, Leon. Mau kucoba?" tantangnya, menatap Leon dengan sinis....
"Kau wanita bermuka tebal dan tidak tahu malu yang pernah kutemui, Silviana!" geram Leon, kedua tangannya terkepal erat hingga buku-buku jarinya memutih.
...Bagaimana tidak? Tatapan merendahkan Silvia tadi terasa seperti telah dihina yang tak terucapkan, membakar amarah Leon hingga ke ubun-ubun......
"Haah... Berdebat denganmu sungguh menguras tenaga, Tuan Leon. Saya permisi dulu."
...Silvia melangkah pergi sambil menguap lebar, gestur pura-pura yang menyembunyikan rasa kantuk yang belum sepenuhnya datang. Diam-diam, senyum kemenangan tersungging di bibirnya. Dalam hatinya, ia tergelak melihat ekspresi kesal bercampur amarah yang terpampang jelas di wajah Leon....
"Ini baru permulaan, Tuan Leon. Bersiaplah untuk babak berikutnya," bisik Silvia lirih, tanpa menghentikan langkahnya.
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di sisi lain)...
...(Warning 21+)...
...Dalam remang cahaya kamar hotel yang mewah, Tamara terjerat dalam pelukan panas seorang pria yang bukan Kekasihnya, Leon. Namun Kekasih gelapnya, Jack....
...Mereka saling memburu puncak kenikmatan, sebuah luapan hasrat yang tak tertahankan. Desahan tertahan dan gerakan tergesa menjadi saksi bisu keintiman mereka hingga akhirnya kelelahan dan kepuasan menyelimuti hingga akhirnya mereka mencapai puncak kenikmatan yang mereka inginkan....
"Tamara, apa kamu tidak khawatir jika nanti Leon menikahimu dan tahu kalau kamu sudah tidak perawan lagi?" tanya Jack sambil melangkah menjauh, meninggalkan Tamara yang terbaring lemas di ranjang, berusaha keras mengatur napasnya.
"Ayolah... Jack," jawab Tamara santai, meskipun napasnya masih tersengal. "Ini bukan zaman pertengahan. Di zaman modern ini, aku bisa saja melakukan prosedur untuk mengembalikan keperawanan sebelum menikah."
"Kamu memang benar-benar licik, Tamara," desis Jack, meraih botol red wine di atas meja dan menuangkannya ke dalam gelas dengan gerakan kasar.
"Mau bagaimana lagi, Jack? Kamu sudah membuatku seperti ini," kata Tamara, menoleh padanya dengan senyum penuh arti. "Jadi, ini tugasmu untuk bertanggung jawab... untuk memuaskanku, mantan kekasihku."
...Ternyata, Jack bukan hanya mantan kekasih Tamara, tetapi juga cinta pertamanya. Mendengar ucapan Tamara, seringai tipis menghiasi bibirnya saat dia berbalik menghadapnya....
"Sepertinya aku kurang memuaskanmu semalam, sayang," ujar Jack, langkahnya mendekat ke ranjang.
Sambil menggigit bibir bawahnya, Tamara tersenyum penuh harap.
"Iya, buktikanlah," kata Tamara, matanya menatap Jack dengan binar penuh permintaan.
...Jack kembali naik ke ranjang, dan kehangatan intim kembali menyelimuti mereka, membuat Tamara sepenuhnya terhanyut hingga tak menyadari panggilan berulang kali dari Leon di ponselnya....
🌺
🌺
🌺
...(Di mansion)...
Sementara itu, di kamar sebuah mansion, Leon berdiri gelisah. Layar ponselnya masih menampilkan panggilan yang tak terjawab ke nomor Tamara. Ia berharap wanita itu mengangkat teleponnya agar ia bisa meredakan amarahnya dari sebelum mereka berpisah.
"Angkatlah, Tamara... kumohon," gumam Leon frustrasi. Ia mondar-mandir di kamarnya, sesekali mengusap wajahnya dengan tangan yang gemetar.
...Namun, penantian Leon sia-sia. Satu jam berlalu, dan Tamara tetap tidak menjawab. Dengan helaan napas berat, Leon akhirnya mengetik pesan singkat, lalu merebahkan diri di tempat tidur....
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Endang Supriati
tetap aja beda asli sama buatan.!!!
2025-03-15
2
Marlyne Lia Lyne
wah memang pelakor itu gk ada moral ya.. pacaran sm Leon tp berhubungan sm. laki laki lain. kasihan sekali ya klw Leon menikahi tamara si pelacur murahan.. 😃😃
2025-04-03
1
yonahaku
Mudah-mudahan ada CCTV-nya agar Tamara didepak sama Leon kurang ajar dan minta maaf sama Silvia istrinya yang baik hati
2025-02-25
1