Episode 02¹

...Tengah malam. Tidur lelap Silvia tiba-tiba terganggu. Ia terbangun dan mendapati dirinya berada di sebuah taman luas. Bunga-bunga bermekaran di mana-mana, menyuguhkan pemandangan yang tak terduga....

Dengan kaget, Silvia terduduk. "Ya Tuhan... Sekarang aku di mana?" gumamnya, pandangannya menyapu setiap sudut taman yang luas itu.

"Hai," sebuah suara lembut menyapa dari samping Silvia, memecah keheningan taman malam itu.

Silvia segera menoleh ke arah suara itu. "Siapa kau?" tanyanya dengan nada sedikit terkejut bercampur curiga.

Wanita itu mengulas senyum lembut sembari duduk di samping Silvia. "Aku adalah kembaranmu, Silvia," ucapnya dengan nada haru. "Bertahun-tahun aku menabung setiap sen dan mencarimu tanpa lelah. Namun, tak pernah kubayangkan pertemuan kita akan terjadi dalam situasi yang tak terduga seperti ini."

...Kebingungan Silvia semakin menjadi-jadi. Matanya tak lepas dari wajah wanita di sampingnya. Bukankah ia selama ini tahu bahwa dirinya adalah putri tunggal dari keluarga terpandang di negara A? Melihat ekspresi blank Silvia, wanita itu menarik napas dalam, bersiap mengurai benang kusut masa lalu....

"Pasti banyak pertanyaan di benakmu sekarang," ujar Silviana, menatap Silvia dengan penuh pengertian. "Semuanya sudah kutuliskan dalam diary yang ada di lemari. Percayalah, setelah membacanya, kamu akan mengerti."

...Silviana menghela napas berat, sebelum akhirnya bangkit dari tempat duduknya. Langkahnya terasa berat untuk diayunkan, sebab pertemuan ini adalah yang pertama baginya dengan sang adik tercinta setelah terpisah sejak masa kanak-kanak....

"Hei! Tunggu!" seru Silvia, bergegas bangkit dari tempat duduknya dan berlari untuk meraih lengan Silviana.

"Ada apa, Silvia?" tanya Silviana, sembari menoleh ke arah adiknya.

"Bisakah kamu jelaskan semuanya? Jangan membuatku penasaran," desak Silvia.

"Kamu akan tahu setelah membaca buku harian itu, adikku." Silviana melepaskan genggaman tangan Silvia, lalu mengulurkan tangannya menyentuh lembut salah satu pipi adiknya. "Kamu sangat cantik, persis seperti ibu kita," lanjut Silviana dengan mata berkaca-kaca memuji Silvia.

...Air mata yang sejak tadi ditahan Silviana akhirnya luruh, membasahi kedua pipinya. Dengan berat hati, ia menarik tangannya dari pipi Silvia, lalu berbalik melangkah menuju cahaya putih yang samar di kejauhan....

"Hei! Kamu mau ke mana? Tunggu!" seru Silvia, berusaha mengejar langkah kakaknya.

...Namun, Silviana tak sedikit pun menoleh, terus berjalan hingga sosoknya menghilang dalam rengkuhan cahaya putih....

"Tidak! Jangan pergi! Tunggu!" pekik Silvia, tiba-tiba terbangun dengan jantung berdebar kencang dan napas terputus-putus.

...Peluh dingin membasahi sekujur tubuh Silvia. Napasnya masih memburu kasar saat ia berusaha mengingat kembali detail mimpinya yang terasa begitu nyata. Perlahan, ia duduk di tepi ranjang, mencoba menenangkan diri sejenak. Pandangannya kemudian tertuju pada jam dinding kamarnya, yang ternyata telah menunjukkan pukul 06:00 pagi....

"Apakah semua itu nyata? Di mana buku harian itu?" gumam Silvia dengan nada bertanya.

...Silvia bergegas bangkit dari ranjang, kemudian melangkah menuju lemari kayu tua dan membukanya lebar-lebar....

...Dengan tergesa, Silvia mulai menggeledah isi lemari milik Silviana. Tangannya menyentuh sebuah benda keras di bawah tumpukan pakaian—sebuah kunci....

"Tidak salah lagi," gumam Silvia yakin, "ini pasti kunci lemari penyimpanan buku harian itu."

...Dengan tergesa, Silvia mencoba memasukkan kunci itu ke setiap laci lemari kayu tua tersebut. Namun, tidak satu pun yang berhasil terbuka. Akhirnya, kunci itu terasa pas dan berputar mulus di laci paling bawah yang tersembunyi di dalam lemari besar itu....

Srek.

...Silvia menarik pelan laci itu dengan tangan gemetar. Tiba-tiba, gelombang perasaan sedih bercampur kebingungan menyeruak dan menyelimuti dirinya....

"Jika benar Silviana adalah kakak kandung sekaligus kembaranku, aku tidak akan pernah memaafkan mereka semua," ucap Silvia dengan air mata yang mulai membasahi pipinya.

Deg!

...Jantung Silvia berdebar keras saat kedua mata biru lautnya terpaku pada sebuah buku harian berukuran besar di dalam laci itu. Ini berarti apa yang dialaminya dalam mimpi bukanlah ilusi. Perlahan, Silvia mengulurkan tangan meraih buku itu, membukanya, dan mulai membaca isinya....

"Hai Silvia, ini aku, Silviana, kakakmu. Pasti aneh ya, baru sekarang kita bertemu? Tapi tenang, Kakak akan jelaskan semuanya."

"Salam kenal, Kak..." bisik Silvia dengan air mata mengalir, menciumi diary itu penuh haru, lalu berjalan pelan ke ranjang dan duduk di sisinya.

"Lihat foto ini. Kita masih sekitar satu tahun. Kita bermain riang di taman, tapi tiba-tiba semuanya berubah. Kekacauan terjadi, dan kamu hilang. Papa dan Mama tak pernah menyerah mencarimu, berkeliling dunia hingga perusahaan kita hancur. Setelah Mama meninggal, Papa tak kuat lagi, ia memilih untuk pergi menyusul Mama."

"Apa?" bisik Silvia terkejut.

...Dengan cepat, Silvia meraih foto masa kecilnya bersama Silviana dan menatapnya lekat-lekat. Ternyata benar, mereka adalah saudara kembar. Ia ingat memiliki foto serupa di dalam bingkainya. Namun, saat dewasa, rambutnya diwarnai menjadi cokelat tua atas permintaan ibunya yang merasa warna aslinya kurang menarik....

"Silviana... Kakak..." lirih Silvia, tangisnya pecah menjadi isakan yang menyayat hati. Kemudian, ia melanjutkan membaca.

"Lalu, suatu hari, Kakak terpaksa menikah dengan seorang pria bernama Leon Amores. Dia kaya raya, tapi hatinya sudah dimiliki wanita lain, Tamara, cinta pertamanya. Hidup Kakak bagai neraka, tapi Kakak bertahan demi kamu, Dik. Kakak juga tak punya pilihan, keluarga Leon berutang budi pada Kakek."

Deg!

...Dada Silvia terasa sesak membaca lembar pertama diary itu. Namun, belum selesai keterkejutannya, tiba-tiba......

Brak!

...Suara keras pintu kamar Silviana yang didobrak membuat Silvia, yang sedang terisak, tersentak dan menoleh....

"Lihatlah... si Nyonya Besar sudah bangun rupanya, tapi kerjanya cuma bengong," cibir pelayan yang semalam, menatap Silvia (alias Silviana) dengan tatapan merendahkan.

...Silvia membanting buku diary itu ke ranjang dengan marah. Ia berdiri tegak dan menghampiri pelayan itu dengan langkah cepat....

"Kau tahu siapa aku di sini! Berani-beraninya kau merendahkanku?" sentak Silvia dengan mata berkilat marah.

"Tch! Cepat pakai baju hina ini." Pelayan itu melemparkan seragam pelayan ke wajah Silvia dengan kasar. "Pakai dan enyah ke dapur sekarang!" bentaknya.

Plak!

...Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri pelayan itu, membuatnya terperanjat dan menatap Silvia dengan mata terbelalak....

"Kau berani menamparku?!" bentak pelayan itu dengan nada penuh amarah.

Grap.

...Silvia dengan kasar mencengkeram rambut pelayan itu dan menariknya mendekat, lalu berbisik tajam di telinganya......

"Aku bahkan berani merobek habis mulutmu, jika lain kali kau berani bertingkah seolah-olah kau adalah nyonya di mansion ini, paham?" bisik Silvia dengan nada mengancam.

...Pelayan malang itu mengangguk ketakutan, kedua matanya membulat sempurna menatap tatapan Silvia yang penuh amarah, seolah ingin membunuhnya....

Swos.

...Silvia menghempaskan rambut pelayan itu dengan kasar, lalu menatapnya dengan dingin dan penuh peringatan....

"Cepat pergi dari sini. Melihat wajahmu membuat perutku mual," usir Silvia dengan nada jijik.

...Pelayan itu mengangguk cepat-cepat, lalu berlari kecil meninggalkan kamar tersebut. Setelah sosok pelayan menjengkelkan itu menghilang dari pandangannya, Silvia menghela napas berat....

"Huf... kira-kira ada sedikit uang di laci itu? Aku harus segera pergi menemui dokter," gumam Silvia dengan cemas.

...Silvia kembali menghampiri lemari dan membuka laci yang tadi. Di dalamnya, ia menemukan sebuah kartu rekening berwarna hitam beserta nomor pin yang terselip di dalam amplop, seolah memang dipersiapkan untuknya....

"Maafkan aku, Kak. Aku membutuhkannya," ucap Silvia sambil menatap langit-langit mansion dengan kedua tangannya tertaut.

...Kemudian, Silvia bergegas mandi, lalu keluar dari kamar yang terletak di lantai dua. Ia menuruni anak tangga menuju ruang tengah sambil mengutak-atik ponsel Silviana....

...Leon dan Tamara tengah menikmati sarapan di meja makan. Silvia sama sekali tidak menggubris mereka, terus melangkah menuju pintu mansion. Ia kemudian naik ke taksi daring yang telah menunggunya dan pergi menjauhi rumah besar itu....

(Bersambung)

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

itu diary nya udah disimpan lagi ke laci nya dan dikunci lagi kan biar gak ada yang tau

2025-04-06

2

Erna Masliana

Erna Masliana

punya uang tapi milih disiksa menderita direndahkan pelayan hingga mati.. bodoh gak sih

2025-04-05

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Kapok luuuu, jadi pembantu aja Ndak sopan kamu sama Nyonyamu.

2025-04-17

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 01¹
2 Episode 02¹
3 Episode 03¹
4 Episode 04¹
5 Episode 05¹
6 Episode 06¹
7 episode 07¹
8 Episode 08¹
9 Visual karakter.
10 Episode 10¹
11 Episode 11¹
12 Episode 12¹
13 Episode 13¹
14 Episode 14¹
15 Episode 15¹
16 Episode 16¹
17 Episode 17¹
18 Episode 18¹
19 Episode 19¹
20 Episode 20¹
21 Episode 21¹
22 Episode 22¹
23 Episode 23¹
24 Episode 24¹
25 Episode 25¹
26 Episode 26¹
27 Episode 27¹
28 Episode 28¹
29 Episode 29¹
30 Episode 30¹
31 Episode 31¹
32 Episode 32¹
33 Episode 33¹
34 Episode 34¹
35 Episode 35¹
36 Episode 36¹
37 Episode 37¹
38 Episode 38¹
39 Episode 39¹
40 Episode 40¹
41 Episode 41¹
42 Episode 42¹
43 Episode 43¹
44 Episode 44¹
45 Episode 45¹
46 Episode 46¹
47 Episode 47¹
48 Episode 48¹
49 Episode 49¹
50 Episode 50¹
51 Episode 51¹
52 Episode 52¹
53 Episode 53¹
54 Episode 54¹
55 Episode 55¹
56 Episode 56¹
57 Episode 57¹
58 Episode 58¹
59 Episode 59¹
60 Episode 60¹
61 Episode 61¹
62 Episode 62¹
63 Episode 63¹
64 Episode 64¹
65 Episode 65¹
66 Episode 66¹
67 Episode 67¹
68 Episode 68¹
69 Episode 69¹
70 Episode 70¹
71 Episode 71¹
72 Episode 72¹
73 Episode 73¹
74 Episode 74¹
75 Episode 75¹
76 Episode 76¹
77 Episode 77¹
78 Episode 78¹
79 Episode 79¹
80 Episode 80¹
81 Episode 81¹
82 Episode 82¹
83 Episode 83¹
84 Episode 84¹
85 Episode 85¹
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Episode 01¹
2
Episode 02¹
3
Episode 03¹
4
Episode 04¹
5
Episode 05¹
6
Episode 06¹
7
episode 07¹
8
Episode 08¹
9
Visual karakter.
10
Episode 10¹
11
Episode 11¹
12
Episode 12¹
13
Episode 13¹
14
Episode 14¹
15
Episode 15¹
16
Episode 16¹
17
Episode 17¹
18
Episode 18¹
19
Episode 19¹
20
Episode 20¹
21
Episode 21¹
22
Episode 22¹
23
Episode 23¹
24
Episode 24¹
25
Episode 25¹
26
Episode 26¹
27
Episode 27¹
28
Episode 28¹
29
Episode 29¹
30
Episode 30¹
31
Episode 31¹
32
Episode 32¹
33
Episode 33¹
34
Episode 34¹
35
Episode 35¹
36
Episode 36¹
37
Episode 37¹
38
Episode 38¹
39
Episode 39¹
40
Episode 40¹
41
Episode 41¹
42
Episode 42¹
43
Episode 43¹
44
Episode 44¹
45
Episode 45¹
46
Episode 46¹
47
Episode 47¹
48
Episode 48¹
49
Episode 49¹
50
Episode 50¹
51
Episode 51¹
52
Episode 52¹
53
Episode 53¹
54
Episode 54¹
55
Episode 55¹
56
Episode 56¹
57
Episode 57¹
58
Episode 58¹
59
Episode 59¹
60
Episode 60¹
61
Episode 61¹
62
Episode 62¹
63
Episode 63¹
64
Episode 64¹
65
Episode 65¹
66
Episode 66¹
67
Episode 67¹
68
Episode 68¹
69
Episode 69¹
70
Episode 70¹
71
Episode 71¹
72
Episode 72¹
73
Episode 73¹
74
Episode 74¹
75
Episode 75¹
76
Episode 76¹
77
Episode 77¹
78
Episode 78¹
79
Episode 79¹
80
Episode 80¹
81
Episode 81¹
82
Episode 82¹
83
Episode 83¹
84
Episode 84¹
85
Episode 85¹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!