Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu

Ya, penguntit Sekar adalah Angga. Dia sengaja keluar dari area basis TNI di mana Sekar sedang menghadiri pesta militer. Ia yang sudah paham kebiasaan dan aturan yang ada di angkatan laut, langsung menuju markas dekat taman kota.

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya sosok yang ditunggu turun dari bus angkatan laut. Namun saat beberapa taksi berdatangan ke depan markas tersebut, Angga memundurkan langkahnya saat melihat Sekar masuk bersama seorang pria berseragam angkatan laut.

Alhasil Angga memutuskan untuk mengikuti taksi Sekar tersebut yang ternyata ke arah rumah gadis itu. Tentu Angga sudah tahu alamat rumah Sekar dari SIM (Surat Izin Mengemudi) karena pernah hampir menilangnya.

Angga tak mencatat alamat Sekar dalam sebuah kertas, tetapi pada memori otaknya dengan cepat. Sesuatu yang aneh menggelitik hatinya tanpa sadar menariknya dalam pesona wanita unik bernama Sekar Nabila Putri.

Ajun Komisaris Polisi (AKP) Angga Yudho P, lelaki ini biasa dikejar para wanita. Namun kini justru diam-diam menjadi penguntit seorang wanita.

Di dalam taksi, ponsel Dhani mendadak berbunyi. Setelah dicek, ternyata Imran yang menelepon. Dhani pun segera mengangkatnya.

"Gimana? Sudah sampai rumah Sekar?" cecar Imran to the point.

"Belum, bentar lagi."

"Anterin sampai depan rumahnya, Bro. Awas kalau kau turunin anak orang depan gang!" ancam Imran.

"Iya, ya. Tenang saja pasti aku anterin sampai kembali ke tangan orang tuanya dengan selamat," ucap Dhani.

"Oke, Bro. Aku tutup dulu teleponnya," pamit Imran.

"Hem,"

Bip...

Panggilan pun selesai.

"Apa barusan pacarnya Resti yang telepon?" tanya Sekar.

"Iya. Bawel banget dia!" ketus Dhani. Sekar hanya memberikan senyum tipisnya.

"Rumahmu yang sebelah mana? Nomor berapa?" tanya Dhani seraya menengok ke kanan dan ke kiri saat ini taksinya memasuki sebuah komplek rumah yang kelihatan mewah alias embongan.

"Rumahku gak di sini tapi masih terus,"

Lalu Sekar beralih pada sopir taksi. "Pak, jalan terus sampai pojok. Nanti ada gapura, berhenti di depannya."

"Oke, Mbak."

Dhani mengerutkan keningnya setelah mendengar pembicaraan Sekar dengan sopir taksi.

Tak berselang lama, taksi yang mereka tumpangi sudah sampai depan gapura di mana ada sebuah gang untuk masuk menuju sebuah perkampungan padat penduduk di wilayah kediaman Sekar.

Setelah Dhani membayar, mereka pun keluar dari taksi. Mobil Angga tetap mengintai keduanya dari kejauhan agar tidak kepergok oleh Sekar.

"Rumahmu bukan di komplek depan tadi?"

"Bukan. Rumahku masuk ke dalam gang ini," jawab Sekar. "Gak perlu anterin sampai depan rumah. Cukup sampai di sini juga enggak apa-apa kok. Aku bisa jalan sendiri ke rumah," sambungnya.

Sekar melihat gelagat Dhani yang sepertinya tak nyaman masuk ke gang kecil yang hanya bisa dilalui motor tersebut. Sekar berpikir Dhani bisa jadi berasal dari keluarga berpunya dan rumahnya di komplek perumahan bukan di perkampungan seperti kediaman orang tuanya.

Ya, Dhani cukup terkejut karena ternyata rumah Sekar masuk perkampungan bukan di komplek seperti rumah Resti. Imran sering bercerita padanya jika keluarga Resti orang berpunya dan rumahnya berada di komplek perumahan yang cukup ternama di Surabaya.

Dhani berpikir Sekar juga berasal dari kalangan keluarga berpunya seperti Resti. Ternyata tidak seperti yang ia bayangkan.

Faktanya keluarga Dhani di Semarang juga bukan kategori menengah ke atas. Rumahnya memang cukup besar namun tetap masuk perkampungan. Hanya saja jalan depan rumah Dhani di Semarang memang cukup lebar dan bisa dilalui mobil. Namun rumah itu warisan dari kakeknya, bukan asli dibeli oleh orang tua Dhani.

Jika kediaman orang tua Sekar saat ini murni dibeli oleh Pak Tresno setelah menabung sekian tahun dari gajinya dan dibantu tambahan dana dari kerabatnya. Dikarenakan jika harus pinjam ke bank pastinya akan berbunga cukup besar. Jika di kerabatnya itu tak ada bunga sama sekali karena niat saling membantu sesama keluarga.

Ketika Pak Tresno mendapat dana pensiun, ia pun melunasi utangnya pada kerabatnya tersebut. Sebelum menempati rumah ini, Sekar dan keluarga juga pernah tinggal di kontrakan.

☘️☘️

Jam saat ini menunjukkan pukul sepuluh malam lewat. Jalanan kampung tengah sepi karena banyak orang yang sudah masuk ke dalam rumah untuk istirahat malam.

"Aku tetap anterin kamu sampai rumah. Ayo tunjukkan di mana rumahmu," ucap Dhani.

Sekar pun jalan kaki bersama Dhani dari depan gapura menuju rumahnya. Saat melintas beberapa area rumah tetangganya, ternyata masih ada beberapa orang yang sedang duduk di teras. Alhasil sayup-sayup Sekar pun sempat mendengar tetangganya seakan tengah berbisik-bisik.

Sekar sudah bisa menebak pasti mereka tengah bergosip tentangnya yang jalan dengan Dhani, pria berseragam angkatan laut. Sebab, Sekar tak pernah membawa cowok ke rumahnya.

Jika pun ada teman laki-laki ke rumah semisal teman kuliahnya, pasti beberapa orang dengan teman perempuan. Tak pernah datang sendirian ke rumah Sekar. Mantan kekasih Sekar kala SMA pun ke rumahnya, bisa dihitung dengan jari.

Dikarenakan Sekar memang termasuk tipe orang yang tertutup dan tak ingin mencintai pria terlalu dalam. Sekar sering menggunakan logikanya ketimbang perasaan terutama pada lawan jenis.

Prinsipnya dalam pacaran pun ada batasan-batasan tertentu. Dirinya hanya menggunakan sedikit hatinya ketika berpacaran karena jika terjadi putus hubungan, maka Sekar tak ingin terlalu patah hati. Kecuali nanti jika sudah menikah, tentu beda.

☘️☘️

Beruntung kedua orang tua Sekar belum tidur. Alhasil Pak Tresno dan Bu Nanik kini sudah duduk di ruang tamu berhadapan dengan Sekar yang di sampingnya ada Dhani.

Senyum sumringah tentu jelas terpampang nyata di wajah Bu Nanik. Mata yang awalnya mengantuk karena akan naik ke peraduan, mendadak terjaga dan tampak cerah setelah melihat Sekar pulang bersama seorang pria berseragam angkatan laut.

"Nak Dhani biasanya pulang ke Semarang tiap berapa bulan sekali, Nak?" tanya Pak Tresno.

"Paling 4-6 bulan sekali, Pak. Tergantung tugas di sini atau mungkin lagi berlayar ya bisa lama gak pulang,"

"Pernah gak pulang ke Semarang berapa lama, Nak?"

"Paling lama itu pernah setahun karena dapat tugas berlayar ke luar negeri, Pak."

"Wah, keluarga pasti kangen berat ya ditinggal berlayar cukup lama gitu."

"Ya, namanya sudah tugas negara. Keluarga juga sudah terbiasa dan paham resiko punya anak angkatan laut yang jarang pulang," jawab Dhani.

Yuni dan Fajar berada di dalam kamarnya bersama Dinda. Fajar dan Dinda sudah tidur. Sedangkan Yuni masih terjaga. Ia mendengar jika di ruang tamu ada pria berseragam yang pulang bersama Sekar.

Alhasil ia pun sengaja membuka sedikit pintu kamarnya untuk mendengar percakapan yang terjadi di ruang tamu. Sesekali bahkan Yuni mengintip dari kejauhan sosok pria yang pulang bersama Sekar.

"Apa cowok itu pacar Sekar?" batin Yuni dilanda penasaran. "Enak banget Sekar dapat orang angkatan berdompet tebal begitu!"

Sejak Dhani masuk ke dalam rumahnya dan berbincang dengan kedua orang tuanya, Sekar lebih memilih untuk diam. Dikarenakan ada dari sikap Dhani yang ia tak suka.

"Apa setiap bertamu ke rumah orang, dia seperti ini juga?" batin Sekar. "Masa masuk ke rumah orang, sepatunya masih dipakai sih !"

Ya, Dhani tak melepas sepatunya ketika masuk ke dalam rumah Sekar. Ia tetap memakai sepatunya hingga duduk di ruang tamu.

Pemandangan aneh begitu terlihat jelas di sana. Pemilik rumah termasuk Sekar tak memakai alas kaki di ruang tamu. Sedangkan si tamu justru dengan santai tetap memakai sepatunya yang sudah melanglangbuana di jalanan. Yang pasti sepatu itu sudah terkena be_cek-be_cek air di jalanan atau bahkan kotoran lain yang tanpa sadar diinjaknya.

Sekar paling tak suka dengan lelaki yang kurang menjaga adab atau sopan santun. Walaupun hal itu sebuah perkara sepele.

Jika di rumah orang lain sudah berani, apalagi di rumah sendiri. Pasti akan lebih semaunya sendiri. Itu yang ada dalam benak Sekar dalam menilai adab seseorang terutama saat ini yakni Dhani.

Adab lebih tinggi dari ilmu.

Ilmu tanpa adab, hanya akan menjadi kosong.

Pepatah ini mengandung makna bahwa adab lebih penting daripada ilmu. Adab adalah perhiasan diri yang lebih berharga dari ilmu.

Tidak semua orang berilmu punya adab. Tapi yakinlah jika orang beradab, pasti berilmu.

Akhirnya Dhani pun pamit pulang dari kediaman Sekar.

Sebelum masuk ke kamarnya, Yuni menyapa Sekar.

"Itu tadi cowok kamu ya, Kar?"

Bersambung...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

dari awal Dhani ini memang tidak cocok sama Sekar,,,dari awal saja dia ngank banyak bicara sepertinya Dhani ini ingin wanita seperti Resti orang yang berpunya, nah beda sama Angga dia hamble bisa terima siapa saja tanpa pandang status apalagi masalah asmara dan calon istri behhhh kayanya Sekar dijadikan ratu deh sama dia dan yakin Angga tipe setia....ayo Angga kejar yah...

2025-03-03

2

Nena Anwar

Nena Anwar

feeling ku mengatakan ada sesuatu yg ganjil dan gk suka dari awal sama Dani eeehhh bener aja Dani gk punya adab,,,ambil Yuni sono aku ikhlas kamu direbut Dani biar berkurang orang toxic dirumahnya Sekar

2025-03-03

2

Sri Ayuu

Sri Ayuu

Benar itu Adan lebih tinggi dari pada ilmu, nah si Dhani ga lepas sepatu sedangkan dia lihat kalo Sekar melepas sepatu saat masuk rumah, memang ada sekelompok orang kaya yang masuk rumah tetap masih pake sepatu tapi ini rumah Sekar kan rumah sederhana, seharusnya Dhani paham itu tapi terlalu sepele , mungkin merasa jijik sehingga ga mau lepaskan sepatu nya ya 🤦🏻‍♀️

2025-03-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sebuah Curhatan
2 Bab 2 - Depresi
3 Bab 3 - Panggilan Interview
4 Bab 4 - Tes Seleksi
5 Bab 5 - Diterima
6 Bab 6 - Training Kerja
7 Bab 7 - Generasi Sandwich
8 Bab 8 - Perkara Kue
9 Bab 9 - Agen Call Center
10 Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11 Bab 11 - Antipati
12 Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13 Bab 13 - Pelanggan Pertama
14 Bab 14 - Informasi Lomba
15 Bab 15 - Tandem
16 Bab 16 - Mulut Tetangga
17 Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18 Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19 Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20 Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21 Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22 Bab 22 - Kabar Duka
23 Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24 Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25 Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26 Bab 26 - Terpojok
27 Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28 Bab 28 - Kondisi Angga
29 Bab 29 - Kakak vs Adik
30 Bab 30 - Boncengan Berdua
31 Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32 Bab 32 - Pindah Dinas
33 Bab 33 - Kemarahan Sekar
34 Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35 Bab 35 - Reward Spesial
36 Bab 36 - Pergi ke Bali
37 Bab 37 - Bertemu Kembali
38 Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39 Bab 39 - Sepatu Baru
40 Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41 Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42 Bab 42 - Ingin CLBK
43 Bab 43 - Perlahan Menjauh
44 Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45 Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46 Bab 46 - Sepucuk Surat
47 Bab 47 - Beli Emas
48 Bab 48 - Tak Menduga
49 Bab 49 - Mulai Terkuak
50 Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51 Bab 51 - Pergi
52 Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53 Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54 Bab 54 - Buka Blokir
55 Bab 55 - Amazing Love
56 Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57 Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58 Bab 58 - Utang Menumpuk
59 Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60 Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61 Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62 Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63 Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64 Bab 64 - Hari Perlombaan
65 Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66 Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67 Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68 Bab 68 - Kembali ke Hotel
69 Bab 69 - Perubahan Angga
70 Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71 Bab 71 - Sebuah Wejangan
72 Bab 72 - Briefing Khusus
73 Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74 Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75 Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76 Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77 Sekedar Coretan
78 Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79 Bab 78 - Wall of Fame
80 Bab 79 - Si Enggak Famous
81 Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 - Sebuah Curhatan
2
Bab 2 - Depresi
3
Bab 3 - Panggilan Interview
4
Bab 4 - Tes Seleksi
5
Bab 5 - Diterima
6
Bab 6 - Training Kerja
7
Bab 7 - Generasi Sandwich
8
Bab 8 - Perkara Kue
9
Bab 9 - Agen Call Center
10
Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11
Bab 11 - Antipati
12
Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13
Bab 13 - Pelanggan Pertama
14
Bab 14 - Informasi Lomba
15
Bab 15 - Tandem
16
Bab 16 - Mulut Tetangga
17
Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18
Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19
Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20
Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21
Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22
Bab 22 - Kabar Duka
23
Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24
Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25
Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26
Bab 26 - Terpojok
27
Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28
Bab 28 - Kondisi Angga
29
Bab 29 - Kakak vs Adik
30
Bab 30 - Boncengan Berdua
31
Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32
Bab 32 - Pindah Dinas
33
Bab 33 - Kemarahan Sekar
34
Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35
Bab 35 - Reward Spesial
36
Bab 36 - Pergi ke Bali
37
Bab 37 - Bertemu Kembali
38
Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39
Bab 39 - Sepatu Baru
40
Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41
Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42
Bab 42 - Ingin CLBK
43
Bab 43 - Perlahan Menjauh
44
Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45
Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46
Bab 46 - Sepucuk Surat
47
Bab 47 - Beli Emas
48
Bab 48 - Tak Menduga
49
Bab 49 - Mulai Terkuak
50
Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51
Bab 51 - Pergi
52
Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53
Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54
Bab 54 - Buka Blokir
55
Bab 55 - Amazing Love
56
Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57
Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58
Bab 58 - Utang Menumpuk
59
Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60
Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61
Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62
Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63
Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64
Bab 64 - Hari Perlombaan
65
Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66
Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67
Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68
Bab 68 - Kembali ke Hotel
69
Bab 69 - Perubahan Angga
70
Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71
Bab 71 - Sebuah Wejangan
72
Bab 72 - Briefing Khusus
73
Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74
Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75
Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76
Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77
Sekedar Coretan
78
Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79
Bab 78 - Wall of Fame
80
Bab 79 - Si Enggak Famous
81
Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!