Bab 16 - Mulut Tetangga

Yuni berhasil masuk ke dalam kamar Sekar. Ia pun coba membuka lemari baju milik Sekar yang memang kuncinya selalu menggantung.

"Di mana ya ia simpan uang atau benda berharga?" batin Yuni seraya sibuk mer0goh tumpukan baju milik Sekar di dalam lemari.

Yuni berpikir Sekar bisa jadi menyimpan uang di selipan baju.

"Huft !! Gak ada," batin Yuni dengan hati dongk0l setelah tak menemukan uang di selipan baju milik Sekar.

Lalu ekor matanya melirik ke arah laci yang ada di dalam lemari tersebut, tapi kondisi terkunci.

"Kuncinya ditaruh Sekar di mana ya?" gumamnya.

Tiba-tiba...

"Ngapain kamu di kamar Sekar?"

Yuni seketika terkejut mendengar suara suaminya dari arah belakangnya. Sontak Yuni pun membalikkan tubuhnya ke belakang dan tak lupa sebelum itu lemari baju Sekar ia kunci kembali. Ternyata Fajar sudah berdiri di depan pintu kamar Sekar yang memang masih dalam kondisi terbuka.

"La_gi ban_tuin naruh baju-baju Sekar di lemari. Kebetulan tadi kan baju kerja Sekar kulihat ada di tumpukan setrikaan. Mungkin Sekar lupa belum masukin ke lemari. Ya udah aku bantu masukin ke lemarinya biar di luar gak numpuk," jawab Yuni dengan nada suara terbata-bata. Ia sengaja berbohong di depan Fajar.

"Ayo keluar! Nanti takutnya Sekar marah kalau tahu kamu masuk sembarangan ke kamarnya!" seru Fajar.

"Iya. Dasar bawel!" omel Yuni.

Ia pun segera keluar dari kamar Sekar bersama suaminya. Tak lama Sekar selesai mandi dan masuk ke dalam kamarnya. Lalu Sekar membuka lemari bajunya.

"Loh, kok gak rapi begini? Perasaan tadi pas ambil baju sebelum mandi, rapi deh. Kok sekarang kayak acak ka_dut begini?" Apa jangan-jangan...?" Sekar mendadak curiga.

Seketika ia teringat menyimpan sebuah cincin emas miliknya di dalam laci lemari bajunya. Kuncinya ada di salah satu selipan baju. Setelah mendapatkan kuncinya, ia langsung membuka laci tersebut.

"Alhamdulillah masih ada," ucap Sekar bernafas lega karena cincin emasnya tak hilang.

Cincin emas itu ia beli dari uangnya sendiri dari menyisihkan gajinya setiap bulan. Setahun yang lalu, ia beli cincin emas itu dengan harga satu juta rupiah. Sekar memang jarang memakainya. Hanya saat ada acara tertentu atau hajatan saja baru dipakai olehnya.

Ada juga beberapa lembar uang di dalam laci lemarinya sebesar dua ratus ribu rupiah. Uang tersebut berada dalam dompet kecil di dalam laci. Sekar sengaja menyisihkan sedikit uang di rumah untuk keperluan mendesak jika tak sempat pergi ke ATM.

"Apa Bang Fajar dan Mbak Yuni yang coba menggeledah lemariku?" batin Sekar.

Pada akhirnya Sekar memilih tak ingin memperpanjang masalah karena barang dan uangnya tak ada yang hilang. Namun, ia sudah memasang mode waspada. Sejak saat itu Sekar selalu mengunci kamar dan lemarinya.

☘️☘️

Dua bulan berlalu.

Sekar saat ini sudah punya banyak perkembangan dalam ilmu menjadi seorang agen call center yang baik sesuai standar perusahaan. Kinerjanya juga lebih baik daripada ketika awal-awal bekerja.

Sekar juga sudah bertemu banyak pelanggan di udara. Baik itu pelanggan yang komplain ringan maupun berat, hingga pelanggan kategori iseng.

"Boleh minta nomor hpnya?" tanya salah seorang pelanggan bernama Dado.

"Nomor hp siapa, Pak?" tanya Sekar pura-pura tak tahu.

"Ya nomor hp kamu lah. Aku suka banget sama suaramu, Nana. Suaramu lembut banget membuat hatiku jadi bergetar pertama kalinya. Pasti kamu orangnya cantik," goda pelanggan tersebut.

"Maaf, kami belum bisa melayani di luar informasi layanan produk kartu PT. HALLO."

"Ayolah," bujuk si pelanggan yang tetap bersikukuh meminta nomor pribadi Sekar alias Nana.

"Maaf Pak, belum bisa."

"Ya sudah. Nanti setelah aku tutup teleponnya, kamu langsung chat saja di nomor yang kupakai telepon ke call center sekarang ini ya." Pinta pelanggan tersebut yang tetap merayu dan membujuk Sekar.

"Maaf, belum bisa Pak Dado. Kami hanya melayani informasi, permintaan dan keluhan produk kartu sim dari PT. HALO saja."

"Please..."

"Apa ada yang bisa kami bantu terkait produk kartu PT. HALO, Pak Dado?"

"Nomor hpmu,"

"Mohon maaf Pak Dado, belum bisa. Jika memang tak ada yang ditanyakan terkait produk layanan kartu kami, saya akhiri panggilannya. Terima kasih telah menghubungi kami dan selamat beraktivitas, Pak Dado." Sekar menutup panggilan dari kategori pelanggan iseng tersebut dengan ramah dan sesuai prosedur.

Bip...

Jam kerja Sekar pun berakhir setelah panggilan tersebut. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Sekar memutuskan pulang karena tubuhnya sedang kurang enak badan. Namun ia terus bersemangat karena tidak boleh sampai sakit. Masih ada sisa satu bulan masa percobaan sebelum berhasil teken kontrak.

Saat baru tiba di rumahnya, Sekar tengah sibuk memarkirkan motornya di halaman depan. Ada tetangganya yang kebetulan lewat di depan rumah Sekar. Namanya Bu Gondo.

"Loh, kok udah pulang kerja Kar?" sapa Bu Gondo.

"Iya, Bu. Kerjanya cuma sampai jam satu siang jadi sekarang sudah di rumah," jawab Sekar apa adanya dengan sopan.

"Kerja apa itu kok siang hari udah pulang? Kalah dong anak sekolah,"

"Kerja di call center, Bu."

"Oh, operator gitu toh."

"Iya, Bu."

"Bukannya kamu itu sarjana ekonomi, Kar. Kok malah kerja jadi operator. Gak nyambung begitu. Mending kamu jadi teller di bank, admin kantor atau kasir minimarket ngunu loh," ujar Bu Gondo.

"Dapat kerjanya di call center, ya Sekar jalani saja Bu Gondo. Daripada nganggur toh," jawab Sekar.

"Tapi kasihan orang tuamu, sudah kuliahin kamu sampai jadi sarjana ekonomi kok ujungnya jadi operator doang. Palingan jadi operator gitu lulusan SMA ya cukup," sindir Bu Gondo.

"Maaf, Bu Gondo. Tapi pas saya baca syarat melamar jadi operator call center di kantor saya sekarang, minimal sarjana Bu. Bukan lulusan SMA,"

"Ah, moso toh! Perasaan yang ku tahu sekelas operator itu lulusan SMA saja bisa toh. Kan cuma modal bicara doang, gak pakai keahlian lain dari bangku kuliah."

"Saya permisi masuk dulu, Bu. Kebetulan masih banyak pekerjaan di rumah," pamit Sekar yang merasa tak nyaman dengan cibiran tetangganya itu. Bu Gondo pun berlalu begitu saja dari sana dengan bibir komat-kamit seperti Mbah Du_kun baca mantra.

Begitulah dinamika kehidupan. Baik kita tinggal di kampung, di kota besar, di perumahan mewah sekalipun pasti ada tetangga modelan Bu Gondo yang suka mencampuri urusan tetangganya. Bahkan hobi menyindir kekurangan orang lain secara terang-benderang.

Sejatinya saudara terdekat kita itu adalah tetangga, walaupun tak sedarah. Seharusnya sebagai tetangga yang baik, bisa menjadi saudara yang punya tenggang rasa dan saling menghargai.

Sekar maupun keluarganya tak pernah meminta makan atau belas kasihan pada tetangganya terutama Bu Gondo. Namun yang terjadi, Bu Gondo kini mulai mencibir pekerjaan Sekar yang dipandangnya sebelah mata.

Sebagai manusia, kita tak mampu menutup mulut orang lain yang berniat ingin mencela hidup dan pribadi kita. Akan tetapi, Tuhan telah memberi dua tangan yang bisa menutup telinga kita dari suara-suara sumbang seperti yang dilayangkan Bu Gondo pada Sekar tadi.

Sekar meletakkan tasnya di atas meja kamar. Ia pun merebahkan dirinya di atas kasur sambil melihat langit-langit kamarnya.

"Tetangga oh tetangga. Terserah aku lah mau kerja apa. Yang penting halal dan gak jadi perebut suami orang. Aku dan keluargaku bisa hidup dan makan tiap hari, juga gak minta sama dia kok. Eh sekarang malah ngurusin pekerjaan orang yang gak cocok sama jurusan kuliah. Hidup sudah susah keleeesss! Jangan ditambah lagi urusan gak penting ketemu manusia model begini !!" keluh Sekar.

Ia sengaja meluapkan kekesalannya di dalam kamarnya. Demi kewarasan mentalnya tetap terjaga. Daripada dipendam di hati, nanti bisa membuatnya drop dan makin stres.

"Bodo amat lah," gumam Sekar. "Selain donatur, dilarang ngatur!" sambungnya.

Bersambung...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

memang selalu ada orang modelan bu Gondo sih di sekitar kita, kalo ga menyangkut keresahan masyarakat mbok yah jangan ikut campur sih yah, kecuali kalo ada hal" yang ga sesuai dengan norma baru tetangga bisa menegur dengan cara baik" bukan julid,,,

2025-02-28

3

Yuli a

Yuli a

untung aja Yuni Nggak nemuin apa-apa.. dan Nggak mengambil apapun...

2025-02-28

2

As Lamiah

As Lamiah

ya begitulah hidup baik di omong apalagi jelek hemmm tambah parah semangat Sekar menuju hidup yg lebih baik
Untung harta benda Sekar aman tak tercuri oleh yuni

2025-02-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sebuah Curhatan
2 Bab 2 - Depresi
3 Bab 3 - Panggilan Interview
4 Bab 4 - Tes Seleksi
5 Bab 5 - Diterima
6 Bab 6 - Training Kerja
7 Bab 7 - Generasi Sandwich
8 Bab 8 - Perkara Kue
9 Bab 9 - Agen Call Center
10 Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11 Bab 11 - Antipati
12 Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13 Bab 13 - Pelanggan Pertama
14 Bab 14 - Informasi Lomba
15 Bab 15 - Tandem
16 Bab 16 - Mulut Tetangga
17 Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18 Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19 Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20 Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21 Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22 Bab 22 - Kabar Duka
23 Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24 Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25 Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26 Bab 26 - Terpojok
27 Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28 Bab 28 - Kondisi Angga
29 Bab 29 - Kakak vs Adik
30 Bab 30 - Boncengan Berdua
31 Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32 Bab 32 - Pindah Dinas
33 Bab 33 - Kemarahan Sekar
34 Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35 Bab 35 - Reward Spesial
36 Bab 36 - Pergi ke Bali
37 Bab 37 - Bertemu Kembali
38 Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39 Bab 39 - Sepatu Baru
40 Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41 Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42 Bab 42 - Ingin CLBK
43 Bab 43 - Perlahan Menjauh
44 Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45 Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46 Bab 46 - Sepucuk Surat
47 Bab 47 - Beli Emas
48 Bab 48 - Tak Menduga
49 Bab 49 - Mulai Terkuak
50 Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51 Bab 51 - Pergi
52 Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53 Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54 Bab 54 - Buka Blokir
55 Bab 55 - Amazing Love
56 Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57 Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58 Bab 58 - Utang Menumpuk
59 Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60 Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61 Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62 Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63 Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64 Bab 64 - Hari Perlombaan
65 Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66 Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67 Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68 Bab 68 - Kembali ke Hotel
69 Bab 69 - Perubahan Angga
70 Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71 Bab 71 - Sebuah Wejangan
72 Bab 72 - Briefing Khusus
73 Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74 Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75 Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76 Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77 Sekedar Coretan
78 Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79 Bab 78 - Wall of Fame
80 Bab 79 - Si Enggak Famous
81 Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 - Sebuah Curhatan
2
Bab 2 - Depresi
3
Bab 3 - Panggilan Interview
4
Bab 4 - Tes Seleksi
5
Bab 5 - Diterima
6
Bab 6 - Training Kerja
7
Bab 7 - Generasi Sandwich
8
Bab 8 - Perkara Kue
9
Bab 9 - Agen Call Center
10
Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11
Bab 11 - Antipati
12
Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13
Bab 13 - Pelanggan Pertama
14
Bab 14 - Informasi Lomba
15
Bab 15 - Tandem
16
Bab 16 - Mulut Tetangga
17
Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18
Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19
Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20
Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21
Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22
Bab 22 - Kabar Duka
23
Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24
Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25
Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26
Bab 26 - Terpojok
27
Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28
Bab 28 - Kondisi Angga
29
Bab 29 - Kakak vs Adik
30
Bab 30 - Boncengan Berdua
31
Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32
Bab 32 - Pindah Dinas
33
Bab 33 - Kemarahan Sekar
34
Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35
Bab 35 - Reward Spesial
36
Bab 36 - Pergi ke Bali
37
Bab 37 - Bertemu Kembali
38
Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39
Bab 39 - Sepatu Baru
40
Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41
Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42
Bab 42 - Ingin CLBK
43
Bab 43 - Perlahan Menjauh
44
Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45
Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46
Bab 46 - Sepucuk Surat
47
Bab 47 - Beli Emas
48
Bab 48 - Tak Menduga
49
Bab 49 - Mulai Terkuak
50
Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51
Bab 51 - Pergi
52
Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53
Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54
Bab 54 - Buka Blokir
55
Bab 55 - Amazing Love
56
Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57
Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58
Bab 58 - Utang Menumpuk
59
Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60
Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61
Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62
Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63
Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64
Bab 64 - Hari Perlombaan
65
Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66
Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67
Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68
Bab 68 - Kembali ke Hotel
69
Bab 69 - Perubahan Angga
70
Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71
Bab 71 - Sebuah Wejangan
72
Bab 72 - Briefing Khusus
73
Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74
Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75
Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76
Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77
Sekedar Coretan
78
Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79
Bab 78 - Wall of Fame
80
Bab 79 - Si Enggak Famous
81
Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!