Bab 7 - Generasi Sandwich

"Ya habis buat ini-itu," jawab Fajar.

"Ini-itu apa, Bang?"

"Banyak, Kar. Susah jelasin ke kamu nya. Nanti kalau kamu sudah rumah tangga pastinya paham,"

"Dulu abang sudah dikuliahin ayah sama ibu di perguruan tinggi. Eh, malah gak serius sampai kena DO. Coba waktu itu abang serius kuliah, pasti lulus jadi sarjana. Bisa dapat kerjaan yang lebih baik dengan gaji gede. Bukan hanya sebatas sopir mobil box begini yang cuma tamatan SMA," ucap Sekar tanpa bermaksud menghakimi sang kakak maupun pekerjaannya.

Dirinya hanya berusaha mengeluarkan unek-unek yang selama ini terpendam di dalam hatinya. Sebab, anjuran dari psikiaternya agar Sekar berani untuk speak up atau berbicara secara terbuka pada keluarganya.

Namun sebagai anak bungsu di dalam keluarganya, Sekar masih berusaha berucap segala hal dengan batas-batas kewajaran dan kesopanan. Ia tak ingin meninggikan suaranya, terutama pada wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

Ungkapan :

Sur_ga di bawah telapak kaki ibu.

Sekar tentu masih sangat berharap ridho dan sur_ga dari ibu kandungnya itu agar berkah dunia dan akhiratnya.

"Kenapa jadi bahas masa lalu abang?"

"Faktanya kan seperti itu, Bang. Sekar cuma pengin abang itu jadi laki-laki sejati dan bisa diandalkan di keluarga kita. Kalau Abang belum bisa nyenengin orang tua, ya jangan beri beban pada ayah dan ibu."

Sekar juga menjelaskan jika seorang anak laki-laki tetap menjadi "milik" ibunya meskipun sudah menikah. Beda dengan anak perempuan ketika nanti sudah menikah, maka menjadi milik suaminya bukan orang tuanya.

Kewajiban anak laki-laki untuk berbakti kepada ibunya akan terus berlanjut, walaupun sudah memiliki istri.

Kewajiban berbakti kepada orang tua (birrul walidain) hukumnya wajib bagi seorang anak dan terus berlanjut meskipun anak tersebut sudah berumah tangga.

"Minta uang rokok kenapa jadi melebar ceramah agama?" Fajar merasa gerah mendengar ucapan Sekar barusan. "Kalau mau ceramah, di masjid sono! Dasar adik pelit!" umpatnya seraya pergi meninggalkan Sekar.

☘️☘️

Ketika makan malam tiba, Sekar sengaja tak keluar kamar. Ia khawatir ditanyai oleh sang ibu macam-macam. Sekar juga tak perlu pusing soal makan malam hari ini.

Kebetulan tadi sewaktu pulang training, Sekar mendapat rezeki. Ia yang sudah janjian bertemu dengan Resti, mendapat satu kotak nasi kuning lengkap dan juga beberapa kudapan kue. Kebetulan Resti hari ini ulang tahun. Alhasil ketika waktunya makan malam, Sekar melahap pemberian Resti tadi di dalam kamarnya.

"Makasih, Res. Semoga sehat selalu dan segera dipertemukan dengan jodohmu," ucap Sekar sore tadi di kantor ketika bertemu Resti.

"Aaminn yaa rabbal alamiin..." jawab keduanya kompak.

"Makasih Kar, atas doanya."

"Sama-sama, Res. Maaf nih, aku belum bisa belikan kado ulang tahun buatmu. Kamu pasti tahu kondisi keuanganku kalau bulan ini aku sudah gak gajian. Selesai training baru dapat uang tujuh ratus ribu. Semisal aku langsung kerja setelah training selesai, gajianku juga baru diterima akhir bulan depan."

"Tenang saja. Aku paham kok, Kar. Lagipula kayak anak kecil saja main kado-kadoan segala. Hehe..." ucap Resti seraya terkekeh. "Doa yang tulus darimu itu sudah cukup buatku, Kar."

Sekar pun tersenyum pada sahabat karibnya itu. Dirinya bersyukur karena punya sahabat yang baik dan pengertian seperti Resti.

Dikarenakan jadwal Sekar selesai training yakni menjelang akhir bulan ini, otomatis Sekar baru menerima gaji bekerjanya menjadi agent contact center yakni satu bulan kemudian.

☘️☘️

Dari dalam kamar, sayup-sayup terdengar ibunya sedang berbicara dengan ayahnya.

"Ibu jangan mengekang Sekar. Dia sudah besar dan dewasa. Sekar berhak menentukan sendiri ingin bekerja di mana dan sebagai apa. Sebagai orang tua, kita cukup mendoakan yang terbaik untuk anak-anak kita."

"Tapi, Pak. Ibu bingung nanti kalau semisal uang kita kurang buat urusan makan maupun bayar yang lain, gimana coba?"

"Sekar kan sudah bilang kalau soal listrik, arisan, air dan iuran kampung tetap dia yang bayar pakai sisa tabungannya."

"Gak bakalan cukup, Pak. Di rumah ini banyak orang. Ada fajar, Yuni dan cucu kita Dinda. Mereka butuh makan,"

"Fajar dan Yuni kan sama-sama bekerja, ibu bisa minta ke mereka jika merasa kurang."

"Kasihan Fajar, Pak. Dia gajinya kecil. Belum lagi biayain anak sama istrinya," bela Bu Nanik.

Ya, begitulah kenyataan yang terjadi dalam keluarga Sekar Nabila Putri. Ia sama sekali tak pernah membayangkan akan menjadi generasi Sandwich.

Tentu kalian sudah cukup familiar dengan istilah tersebut.

Generasi Sandwich adalah istilah untuk menggambarkan orang yang harus membiayai hidup dua generasi sekaligus, yaitu orang tua dan anak-anak. Mereka berada di antara dua generasi yang membutuhkan perhatian dan tanggung jawab finansial.

Terhimpit secara finansial, sulit memenuhi kebutuhan finansial sendiri, harus menyeimbangkan kebutuhan kedua generasi, menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan. Itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang terpaksa menjadi generasi sandwich.

Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Bu Nanik lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.

Jadi apapun untuk urusan sang kakak, Bu Nanik akan berusaha melakukannya. Walaupun hal itu membuatnya harus berhutang ke rentenir dengan bunga yang sangat tinggi hingga dirinya susah hanya untuk sekedar bernapas. Tetap akan dijalaninya demi anak kesayangan.

Terkadang ada beberapa orang tua yang tak memikirkan jangka panjang atas apa yang dilakukannya terhadap sang anak. Dirinya hanya berpikir pendek agar masalah anaknya tersebut cepat teratasi dengan baik.

Alhasil anak yang terbiasa diberikan kemudahan fasilitas maupun finansial dan terus dibantu oleh orang tuanya, dominan akan susah untuk mandiri. Anak tersebut merasa ketergantungan dengan orang tuanya.

Sedangkan anak yang terbiasa hidup mandiri, ia bisa berdiri di kakinya sendiri tanpa bergantung pada orang tuanya. Jika ia tak mampu berdiri di atas kakinya sendiri, maka anak itu cenderung tidak akan membebani orang tuanya dengan segala kesulitan hidupnya.

"Ibu jangan pilih kasih ke anak. Toh mereka dua-duanya anak kandung kita,"

"Ibu gak pilih kasih kok!" bantah Bu Nanik.

"Bapak merasa ibu pilih kasih terhadap Sekar dan Fajar. Sekarang, coba ibu renungkan. Apa Sekar selama ini pernah membebani ibu soal uang?"

Bersambung...

🍁🍁🍁

*Drop out (DO) adalah kebijakan untuk memutuskan hubungan studi atau status mahasiswa di perguruan tinggi. Drop out dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti tidak memenuhi ketentuan akademik atau melanggar peraturan perguruan tinggi.

Terpopuler

Comments

Nurlaela

Nurlaela

seharusnya kan bungsu biasanya di sayang lebih apalagi oleh kakak laki-lakinya dalam arti bukan di manja...tapi Sekar haduh,,, disini Sekar seolah olah dia yang mesti tanggung semua biaya keluarga walau kakaknya sudah rumah tangga, dan disini Bu Nunik itu dia diam dan tak izin serta tahu kepada bapak pinjam uang ke rentenir...takutnya nanti ini juga jadi beban Sekar pula,,,,

2025-02-21

3

Yuli a

Yuli a

ya udah lah Sekar nikah aja terus ikut suami... biar tau rasa mereka itu... huh... kesel banget....
aku tau banget perasaan Sekar ini...🤣🤣🤣

2025-02-22

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ

sediiiih... 😢😢😢😢😢😢😢😢.... punya bapak yg bener tapi gak bisa tegas. punya ibu pilih kasih. abang gak berguna. keluarga jadi beban... 😱😱😱😱😱😱

2025-02-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Sebuah Curhatan
2 Bab 2 - Depresi
3 Bab 3 - Panggilan Interview
4 Bab 4 - Tes Seleksi
5 Bab 5 - Diterima
6 Bab 6 - Training Kerja
7 Bab 7 - Generasi Sandwich
8 Bab 8 - Perkara Kue
9 Bab 9 - Agen Call Center
10 Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11 Bab 11 - Antipati
12 Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13 Bab 13 - Pelanggan Pertama
14 Bab 14 - Informasi Lomba
15 Bab 15 - Tandem
16 Bab 16 - Mulut Tetangga
17 Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18 Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19 Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20 Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21 Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22 Bab 22 - Kabar Duka
23 Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24 Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25 Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26 Bab 26 - Terpojok
27 Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28 Bab 28 - Kondisi Angga
29 Bab 29 - Kakak vs Adik
30 Bab 30 - Boncengan Berdua
31 Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32 Bab 32 - Pindah Dinas
33 Bab 33 - Kemarahan Sekar
34 Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35 Bab 35 - Reward Spesial
36 Bab 36 - Pergi ke Bali
37 Bab 37 - Bertemu Kembali
38 Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39 Bab 39 - Sepatu Baru
40 Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41 Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42 Bab 42 - Ingin CLBK
43 Bab 43 - Perlahan Menjauh
44 Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45 Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46 Bab 46 - Sepucuk Surat
47 Bab 47 - Beli Emas
48 Bab 48 - Tak Menduga
49 Bab 49 - Mulai Terkuak
50 Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51 Bab 51 - Pergi
52 Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53 Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54 Bab 54 - Buka Blokir
55 Bab 55 - Amazing Love
56 Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57 Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58 Bab 58 - Utang Menumpuk
59 Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60 Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61 Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62 Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63 Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64 Bab 64 - Hari Perlombaan
65 Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66 Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67 Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68 Bab 68 - Kembali ke Hotel
69 Bab 69 - Perubahan Angga
70 Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71 Bab 71 - Sebuah Wejangan
72 Bab 72 - Briefing Khusus
73 Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74 Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75 Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76 Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77 Sekedar Coretan
78 Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79 Bab 78 - Wall of Fame
80 Bab 79 - Si Enggak Famous
81 Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1 - Sebuah Curhatan
2
Bab 2 - Depresi
3
Bab 3 - Panggilan Interview
4
Bab 4 - Tes Seleksi
5
Bab 5 - Diterima
6
Bab 6 - Training Kerja
7
Bab 7 - Generasi Sandwich
8
Bab 8 - Perkara Kue
9
Bab 9 - Agen Call Center
10
Bab 10 - Terpaksa Berbohong
11
Bab 11 - Antipati
12
Bab 12 - Hari Pertama Kerja
13
Bab 13 - Pelanggan Pertama
14
Bab 14 - Informasi Lomba
15
Bab 15 - Tandem
16
Bab 16 - Mulut Tetangga
17
Bab 17 - Ajakan ke Pesta Militer
18
Bab 18 - Tak Sengaja Bertemu Kembali
19
Bab 19 - Diam-Diam Mengintai
20
Bab 20 - Adab Lebih Tinggi dari Ilmu
21
Bab 21 - Sepatu Oh Sepatu
22
Bab 22 - Kabar Duka
23
Bab 23 - Menuai Hasil (Sekar)
24
Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
25
Bab 25 - Menuju Acara Kopdar (Kopi Darat)
26
Bab 26 - Terpojok
27
Bab 27 - Drama Per-Sepatuan
28
Bab 28 - Kondisi Angga
29
Bab 29 - Kakak vs Adik
30
Bab 30 - Boncengan Berdua
31
Bab 31 - Berbicara Empat Mata
32
Bab 32 - Pindah Dinas
33
Bab 33 - Kemarahan Sekar
34
Bab 34 - Menemui Mbak Angel (Team Leader)
35
Bab 35 - Reward Spesial
36
Bab 36 - Pergi ke Bali
37
Bab 37 - Bertemu Kembali
38
Bab 38 - Polgan (Polisi Ganteng)
39
Bab 39 - Sepatu Baru
40
Bab 40 - Hari Ulang Tahun
41
Bab 41 - Mantan Terindah (Cinta Pertama)
42
Bab 42 - Ingin CLBK
43
Bab 43 - Perlahan Menjauh
44
Bab 44 - Kembali ke Surabaya
45
Bab 45 - Asuransi Satu Miliar
46
Bab 46 - Sepucuk Surat
47
Bab 47 - Beli Emas
48
Bab 48 - Tak Menduga
49
Bab 49 - Mulai Terkuak
50
Bab 50 - Tipu Daya Menantu Kesayangan
51
Bab 51 - Pergi
52
Bab 52 - Jadi Anak Kosan
53
Bab 53 - Sebuah Nasehat Berujung Perdebatan
54
Bab 54 - Buka Blokir
55
Bab 55 - Amazing Love
56
Bab 56 - Rumah Yuni Setelah Renovasi
57
Bab 57 - Saldoku Semakin Menyala (Yuni)
58
Bab 58 - Utang Menumpuk
59
Bab 59 - Rumah Baru Sekar
60
Bab 60 - Menjadi Kandidat Terpilih
61
Bab 61 - Care (Peduli atau Empati)
62
Bab 62 - Gali Lubang Tutup Lubang (Utang)
63
Bab 63 - Lomba Best CS Segera Dimulai
64
Bab 64 - Hari Perlombaan
65
Bab 65 - Meminta Doa dari Orang Tua
66
Bab 66 - Motto Hidup (Sekar)
67
Bab 67 - Tiba-Tiba Muncul
68
Bab 68 - Kembali ke Hotel
69
Bab 69 - Perubahan Angga
70
Bab 70 - Seragam Cokelat vs Pohon Jambu Bersejarah
71
Bab 71 - Sebuah Wejangan
72
Bab 72 - Briefing Khusus
73
Bab 73 - Antara Sepatu, Cinta dan Panggilan Sayang
74
Bab 74 - Persiapan Puncak Lomba Best CS
75
Bab 75 - Pengumuman Pemenang Lomba Best CS
76
Bab 76 - Penyerahan Hadiah Lomba Best CS
77
Sekedar Coretan
78
Bab 77 - Pulang ke Surabaya
79
Bab 78 - Wall of Fame
80
Bab 79 - Si Enggak Famous
81
Bab 80 - Selalu Bisa Diandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!