Zul menatap nanar ke arah Davira yang tersenyum bahagia dengan pasangan hidupnya sekarang. Entah mengapa, melihat Davira tersenyum bersama pria selain dirinya membuat hatinya terasa sakit. Seolah sesuatu yang tajam menusuk-nusuknya dengan amat.
Foto keluarga itu telah selesai, tinggallah Davira dan Kavindra di sana, hanya berdua saja. Tersenyum bahagia memancar keluar, seolah tempat itu hanya milik mereka berdua.
Langkah Zul terasa memberat saat kakinya semakin dekat dengan undakan menuju pelaminan. Tatapannya hanya terfokus pada Davira dan segala kebahagiaannya. Matanya terasa memanas saat Kavindra mengusap punggung tangan perempuan itu.
Berdiri di hadapan mereka berdua, Zul menunjukkan sorot mata penuh luka dan penyesalan. Davira sontak berdiri sempurna saat melihat kehadiran sosok pria yang belum lama ini menorehkan luka di hatinya.
Kavindra yang bingung dengan pria itu turut berdiri, postur tubuhnya lebih tinggi dari Zul. Melihat ekspresi Davira yang tampak kesal dengan kehadirannya, Kavindra mulai berpikir yang tidak-tidak tentangnya.
"Aku … aku cuma ingin mengucapkan selamat kepadamu," kata Zul sedikit tercekat. Kakinya terasa lemas saat Davira secara sengaja memalingkan wajahnya.
"Terima kasih sudah hadir di pernikahan kami." Kavindra menjawab dan menyalami pria yang belum dikenalnya itu dengan cepat.
Zul menatap Kavindra sesaat, merasa iri sekaligus rendah. Ternyata benar yang dikatakan Rika sebelumnya, bahwa Davira mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya. Zul semakin tersenyum getir, harapannya hilang sudah sepenuhnya.
Sekali lagi, menatap Davira yang berpaling darinya itu, Zul semakin teriris hatinya. Luka yang diberikan ibunya pastilah sudah sangat mengoyak hati perempuan itu sehingga menatapnya saja Davira tak sudi.
"Are you okay?" tanya Kavindra selepas Zul meninggalkan pelaminan mereka. Menuntun Davira untuk duduk, Kavindra menggenggam tangannya erat. Ia tak tahu apa yang terjadi pada istrinya itu, tapi yang ia tahu, ia harus memberi Davira kekuatan.
"Dia … dia itu," ucap Davira tertahan. Rasanya berat sekali untuk mengatakan bahwa pria yang datang tadi adalah pria yang telah menghancurkan hatinya.
Merasa perlu untuk membawa Davira menenangkan diri, Kavindra memanggil Ravindra dan mengatakan padanya bahwa Davira harus merapikan riasannya. Adiknya itu hanya mengangguk meski agak bingung saat melihat ekspresi wajah kakak iparnya yang sendu.
"Duduklah di sini, akan ku ambilkan minum," kata Kavindra seraya menundukkan Davira di tepi tempat tidurnya kemudian berlalu untuk mengambil segelas air putih.
"Kenapa? Kenapa dia harus datang ke pernikahanku? Kenapa dia seolah merasa tidak bersalah sama sekali?" gumam Davira merasa heran. Setelah mencampakkan tiba-tiba mendatanginya lagi di saat seperti ini? Apa sebenarnya tujuan Zul?
"Ini, minumlah dulu," kata Kavindra memberikan segelas air putih yang langsung Davira minum hingga habis setengahnya.
"Terima kasih, Mas." Davira meletakkan gelas itu di meja lalu menatap Kavindra dengan intens. "Aku harap Mas tidak merasa cemburu ataupun marah."
Kavindra tersenyum lalu menggeleng, "Tidak, untuk apa Mas marah? Apakah dia masa lalumu?" tanyanya kemudian.
Davira sedikit tertunduk dan pria itu tahu jawabannya. "Ibunya membatalkan pernikahan ketika tahu bahwa aku … " ucap Davira tertahan, tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Aku mengerti. Tidak apa-apa, semuanya sudah berlalu. Dia masa lalumu sedangkan Mas dan Zein adalah masa depanmu," kata Kavindra bijak dengan penuh kelembutan.
Dan Davira merasa sangat bersyukur dipertemukan dan menikahi pria seperti Kavindra. Yang betapa baik dan sangat pengertian terhadapnya dan keluarganya.
Sementara di luar, Rika yang tahu kedatangan Zul di pernikahan putrinya berubah menjadi penuh amarah. Didatanginya Zul yang sudah akan memasuki mobil dan ditamparnya dengan keras.
Kepala Zul tertoleh ke samping seketika, rasa perih dan panas terasa di bagian pipi kanannya. Zul menoleh dan mendapati Rika tengah menatapnya dengan penuh kemarahan.
"Berani-beraninya kamu masih menemui Davira," desis Rika dengan suara yang sedikit bergetar. Ditahannya kekesalan itu agar tak melewati batas dan mengganggu acara pernikahan putri tersayangnya.
"M-maaf, Bu. S-saya hanya ingin mengucapkan selamat," kata Zul, kepalanya tertunduk malu. Jika bukan karena ibunya yang sembarangan membatalkan pernikahan, perempuan di depannya mungkin telah akan menjadi ibu mertuanya sekarang.
"Alasan! Sekarang, pergi juga dari sini dan jangan pernah menemui putriku lagi! Hubunganmu dengan putriku sudah berakhir! Ingat itu!" seru Rika dengan mata yang memelotot tajam.
Kemudian, setelah puas melampiaskan amarahnya, Rika kembali ke dalam untuk menemui dan menjamu para tamu undangannya sementara Zul memasuki mobilnya.
Menyalakan mesin mobil, Zul tak langsung pulang melainkan menatap lama tenda pernikahan itu. Mengingat sosok yang berdiri di samping Davira tadi, Zul merasa semakin tidak pantas.
Ia cukup menyesal atas tindakan ibunya itu. Bagaimana bisa ia menyia-nyiakan perempuan sebaik Davira?
Tetapi, apalah arti penyesalan itu baginya? Davira sudah berbahagia bersama pilihannya. Dan ia harus menerima kenyataannya.
Di saat yang bersamaan, Zul melihat seorang pria mab*k berjalan melewatinya, penampilannya tampak kacau. Pria mab*uk itu terlihat menggumamkan sesuatu yang tak dapat didengarnya, tangannya teracung seolah menunjuk-nunjuk sesuatu.
Zul bergidik ngeri saat melihatnya. "Orang gila sekarang suka berkeliaran di mana-mana," gumam Zul. Kemudian, tanpa pikir lagi, ia langsung melajukan mobilnya pergi dari sana.
Dengan hati yang hancur, Zul mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Berharap dengan itu, kalutnya pikiran bisa ikut terbang bersama angin jalanan.
Sedangkan di kamarnya, Davira mengusap tangisnya dengan sapu tangan yang diberikan Kavindra kepadanya.
"Sudah jangan menangis lagi, nanti Zein bisa memarahiku lagi jika melihat Mama-nya menangis," celetuk Kavindra yang justru membawa gelak tawa Davira.
"Benar juga, Mas. Di mana anak itu sekarang? Ayo kita keluar, ini sudah jam makan siang, aku harus menyuapinya makan." Davira sudah berdiri, namun Kavindra menahannya agar kembali duduk.
"Hanya Zein yang kamu ingatkan makan? Apakah suamimu ini tidak butuh makan?" tanya Kavindra dengan wajah sedikit memelas.
Davira tergelak, "Iya, kamu juga makan, Mas. Nanti aku layani makan, ya. Ayo kita cari Zein dulu," katanya mengajak Kavindra untuk kembali ke luar sebelum orang-orang mencari mereka.
"Oh, ya, aku lupa mengatakan sesuatu. Setelah pernikahan ini selesai, aku ingin mengajakmu untuk ke suatu tempat," kata Kavindra.
Davira menoleh, "Iya, aku akan ikut ke manapun kamu mengajakku, Mas. Selama untuk kebaikan, aku pasti akan mematuhi semua perkataan dan perintahmu."
•••
Acieee, mau ke mana tuh? 😳
Kavindra mulai menunjukkan sisi bucinnya nih, kira-kira bakal berebutan gak ya sama Zein? 🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bakal rebutan tuh anak sama bapaknya merebut satu orang yaitu Davira
2025-03-08
1
Selina Navy
honey moon/Hey//Hey//Hey/
2025-03-08
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Bulan madu kah 🤭
2025-03-08
1