MIPPP 16 — Acara Lamaran

Acara lamaran itu berlangsung sederhana, sesuai dengan permintaan Davira. Hanya dihadiri dua keluarga dari masing-masing pihak. Meski begitu, Davira tampak sangat bahagia. Senyumnya tak pernah pudar sejak kedatangan Kavindra dan Zein. 

Anak kecil itu, tak kalah bahagianya saat tahu bahwa acara lamaran itu merupakan serangkaian proses agar Davira bisa menjadi ibu baginya. Memekik girang hingga melompat Zein lakukan sebagai wujud rasa senangnya. 

Sementara Kavindra, tampak berbeda dengan setelan batik ala bapak-bapak desa, namun, tetap membuatnya menawan saat dipandang. Davira juga tampil dengan batik senada dengan Kavindra. Keduanya, terlihat sangat cocok dan serasi. 

"Untuk acara pernikahannya bagaimana, Bu?" tanya Karina pada Rika. Rencananya, usai acara lamaran ini, Karina mengkehendaki agar segera dilangsungkan acara pernikahannya. 

Rika mengulas senyum dengan sopan. "Soal itu, keputusannya saya serahkan saja kepada Bu Karina. Tapi jika boleh, saya ingin mengadakan pernikahan Davira di rumah ini," kata Rika dengan wajah sedikit tertunduk. 

"Ah, baik kalau begitu. Saya akan pakai jasa wedding organization saja, ya, Bu. Untuk konsep pernikahannya sesuai dengan keinginan Davira saja. Biaya pernikahannya, biar Kavindra yang tanggung semuanya." 

Rika hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju. Hatinya begitu bahagia saat melihat Davira dan Kavindra bersama, dengan Zein di antara mereka, membuat sepasang kekasih itu tampak seperti keluarga bahagia. 

"Saya sangat senang sekali karena anak saya akhirnya bisa menemukan anak ibu di waktu yang tepat," ucap Karina. Pandangannya sama seperti Rika, tertuju ke depan, memandang kedua anak mereka dengan haru. 

"Saya juga sangat bersyukur, karena akhirnya Davira menemukan seseorang yang tepat untuk mendampinginya, Bu. Semoga keduanya selalu berbahagia." 

"Kak Kavindra udah cocok banget jadi Bapak, aku jadi terharu melihatnya," kata Ravindra di sela-sela ucapan kedua ibu itu. 

Karina mendelik, "Kakakmu memang sudah jadi seorang Bapak. Kamu lihat itu buntutnya, sama persis," celetuk Karina yang sontak mengundang gelak tawa putra bungsunya. 

"Iya, juga, ya. Tapi mereka cocok banget, Ma. Duh, aku jadi kepingin juga." Ravindra mendapat cubitan halus di lengannya setelah mengatakan hal itu. 

"Bantu kakakmu urus perusahaan dulu, baru menikah. Jangan genit-genit kamu, Nak. Cari uang dulu yang banyak baru menikahi anak orang!" seru Karina dengan tegas. 

Ravindra hanya mengangguk pasrah. "Iya, Ma, iya. Ravindra juga tahu ih, anak orang mau dikasih makan apa kalau Ravindra miskin," celetuknya yang langsung mengundang gelengan kepala sang ibu. 

Rika, yang tak sengaja menangkap momen itu pun ikut terkekeh bahagia. Sepertinya ia bisa merasa lega sekarang, karena putrinya mendapatkan keluarga yang bisa menyayanginya sepenuh hati. 

Acara hari itu berlangsung bahagia. Setelah acara lamaran selesai, kedua keluarga sepakat untuk makan bersama. Zein yang paling antusias untuk ikut serta. Anak itu sudah duduk di dekat Davira, menjadi sekat untuk Kavindra mendekati calon istrinya. 

"Zein, itu tempat papa. Zein sama uncle dulu sana," bisiknya pada anak kecil itu. Merasa iri karena sejak tadi, Zein selalu menempel pada Davira seperti sebuah lem. 

Zein mendongak, menatap sang ayah dengan mata memicing. "Gak mau, Zein mau di sini. Papa aja yang duduknya dekat uncle," kata Zein dengan lucunya. 

Kavindra terpaksa mengalah lagi demi anak kecil itu, di sebelah Zein, Davira terkekeh geli. Acara makan bersama itu berlangsung riuh, sesekali diselingi dengan candaan Zein pada ayah ataupun pamannya. 

Tak berselang lama dari itu, kasak-kusuk dan keributan terdengar dari luar. Seseorang berteriak-teriak memanggil nama Davira, menuntutnya untuk keluar dengan makian-makian yang mengiringi. 

Davira terperangah saat mendengar suara itu, pun dengan Rika. Mereka tahu pasti siapa gerangan yang telah membuat keributan di luar itu. Zein yang ketakutan, memeluk Davira dengan erat. 

Karina dan Ravindra sontak menoleh, bertanya-tanya dengan apa yang terjadi di luar. Berbeda dengan Kavindra, pria itu berdiri tegap, kemudian melangkah ke luar dengan berani. Apapun yang terjadi, tak akan ia biarkan pria itu merusak hari pentingnya. 

"Kau! Siapa kau? Sedang apa kau berada di rumahku?" tanya Agus dengan berkacak pinggang, tatapannya menantang Kavindra dengan tanpa rasa takut. "Jangan-jangan kau itu calon suaminya Davira, apa benar?" 

Kavindra menatap sosok lusuh di hadapannya dengan tatapan iba bercampur kesal juga heran. "Benar, saya Kavindra, calon suami Davira," kata Kavindra dengan tegas. 

Sementara yang lain tetap berada di dalam sesuai permintaan Davira, perempuan itu tergopoh keluar menyusul Kavindra. Hatinya berdebar takut dengan apa yang akan dilakukan dua pria itu. Jangan sampai keluarga mereka mengundang cemoohan tetangga lagi. 

"Heh! Berani kau menikahi anakku? Berani membayar berapa kau? Sepertinya kau orang berada, mahar yang kau berikan pasti besar, kan?" ujar Agus dengan tak tahu malunya. 

Kavindra masih tetap berdiri tenang. Memindai dengan baik pria tua nan lusuh di hadapannya yang ia tebak adalah ayah kandung Davira. Perempuan itu pernah menceritakan perihal ayahnya yang seorang penjudi dan mabuk-mabukan. 

"Bapak! Buat apa ke sini lagi? Pergi! Jangan ganggu kami lagi!" seru Davira merasa marah sekaligus malu. Ditatapnya pria yang ia panggil bapak dengan wajah memerah. 

Kavindra menarik Davira pelan, "Biar aku saja yang urus, berdiri di belakangku." Seperti yang telah dikatakannya pada sang ibu, Kavindra mencoba menunaikan perkataannya dengan melindungi Davira. 

"Berani kamu usir bapakmu sendiri? Anak kurang ajar! Sini kamu! Biar aku pukul! Anak gak tahu diri!" teriak Agus kencang, mengundang perhatian dari beberapa tetangga yang sedari tadi menonton. 

"Harap jaga bicara Anda, Pak." Kavindra memandang Agus dengan sorot mata tajam dan penuh determinasi. Postur tubuhnya yang tinggi tegap dengan tatapan menantang, membuat Agus sedikit ketakutan. 

"Jangan sok di sini, kau hanya orang asing! Berani apa kau, hah?" tantang Agus lagi dengan berkacak pinggang. "Ah, sudahlah! Tidak usah berdebat denganku. Cepat, cepat, berikan aku uang, kau pasti kaya kan?" 

Tanpa tahu malu, Agus mengulurkan tangannya, meminta uang dari besannya sendiri tanpa tahu malu. Tetangga pun banyak yang menggelengkan kepala dengan sikap Agus itu. 

Kavindra mengeluarkan dompetnya yang terlihat tebal. Mengambil beberapa lembar uang berwarna biru dan menunjukkannya di depan Agus. Membuat pria tua itu langsung membelalakkan mata. 

"Akan saya berikan uang ini," kata Kavindra dengan tegas. "Tapi, saya punya satu syarat yang harus Anda penuhi." 

Tanpa pikir panjang, Agus menganggukkan kepala, apapun akan ia lakukan demi beberapa lembar uang berwarna biru itu. Pikirannya sudah dipenuhi dengan seberapa banyak jud* yang akan ia menangkan dengan uang sebanyak itu. 

Dari dalam rumah, Karina dan Ravindra masih menonton apa yang akan dilakukan Kavindra untuk membalas pria tak tahu malu itu, sementara Rika tertunduk malu dengan tingkah suaminya. Sedangkan Zein terlihat ingin menghampiri Davira, namun tangannya dicekal oleh Ravindra. 

"Apa? Apa syaratnya? Cepat katakan!" Agus tampak tak sabar. Matanya berkilat saat melihat lembaran uang itu. 

"Syaratnya adalah … " 

•••

— Lanjut part dua, ya, hihi. 

Terpopuler

Comments

Selina Navy

Selina Navy

sama selina aja nnt ya 🤣🤣🤣

2025-03-05

1

kagome

kagome

jadi wali miss dav kan thor
hehehehe sok tau aq🤣🤣🤣🤣🤣

2025-04-15

1

Selina Navy

Selina Navy

haaaaa ayahnyaaa, astaghfirullah soudzon selinaa🤣🤣

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 MIPPP 01 — Prolog
2 MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3 MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4 MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5 MIPPP 05 — Zein Terluka
6 MIPPP 06 — Terharu
7 MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8 MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9 MIPPP 09 — Luka Batin
10 MIPPP 10 — Merindukannya
11 MIPPP 11 — Kodrat
12 MIPPP 12 — Meminang
13 MIPPP 13 — Bimbang
14 MIPPP 14 — Berkata Jujur
15 MIPPP 15 — Mencari Tahu
16 MIPPP 16 — Acara Lamaran
17 MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18 MIPPP 18 — Kegilaan
19 MIPPP 19 — Pernikahan
20 MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21 MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22 MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23 MIPPP 23 — Rumah Baru
24 MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25 MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26 MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27 MIPPP 27 — Menjemput Zein
28 MIPPP 28 — Kembali Pulang
29 MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30 MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31 MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32 MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33 MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34 MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35 MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36 MIPPP 36 — Khawatir
37 MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38 MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39 MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40 MIPPP 40 — Pertengkaran
41 MIPPP 41 — Perdebatan
42 MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43 MIPPP 43 — Rencana Jahat
44 MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45 MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46 MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47 MIPPP 47 — Merasa Gagal
48 MIPPP 48 — Penangkapan
49 MIPPP 49 — Menemukan Zein
50 MIPPP 50 — Sebuah Pinta
Episodes

Updated 50 Episodes

1
MIPPP 01 — Prolog
2
MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3
MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4
MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5
MIPPP 05 — Zein Terluka
6
MIPPP 06 — Terharu
7
MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8
MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9
MIPPP 09 — Luka Batin
10
MIPPP 10 — Merindukannya
11
MIPPP 11 — Kodrat
12
MIPPP 12 — Meminang
13
MIPPP 13 — Bimbang
14
MIPPP 14 — Berkata Jujur
15
MIPPP 15 — Mencari Tahu
16
MIPPP 16 — Acara Lamaran
17
MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18
MIPPP 18 — Kegilaan
19
MIPPP 19 — Pernikahan
20
MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21
MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22
MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23
MIPPP 23 — Rumah Baru
24
MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25
MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26
MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27
MIPPP 27 — Menjemput Zein
28
MIPPP 28 — Kembali Pulang
29
MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30
MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31
MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32
MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33
MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34
MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35
MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36
MIPPP 36 — Khawatir
37
MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38
MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39
MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40
MIPPP 40 — Pertengkaran
41
MIPPP 41 — Perdebatan
42
MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43
MIPPP 43 — Rencana Jahat
44
MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45
MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46
MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47
MIPPP 47 — Merasa Gagal
48
MIPPP 48 — Penangkapan
49
MIPPP 49 — Menemukan Zein
50
MIPPP 50 — Sebuah Pinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!