MIPPP 15 — Mencari Tahu

“Bagaimana? Apa hasilnya? Apa kata Davira? Dia menerima lamarannya, kan?” tanya beruntun Karina saat mendapati Kavindra memasuki rumah dengan wajah yang tersenyum lebar.

“Ah, tidak perlu dijawab, dari raut wajahmu saja, Mama sudah bisa menebaknya,” katanya kemudian.

Kavindra terkekeh, “Alhamdulillah Davira menerimanya, tapi Kavindra harus kasih tahu satu hal ini sama Mama.”

Karina menatap Kavindra serius. “Apa dia punya syarat tertentu? Apa itu, Nak? Cepat kasih tahu Mama, pasti akan langsung Mama wujudkan keinginan Davira.”

“Bukan, Ma. Jangan bicarakan soal seserahan dan lain-lainnya itu, sebaiknya kita duduk dulu, nanti Kavindra jelaskan secara rinci, ya. Di mana Zein?”

“Sedang keluar bersama Ravindra,” jawab Karina kemudian memanggil seorang pelayan untuk membuatkan mereka teh hangat.

“Jadi? Ayo cepat katakan, Mama benar-benar penasaran. Dia betul-betul sudah setuju, kan?” tanyanya lagi seolah tak yakin.

“Iya, Ma, Davira setuju untuk menikah dengan Kavindra. Tapi, Davira pernah menjalani operasi histerektomi,” kata Kavindra santai.

“Apa? Operasi histerektomi? Operasi apa itu? Apa itu operasi berbahaya?” Karina nampak sedikit terkejut.

Kavindra menarik napas panjang sebelum berkata. “Operasi histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, Ma. Jadi, kemungkinan besar, Davira tidak akan pernah bisa mengandung seorang anak.”

Karina membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan, cukup terkejut dengan penjelasan Kavindra. “Oh, ya ampun, betapa kasihannya Davira.”

“Mama keberatan?” tanya Kavindra.

Salah seorang pelayan datang mengantarkan teh hangat untuk mereka, menjeda percakapan mereka untuk sejenak. Pelayan itu meletakan dua cangkir teh di meja lalu langsung perg setelah Karina memberinya isyarat.

“Apa? Keberatan untuk apa? Mama justru merasa kasihan pada perempuan malang itu, Nak. Kau tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hatinya, kan?”

Kavindra dengan tegas menggeleng, “Aku sama sekali tidak masalah dengan itu, aku bahkan bilang bahwa aku mendukungnya. Tapi, ia menanyakan pendapat Mama.”

“Mama juga tidak masalah. Apa kau berniat untuk menambah momongan lagi setelah menikah? Kalau Mama, sih, sudah merasa cukup dengan Zein.”

“Kavindra juga tidak berniat untuk menambah keturunan. Cukup Zein saja seorang sudah cukup. Kavindra hanya ingin fokus pada kebahagiaan Zein saja sekarang,” jelas Kavindra sambil meneguk teh hangatnya.

“Itu bagus. Menjadi perempuan itu tidak mudah, Nak. Apalagi jika menjadi perempuan seperti Davira. Mama yakin sekali perempuan itu sudah banyak mendapat cemoohan dari tetangga di desanya,” celetuk Karina saat mengingat betapa ibu-ibu di desa itu terihat sangat tidak ramah.

“Iya, Ma, iya. Kavindra juga paham hal itu. Jika Davira bisa menerima status duda Kavindra, maka aku juga akan menerima kekurangannya dan berjanji akan terus mendukungnya. Apapun yang terjadi.”

Karina tampak menganggukan kepala beberapa kali, putra sulungnya itu memang bijaksana seperti ayahnya. “Mama bangga kalau kamu bisa memuliakan istrimu. Semoga Davira adalah istri yang tepat untukmu sekaligus ibu yang baik untuk Zein.”

“Hakikat dari pernikahan adalah saling menerima dan saling memperbaiki, Ma. Kavindra sangat yakin kami bisa melakukannya,” ucap kavindra dengan keyakinan penuh.

Karina tersenyum senang. “Jadi, apakah Mama bisa langsung mempersiapkan acara lamarannya? Mama sangat tidak sabar!” pekik Karina merasa senang dan bersemangat.

“Iya, Ma, bisa. Nanti Kavindra minta kontaknya Bu Rika biar Mama bisa langsung atur persiapannya.”

•••

"Mau ke mana kamu, Mas?" tanya Mai pada

pria di hadapannya yang terlihat sudah rapi hendak pergi. Maisara memperhatikan dengan seksama penampilan Zul.

Namun, beberapa saat menunggu, Zul tak kunjung menjawab. Membuat perempuan muda itu berubah kesal dengan sikap dingin Zul padanya.

"Jawab aku, Mas! Apa kamu mau menemui perempuan itu? Ibu bilang kamu masih saja menanyakan dia. Apa itu benar?"

"Bukan urusanmu, Mai. Ingat, kita sudah berpisah, aku harap kamu jangan ganggu lagi urusanku! Dan jangan datang lagi ke rumahku!" sentak Zul merasa kesal dengan kehadiran Maisara di rumahnya.

"Tapi aku masih mencintai kamu, Mas. Ibu bilang seharusnya kita rujuk saja," sahut Mai, kali ini dengan nada suara yang lebih lembut. Berharap Zul akan luluh dan kembali ke pelukannya lagi.

"Satu bulan lalu, saat aku tanya apakah kamu mencintaiku, apa yang kamu jawab, Mai?" sinis Zul, berbalik menghadap Mai yang tampak elegan dengan dress selutut dan heels merah menyala miliknya.

"A-aku sudah salah, Mas. Kupikir dia mencintaiku tapi ternyata dia hanya memanfaatkan aku. Hanya kamu yang aku cinta, Mas!" ucap Mai dengan mata yang berkaca-kaca.

Namun sayang, semuanya sudah terlambat. Mereka sudah resmi berpisah, kini saatnya Zul untuk menata kembali kehidupannya. Cukup sekali saja ia dikhianati, tak ada lagi kesempatan kedua seperti yang diinginkan Mai.

"Apa artinya kata itu sekarang, Mai? Sudah cukup, pulanglah dan jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" ucap Zul tegas penuh penekan. Setelahnya, ia mengambil kunci mobil dari atas nakas dan berjalan keluar kamar.

Sementara Mai menatap kepergian mantan suaminya itu dengan kesal. "Apa, sih, istimewanya perempuan itu sampai Mas Zul tidak mau berpaling?" gumam Mai dengan tangan terkepal kuat.

•••

Zul memarkir mobilnya tepat di depan rumah Rika. Berkaca dan merapikan penampilannya sedikit agar lebih pantas, Zul membuka pintu mobilnya. Berjalan pelan ke depan teras dan mengetuk pintunya pelan.

Apapun yang terjadi hari ini, ia harus menemukan jawabannya dan bertemu dengan Davira. Setidaknya, ia harus membicarakan kesalahpahaman yang terjadi.

Tak berselang lama, Rika muncul dari balik pintu. Wajahnya tampak terkejut saat melihat orang yang berdiri di depan pintunya adalah pria dari ibu yang telah membatalkan pernikahannya dengan Davira.

"Assalamu'alaikum, Bu. Davira ada?" tanya Zul sopan dengan senyum tertarik ke atas.

Rika menatap Zul dari atas hingga ke bawah, penampilannya rapi dan bersih. Tapi, ada sesuatu hal mengganjal yang membuat Rika menatap pria di hadapannya dengan sinis.

"Wa'alaikumussalam, Davira sedang tidak ada di rumah. Lagipula mau apa lagi kamu ke sini? Memangnya belum cukup kamu dan ibumu mempermalukan kami?" tanyanya agak ketus.

Sikap ketus Rika cukup membuat Zul terkejut. Mempermalukan? Ibunya? Zul semakin yakin bahwa sang ibu telah melakukan sesuatu yang telah menyakiti hati mereka.

"Apa yang sebenarnya sudah ibu saya lakukan? Saya benar-benar tidak tahu, Bu."

Rika melengos, "Pergi saja, Davira sudah akan menikah dengan pria yang lebih baik dari kamu. Jangan ganggu kehidupan putri saya lagi!"

"Ap-apa?" tanya Zul seakan tak percaya dengan fakta yang baru didengarnya itu. "Davira akan menikah?"

Rika tak lagi memedulikan pria itu, ia lekas menutup pintu dengan ingatan yang terasa pilu. Bagaimana bisa pria yang sudah mempermalukan keluarganya tanpa malu justru mendatangi rumahnya lagi?

Sedangkan di balik pintu, Zul bergeming, otaknya tengah mencerna fakta yang baru diterimanya. "Sebenarnya apa yang terjadi? Tidak, tidak, tidak. Aku harus mencari tahu kebenarannya!" gumam Zul, kemudian melangkah pergi dari sana dengan rasa penasaran yang membumbung tinggi.

Terpopuler

Comments

Selina Navy

Selina Navy

part ini bikin mewek/Cry//Cry/

2025-03-04

1

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Kalo penasaran tanya lagi pada ibu mu Zul apa yg telah dia katakan pada Davira

2025-03-03

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Aamiin 🤲

2025-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 MIPPP 01 — Prolog
2 MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3 MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4 MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5 MIPPP 05 — Zein Terluka
6 MIPPP 06 — Terharu
7 MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8 MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9 MIPPP 09 — Luka Batin
10 MIPPP 10 — Merindukannya
11 MIPPP 11 — Kodrat
12 MIPPP 12 — Meminang
13 MIPPP 13 — Bimbang
14 MIPPP 14 — Berkata Jujur
15 MIPPP 15 — Mencari Tahu
16 MIPPP 16 — Acara Lamaran
17 MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18 MIPPP 18 — Kegilaan
19 MIPPP 19 — Pernikahan
20 MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21 MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22 MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23 MIPPP 23 — Rumah Baru
24 MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25 MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26 MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27 MIPPP 27 — Menjemput Zein
28 MIPPP 28 — Kembali Pulang
29 MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30 MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31 MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32 MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33 MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34 MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35 MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36 MIPPP 36 — Khawatir
37 MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38 MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39 MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40 MIPPP 40 — Pertengkaran
41 MIPPP 41 — Perdebatan
42 MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43 MIPPP 43 — Rencana Jahat
44 MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45 MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46 MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47 MIPPP 47 — Merasa Gagal
Episodes

Updated 47 Episodes

1
MIPPP 01 — Prolog
2
MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3
MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4
MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5
MIPPP 05 — Zein Terluka
6
MIPPP 06 — Terharu
7
MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8
MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9
MIPPP 09 — Luka Batin
10
MIPPP 10 — Merindukannya
11
MIPPP 11 — Kodrat
12
MIPPP 12 — Meminang
13
MIPPP 13 — Bimbang
14
MIPPP 14 — Berkata Jujur
15
MIPPP 15 — Mencari Tahu
16
MIPPP 16 — Acara Lamaran
17
MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18
MIPPP 18 — Kegilaan
19
MIPPP 19 — Pernikahan
20
MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21
MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22
MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23
MIPPP 23 — Rumah Baru
24
MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25
MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26
MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27
MIPPP 27 — Menjemput Zein
28
MIPPP 28 — Kembali Pulang
29
MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30
MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31
MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32
MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33
MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34
MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35
MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36
MIPPP 36 — Khawatir
37
MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38
MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39
MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40
MIPPP 40 — Pertengkaran
41
MIPPP 41 — Perdebatan
42
MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43
MIPPP 43 — Rencana Jahat
44
MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45
MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46
MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47
MIPPP 47 — Merasa Gagal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!