"Miss Dav!" pekik Zein langsung menghambur ke pelukan Davira yang baru saja selesai berpakaian sehabis mandi.
Perempuan yang tiba-tiba mendapat pelukan itu benar-benar terkejut dengan kehadiran Zein di rumahnya. Keterkejutan itu harus ditambah lagi saat ia melihat eksistensi Kavindra dan Karina di ruang tamunya.
"Miss Dav, Zein kangen banget, lho." Anak kecil itu meraih jemari Davira dan menggenggamnya. "Miss Davira kenapa gak masuk sekolah?" tanya Zein dengan bibir yang sengaja dimajukan.
"Maaf, ya. Miss kemarin ada urusan penting di sini jadi gak bisa masuk sekolah, deh."
Zein mengangguk-angguk mengerti, "Zein kangen banget sama Miss tahu?"
"Miss juga. Selama di sekolah, Zein belajar dengan baik, kan?"
Zein menganggukkan kepalanya lagi beberapa kali. Memberi Davira senyuman khas yang selama tiga hari terakhir ia rindukan. Davira balas tersenyum, mengusap pucuk kepala anak laki-laki itu, mengajaknya untuk duduk di ruang tamu.
"Silakan duduk dulu, Pak, Bu. Saya ambilkan air minum dulu, ya." Rika mempersilakan tamunya itu untuk duduk, sedangkan ia bergegas ke dapur untuk membuatkan minum meskipun Karina berkata tidak perlu repot.
"Silakan duduk, Pak. Maaf, rumah kami sederhana sekali," kata Davira sedikit tak enak hati. Melihat penampilan Kavindra dan Karina, ia merasa rumahnya tak pantas untuk disinggahi.
"Hal-hal luar biasa justru biasanya datang dari kesederhanaan," ucap Karina penuh ketulusan. Sebelumnya ia tak percaya dengan ucapan anak bungsunya.
Tapi, ketika melihat sosok Davira secara langsung, ia sama sekali tak merasa heran jika cucunya bisa langsung merasa nyaman dengan perempuan itu. Selain cantik, Davira juga memiliki kharisma yang membuat orang-orang secara tak langsung merasa terpikat.
Tutur katanya yang lembut dan tatapan teduhnya seketika membuat Karina merasa bahwa Davira sangat cocok untuk menjadi ibu bagi Zein sekaligus istri yang penuh perhatian untuk Kavindra.
"Ini ibuku, Karina," kata Kavindra memperkenalkan sang ibu kepada Davira yang tampak bingung dengan kehadiran Karina.
"Sebelumnya maafkan kami, Miss. Jika datang tanpa memberi kabar lebih dulu. Saya mendapatkan alamat Miss dari komite sekolah, saya harap Miss tidak keberatan dengan kedatangan kami yang tiba-tiba ini," ujar Kavindra
"Selama tiga hari, Zein terus menanyakan Miss Davira sampai tidak mau makan. Karena itu, saya pikir bagaimana jika kami menemui Miss Davira saja di sini," tambah Karina lagi, menjelaskan alasan kenapa mereka ada di sana siang itu.
"Ah, kalau begitu, seharusnya menghubungi saya juga sudah cukup," kata Davira tertawa kecil. Menatap kedua orang yang duduk di hadapannya secara bergantian.
Di samping kanannya, Zein tampak duduk dengan aman, sesekali anak kecil itu memandang Davira dengan tatapan memuja. Dan entah mengapa, saat Kavindra melihat anaknya seperti itu, perasaan tak suka mulai merayapi hatinya.
Kavindra terlihat membenarkan posisi duduknya, berdeham pelan lalu memberanikan diri untuk mengangkat pandangan saat sang ibu menyikut lengannya. Memberi isyarat untuk mengatakan tujuan mereka datang ke rumahnya.
"Sebenarnya," kata Kavindra mengawali ucapannya. "Saya, ehm, maksudnya kami. Kami datang ke sini dengan alasan penting," lanjutnya lagi agak gugup.
Karina tersenyum ramah saat memandang Davira. Kemudian melirik Zein yang sepertinya sangat bahagia bisa bertemu dengan Davira.
"Alasan penting apa, ya, Pak?" tanya Davira mulai penasaran. Alasan penting apakah yang membuat mereka datang jauh-jauh ke desanya.
"Saya ingin … " ucapnya tertahan saat melihat kedatangan Rika yang membawa nampan berisi teh manis.
Rika mengangguk sopan, meletakkan teh manis itu di meja, menawarkannya dengan agak sungkan di atas meja. Dari pandangannya, Davira tahu bahwa ibunya pasti kebingungan, sama seperti dirinya.
"Ibu, perkenalkan ini Zein, anak didik Davira. Itu papanya Zein, Kavindra. Dan yang duduk di samping itu, Bu Karina, neneknya Zein," jelas Davira memperkenalkan ketiga orang yang menurut Rika terlihat seperti orang berada.
Rika tampak mengangguk mengerti, meski aslinya ia belum juga bisa memahami ada apa gerangan orang-orang kaya seperti mereka mendatangi rumahnya. Sangat tidak biasa bagi Rika menerima tamu seperti Kavindra.
Davira mengajak Rika untuk duduk di sebelahnya. "Duduk dulu, Bu."
Kavindra tersenyum simpul, melirik ke arah ibunya sendiri untuk melanjutkan ucapannya yang tertunda. Menurutnya, sesama ibu-lah yang pantas membicarakan hal itu.
Karina mengangguk mengerti, membenarkan posisi duduknya, ia lantas berkata. "Sebenarnya, Bu Rika. Kedatangan kami ke sini adalah untuk meminang putri Bu Rika untuk menjadi istri bagi putra saya sekaligus ibu untuk cucu saya."
Bagai disambar petir di siang hari, Rika dan Davira tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Davira tak dapat berkata-kata selama beberapa saat. Sementara Rika, lebih tak menyangka bahwa orang kaya yang duduk di depan mereka hendak meminang putrinya.
"Saya tahu ini agak terburu-buru, apalagi mereka baru bertemu selama beberapa hari. Tapi, Bu. Bukankah hal baik memang harus disegerakan?" tanya Karina memahami ekspresi terkejut Rika. Dilihatnya Davira tertunduk malu di samping Zein yang belum mengerti apapun.
"I-iya, Bu. Tapi, bagaimana ya? Ini terkesan terburu-buru, saya … saya jadi bingung mau bilang apa," kata Rika agak terbata.
"Dipikirkan saja dulu pinangan kami. Saya tidak berharap banyak, mengingat status saya adalah duda anak satu. Tapi, jika Davira bisa memikirkannya dengan baik dan menerima pinangan saya, tentu saja saya dan Zein akan sangat bersyukur," sela Kavindra, melirik Davira yang tampak malu secara sekilas.
"Bagaimana Davira? Apa pendapatmu?" bisik Rika pada putrinya. Sebenarnya, Rika cukup khawatir, apalagi ia belum pernah bertemu dengan Kavindra dan Karina. Ia belum tahu banyak tentang keluarga kaya yang meminang putrinya itu.
Tapi, sebagai seorang ibu, ia hanya ingin yang terbaik untuk putrinya. Mengingat dua kali sang putri gagal menikah, Rika tak ingin melewatkan kesempatan baik ini. Barangkali, Kavindra adalah jodoh yang terbaik untuk Davira.
Davira memberanikan diri untuk mengangkat pandangan. Sebelah tangannya menggenggam tangan sang ibu, sementara pandangannya menatap Kavindra dan Karina bergantian. Debaran jantungnya jadi tak menentu saat pandangannya bertemu dengan manik mata Kavindra.
Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Beri aku keyakinan, Ya Allah. Jika Pak Kavindra adalah jodoh yang kau pilihkan, maka hamba siap menerimanya. Tapi… apakah dia bisa menerima segala kekurangan dan masa laluku?
"Maaf," kata Davira kembali tertunduk. Rasa-rasanya ia malah jadi seperti gadis yang malu-malu saat ada orang yang melamarnya. Padahal, ini bukan yang pertama kali baginya berada dalam posisi seperti ini.
Kavindra dan Karina menunggu dengan sabar apa yang akan dikatakan Davira. Pria itu meremas jarinya cemas, sesekali menatap Zein yang lugu kemudian kembali melirik Davira.
Apakah dia akan menolaknya? Kuharap tidak, ayolah Davira. Terima saja.
"Saya … saya harus memikirkannya. Tolong beri saya waktu," ucap Davira pada akhirnya.
Kavindra menghela napas lega, setidaknya perempuan itu tidak langsung menolak. Pun dengan Karina yang merasa harapan untuk putranya terbuka lebar. Keduanya lalu saling menatap dan mengalihkan pandangannya pada Zein yang sedari tadi hanya diam.
Usai berbincang-bincang mengenai beberapa hal, Kavindra dan Karina pamit pulang. Zein sedikit merengek saat ia harus kembali berpisah dengan Davira. Tapi, setelah perempuan itu memberinya pengertian, akhirnya Zein takluk dan ikut naik ke mobil.
"Terimalah pinanganku, jodoh kadang datang bersama anaknya," kata Kavindra sebelum meninggalkan rumah itu. Besar harapannya untuk mempersunting Davira menjadi istrinya.
Tapi, semua itu ia lakukan demi putra tercintanya. Agar Zein mendapatkan ibu yang tulus menyayanginya. Semata agar putranya bisa tumbuh dalam limpahan kasih sayang orang tua yang utuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Awal nya demi Zein setelah demi dirimu sendiri Kavindra semangat untuk move on
2025-03-01
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
anggap aja beli 1 gratis 1 🤭🤣
2025-03-01
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
masa cemburu sama anakmu 🤣
2025-03-01
1