MIPPP 10 — Merindukannya

Sudah tiga hari Davira menemani sang ibu di desa. Karena cemas pria itu akan datang lagi, Davira memutuskan untuk meminta cuti supaya bisa tinggal di desa dan menemani sang ibu selama beberapa hari.

Selama tiga hari itu pula, Zein terus tantrum dan menangis menanyakan ketiadaan guru kesayangannya di Kinder School. Meski sudah diberitahu bahwa Davira sedang cuti, namun Zein tetap tidak mau mengerti. 

Hal itu membuat Kavindra jadi pening dan hilang kesabaran menghadapi putra semata wayangnya itu. Apalagi, Zein sama seperti dirinya yang keras kepala. Jika sudah menginginkan sesuatu, maka Zein harus mendapatkannya. 

"Zein, ayo makan dulu, kalau Zein tidak makan gimana bisa tumbuh jadi anak yang hebat? Yuk, makan ya, Nak. Grandma sudah buatkan makanan kesukaan Zein, lho," bujuk Karina untuk kesekian kalinya agar cucunya itu mau makan. 

Sudah tiga hari ini, Zein selalu sulit dibujuk untuk makan. Dan Karina semakin takut cucunya akan jatuh sakit. 

Zein menggeleng, menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya yang mungil. "Tidak mau, tidak mau. Zein cuma mau Miss Dav, Grandmaaa. Di mana Miss Dav?" rengeknya berguling-guling di atas bed. 

"Sayang, cucu grandma yang paling lucu dan menggemaskan. Papa kan sudah bilang kalau Miss Dav sedang cuti," kata Karina dengan lembut. Membujuk seorang anak seperti Zein memang tidak mudah. 

Di belakang Karina, Kavindra menatap putranya dengan gemas. Jika bukan karena sang ibu ada di sini, Kavindra mungkin sudah berteriak-teriak kepada Zein dan memberitahu anaknya agar bisa mengerti. 

"Panggil Miss Dav ke sini. Papa, panggil Miss Dav, Papa." Zein kembali merengek manja. Tak biasanya anak itu berubah manja seperti ini. Dan hal itu justru membuat Kavindra berubah kasihan pada anaknya. 

Kavindra mendekati Zein, mengusap kepalanya dengan lembut. "Zein rindu sama Miss Dav, ya?" tanyanya dengan lembut namun tetap terdengar tegas. "Papa juga rindu, nih, sama Miss Dav." 

Karina membola, "Aku tidak salah dengar, kan?" gumamnya merasa heran. 

"Papa juga rindu Miss Davira?" tanya Zein balik, matanya yang kecil mengerjap beberapa kali, menunjukkan ketertarikan pada ayahnya. Diam-diam hati kecilnya mulai berbunga. 

Kavindra mengangguk, "Tapi Papa masih makan, tidur dan bahagia seperti biasanya, walaupun Papa sedang rindu, tidak seperti Zein yang terus merajuk seperti ini." 

Zein bangkit berdiri, seketika melupakan rengekannya dan menatap. "Terus Zein harus apa dong, Papa? Zein rinduuu sangat dengan Miss Dav," kata Zein dengan nada yang dibuat-buat. 

"Hmm, gimana, ya? Kalau Zein gak mau makan, Miss Dav juga pasti sedih." 

Mendengar ucapan ayahnya itu, Zein lantas berpikir. Kemudian, menghampiri sang nenek yang masih memegang piring berisi makan siangnya. 

"Grandma, Zein mau makan. Zein gak mau bikin Miss Dav sedih," kata Zein dengan lugunya. 

Karina tersenyum dan mulai menyuapi Zein makan sementara Kavindra kembali ke ruang kerjanya. Menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda karena drama Zein. 

"Nah gitu dong, Zein harus makan yang lahap, ya. Biar bisa cepat tumbuh besar," ucap Karina sambil tetap menyuapi Zein. Anak kecil itu makan dengan lahapnya saat mendengar perkataan bahwa Miss Dav mungkin akan sedih. 

"Kalau Zein tumbuh besar, Zein bisa dapat ibu ya grandma?" tanya Zein polos. Karina terdiam dan ragu harus menjawab apa. 

"Iya, dong! Kalau Zein jadi anak yang baik dan rajin, Zein pasti bisa dapat ibu seperti Miss Dav," sahut Ravindra yang tiba-tiba datang dengan membawa sebuah map. 

Kedua mata Zein terbelak, "Sungguh, Uncle? Kalau Zein jadi anak baik, Zein bisa punya ibu seperti Miss Dav?" tanyanya antusias pada pamannya itu. 

Ravindra mengangguk, sedangkan Karina menatap putra keduanya dengan tatapan bingung. 

"Tapi, Zein harus melakukan satu hal yang uncle minta, bisa?" Ravindra mengangkat kedua alisnya naik. Tetapi, anak kecil itu mengangguk setuju, membuat Ravindra tersenyum penuh kemenangan. 

"Apa lagi rencanamu, Nak? Jangan sampai kakakmu marah lagi, ya." Karina mengingatkan dengan tatapan khas ibu. Tapi Ravindra hanya mengedikkan bahu sambil memberi sang ibu senyuman. 

"Oke, deh. Sekarang Zein habiskan makannya dulu, ya. Uncle mau menemui papa Zein dulu," ujar Ravindra langsung berlalu dari sana. 

Sesampainya di ruang kerja Kavindra, pria itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu. "Aku ada hal yang harus dibicarakan," katanya begitu tiba di depan meja kerja sang kakak. 

Kavindra memberinya isyarat agar adiknya duduk. Mengalihkan atensi dari laptopnya sejenak, pria itu menatap Ravindra dengan serius. 

Ravindra menyodorkan map itu ke depan sang kakak. "Aku sudah mengumpulkan beberapa informasi mengenai gurunya Zein itu, sebaiknya kau membacanya, Kak. Kau pasti akan senang ketika tahu faktanya," kata Ravindra dengan bangga. 

Kavindra melirik adiknya sekilas, meski agak ragu tapi ia tetap membuka map itu dan melihat isinya. Map itu berisi data pribadi Davira. Dengan penasaran, Kavindra membaca kertas itu satu persatu. 

"Belum menikah? Kau yakin tidak salah mencari informasi?" tanya Kavindra ragu. 

Tetapi, Ravindra mengangguk dengan mantap. "Kau meragukan hasil kerjaku, Kak? Aku sudah mencari informasi itu semalaman dan sudah memeriksanya dua kali. Dan memang benar bahwa Miss Dav belum menikah. Emm, sebenarnya … " kata Ravindra menggantung. 

"Sebenarnya apa? Katakan dengan jelas!" 

"Sebenarnya, Miss Davira itu sudah gagal menikah sebanyak dua kali," sambung Ravindra dengan agak rendah. 

"Apa? Dua kali gagal menikah? Tapi kenapa?" tanya Kavindra yang langsung dibalas gelengan kepala oleh adiknya itu. 

"Aku juga tak tahu, tapi hal baiknya adalah, kau punya kesempatan, Kak! Wujudkanlah keinginan Baby Zein, beri dia kebahagiaan dan ibu yang dia inginkan!" pekik Ravindra mendorong sang kakak untuk maju. 

Sudah saatnya bagi Kavindra untuk melangkah dan menata kembali kehidupan rumah tangganya yang sempat hancur. Terlebih lagi, Zein sangat menyukai Davira, dan kedekatan mereka tak perlu diragukan lagi. 

Sementara Kavindra tampak menimbang keputusannya, Ravindra justru bergerak dalam diam dan melangkah pergi dari sana. Masalah kakaknya sudah ia atasi, dan tinggal satu langkah terakhir. 

Ravindra harus bisa memerintah Zein untuk membujuk sang ayah agar mau mendatangi tempat tinggal Davira. 

Apa yang sebenarnya akan dilakukan Ravindra? Akankah rencananya itu bisa berhasil? 

Terpopuler

Comments

Selina Navy

Selina Navy

typo buk bukan zein yg jadi pening/Hammer/

2025-02-25

1

🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Positif thinking berhasil Zein membujuk Kavindra ke rumah Davira yg di desa

2025-02-25

1

Selina Navy

Selina Navy

kirain papanya yg bakal tantrum/Slight/

2025-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!