MIPPP 05 — Zein Terluka

Davira memulai kelasnya seperti biasa, hari ini adalah jadwalnya untuk mengajak anak-anak mengeksplorasi lingkungan sekolah. Anak-anak memiliki tugas untuk mengamati keadaan sekitar.

Mereka tampak senang, sebagian anak fokus berdiskusi dan memerhatikan sekelilingnya. Sebagian yang lain ada yang lebih memilih untuk bergerak aktif di sekitar taman.

Davira tersenyum ketika memerhatikan anak-anak didiknya. Matanya memandang Zein yang tampak aktif menjelaskan kepada teman-temannya tentang kenapa bagaimana bunga bisa mekar, Davira tertawa saat mendengar celotehnya.

Zein anak yang aktif dan cerdas secara akademik menurut Davira. Sebenarnya, semua anak didiknya memiliki perkembangan akademik dan kognitif yang baik, tapi di mata Davira, Zein tampak berbeda.

Davira kembali tertawa saat mengingat saat di mana Zein yang lugu memintanya menjadi Ibu. Davira jelas tak tahu kenapa Zein bisa bicara begitu. Yang ia pahami hanyalah bahwa Zein, anak laki-laki yang lugu dan periang.

Davira bahkan membayangkan pabila Zein menjadi anaknya, ia pastilah akan menjadi Ibu yang paling bahagia. Mendadak hatinya berubah sesak saat sadar dengan status dan keadaannya. Ia menyukai anak-anak, tapi traumanya terhadap pernikahan membuatnya takut melangkah.

"Miss! Miss! Zein jatuh, Miss! Lututnya luka, lututnya terluka!" teriakan panik seorang anak menyadarkan Davira dari lamunannya. Mendengar nama Zein disebut, Davira langsung berdiri.

"Zein terluka? Di mana? Tunjukkan kepada Miss!" katanya. Sang anak langsung menuntun Davira ke taman, Zein bersembunyi di balik bangku taman sembari memegangi lututnya.

"Zein?" panggil Davira. Zein yang meringis kesakitan menoleh, kedua matanya sudah memerah menahan tangis. Zein berusaha tak menangis, tetapi saat melihat Davira menghampirinya, tangisnya langsung saja tumpah.

"Sakit, Miss. Lutut Zein sakit, huhuhu," raung Zein seraya memeluk Davira erat. Dengan lembut, Davira mengusap bahu Zein pelan. Menunggu tangis Zein reda.

"Kita obati, ya? Zein berani, kan?"

Kemudian, Davira menggendong Zein dan membawanya ke UKS. Membalut luka Zein dan memberinya plester bergambar lucu. Anak-anak yang semula bermain di taman sudah kembali ke kelas dibantu dengan asisten mengajar Davira.

"Miss Davira," panggil Zein pelan. Davira yang semula sedang merapikan kotak P3K sontak langsung menoleh.

"Iya, Zein. Masih ada yang terasa sakit?" tanyanya takut kalau anak kecil itu cedera di bagian lainnya.

Zein menggeleng, ia justru menepuk-nepuk samping bed yang ia duduki, meminta Davira untuk duduk bersamanya. Zein membutuhkan Davira, Zein membutuhkan kasih sayang seorang Ibu.

Begitu Davira duduk, Zein menatapnya lekat, kedua bola matanya mengerjap kecil. Membuat Davira jadi gemas sendiri. Tanpa diduga, Zein merebahkan kepalanya di atas kedua paha Davira.

"Miss, Zein mau seorang Ibu. Tapi papa gak pernah mau kasih Zein seorang ibu," ujar Zein kemudian dengan polosnya. Matanya mengerjap beberapa kali saat memandang Davira.

Davira hanya terdiam. Alih-alih menjawab, ia lebih memilih mengusap kepala Zein. Sejak kemarin, Zein selalu saja membahas tentang Ibu. Sebenarnya ke mana Ibunya Zein?

Benaknya jadi bertanya-tanya, ke manakah sosok ibu Zein? Dan mengapa Zein selalu memintanya jadi seorang Ibu? Haruskah ia bertanya pada Kavindra, ayahnya Zein? Tetapi, atas dasar apa?

Tanpa sadar, Zein justru tertidur dalam pangkuannya. Melihat wajah Zein yang tenang saat tertidur membuat Davira yakin untuk bertanya kepada Zein tentang apa yang terjadi, agar kelak jika Zein melayangkan tanya, ia bisa menjawabnya dengan tepat.

Ia meraih ponselnya dan menekan tombol panggilan. "Halo? Pak Kavindra, bisakah datang menemui saya di ruang konseling sepulang sekolah nanti?" ujarnya begitu telepon tersambung.

Setelah panggilan singkat itu, Davira kembali menatap Zein, lalu memindahkan anak kecil itu ke atas bed. Membiarkan Zein terlelap, sedangkan ia kembali ke kelas untuk mengajar setelah menitipkan Zein pada seorang suster.

•••

"Mama! Aku punya info penting!" teriak Ravindra begitu memasuki rumah. Karina yang sibuk mengawasi pekerjaan pelayan pun sontak mendatangi Ravindra dengan tergesa.

"Ada, apa, sih? Mama gak tuli, Ravin. Jangan teriak-teriak kayak begitu, ah!" omel Karina pada putra bungsunya.

"Ish! Aku teriak karena ada info yang penting banget, Ma!" seru Ravindra penuh semangat. "Mama tahu gak? Aku sudah menemukan future mom untuk Baby Zein kesayangan Mama!"

"Apa? Yang benar kamu?" tanya Karina tak percaya, namun dari nada bicaranya, Ravindra tahu bahwa sang ibu tampak senang dan antusias.

"Jadi, Zein itu punya guru baru, namanya Miss Davira. Dia itu perempuan yang cantik—"

Karina menepak lengan Ravindra pelan, "Kamu, tuh, kalau sama yang cantik aja ingat terus!" cetus Karina memotong ucapan Ravindra.

"Dengar dulu, dong, Ma. Ah gak seru, nih!" protes Ravindra mencebikkan bibirnya. Sementara itu, Karina meminta maaf sambil menarik lengan putranya untuk duduk di sofa.

"Miss Davira itu cantik dan berkharisma, kalau aku lihat juga tipe perempuan yang penyayang. Mama tahu? Pas Zein ketemu Miss Davira, tatapannya tuh kayak yang excited, padahal Mama tahu, kan, selama ini Zein kayak gimana kalau ketemu calon mamanya."

Karina tampak mengangguk-angguk, cucunya itu memang bukan tipe anak yang mudah menerima kehadiran seseorang. Meski ramah dan periang, namun Zein terkesan menjaga jarak terhadap orang-orang yang tidak disukainya.

"Mama jadi penasaran, Rav." Karina menatap putra bungsunya, seakan meminta pendapat.

"Oh, ya, satu lagi, Ma. Mama tahu hal apa yang paling luar biasa yang sudah cucu Mama lakukan itu?" kata Ravindra, memancing rasa penasaran Karina lebih dalam.

Karina tampak menatap Ravindra dengan rasa penasaran, "Apa? Kamu suka banget menggantung-gantung cerita, Rav! Mama jadi betulan penasaran, nih!" omel Karina lagi.

Sedangkan Ravindra terkekeh geli setelah berhasil memicu rasa penasaran sang ibu tersayangnya itu. "Bayangkan, Ma, bayangkan! Di hari pertama Zein sekolah, cucu Mama itu langsung minta Miss Davira jadi ibunya!"

Karina terpekik kaget, sedetik kemudian, sebuah jeweran ringan mendarat di telinga kanan Ravindra. Pria itu memekik sakit saat sang ibu menarik telinganya.

"Pasti kamu yang ajarin Zein kayak gitu, ya kan?!" tebak Karina yang sepenuhnya benar.

Ravindra terkekeh sambil mengacungkan dia jarinya ke atas, meminta ampun. Sudah cukup ia menerima hukuman dari sang kakak, jangan sampai ia juga menerima hukuman dari sang ibu.

"Aku tahu aku salah. Tapi coba Mama pikiran sisi baiknya, Zein akhirnya menemukan ibu yang cocok! Jarang-jarang, lho, Zein bisa langsung akrab begitu sama perempuan."

Karina tampak berpikir dalam, yang dikatakan Ravindra memang ada benarnya. Zein masih sangat kecil dan membutuhkan perhatian dari seorang ibu. Selama Karina mencoba untuk menjodohkan Kavindra dengan perempuan lain, Zein selalu menolak dan tak suka dengan calon ibu yang Karina perkenalkan.

"Jika benar Zein menyukai gurunya itu, sepertinya tidak ada salahnya juga, kan? Tapi, bagaimana dengan Kavindra?" gumam Karina.

Terpopuler

Comments

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Anak mu itu belum bisa move on dari mantan nya Mama Karina padahal si Zein sudah klop sama Davira

2025-02-20

2

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

kek othor nya tuh, yg suka gantung /Smug//Smug//Smug/

2025-03-06

1

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨

kenapa davira ada di sini/Chuckle/

2025-03-06

1

lihat semua
Episodes
1 MIPPP 01 — Prolog
2 MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3 MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4 MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5 MIPPP 05 — Zein Terluka
6 MIPPP 06 — Terharu
7 MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8 MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9 MIPPP 09 — Luka Batin
10 MIPPP 10 — Merindukannya
11 MIPPP 11 — Kodrat
12 MIPPP 12 — Meminang
13 MIPPP 13 — Bimbang
14 MIPPP 14 — Berkata Jujur
15 MIPPP 15 — Mencari Tahu
16 MIPPP 16 — Acara Lamaran
17 MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18 MIPPP 18 — Kegilaan
19 MIPPP 19 — Pernikahan
20 MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21 MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22 MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23 MIPPP 23 — Rumah Baru
24 MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25 MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26 MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27 MIPPP 27 — Menjemput Zein
28 MIPPP 28 — Kembali Pulang
29 MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30 MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31 MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32 MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33 MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34 MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35 MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36 MIPPP 36 — Khawatir
37 MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38 MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39 MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40 MIPPP 40 — Pertengkaran
41 MIPPP 41 — Perdebatan
42 MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43 MIPPP 43 — Rencana Jahat
44 MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45 MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46 MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47 MIPPP 47 — Merasa Gagal
Episodes

Updated 47 Episodes

1
MIPPP 01 — Prolog
2
MIPPP 02 — Sebuah Permintaan
3
MIPPP 03 — Merindu Kasih Sayang
4
MIPPP 04 — Calon Ibu untuk Zein
5
MIPPP 05 — Zein Terluka
6
MIPPP 06 — Terharu
7
MIPPP 07 — Perasaan yang Hadir
8
MIPPP 08 — Cepat atau Lambat
9
MIPPP 09 — Luka Batin
10
MIPPP 10 — Merindukannya
11
MIPPP 11 — Kodrat
12
MIPPP 12 — Meminang
13
MIPPP 13 — Bimbang
14
MIPPP 14 — Berkata Jujur
15
MIPPP 15 — Mencari Tahu
16
MIPPP 16 — Acara Lamaran
17
MIPPP 17 — Rencana Pernikahan
18
MIPPP 18 — Kegilaan
19
MIPPP 19 — Pernikahan
20
MIPPP 20 — Kedatangan Masa Lalu
21
MIPPP 21 — Kebahagiaan Kecil
22
MIPPP 22 — Malaikat Penolong
23
MIPPP 23 — Rumah Baru
24
MIPPP 24 — Bertemu Komisaris
25
MIPPP 25 — Rencana Penculikan
26
MIPPP 26 — Melacak Keberadaannya
27
MIPPP 27 — Menjemput Zein
28
MIPPP 28 — Kembali Pulang
29
MIPPP 29 — Membuat Keputusan
30
MIPPP 30 — Menantu Kebanggaan
31
MIPPP 31 — Dendam Tersembunyi
32
MIPPP 32 — Jangan Mendendam
33
MIPPP 33 — Kebahagiaan Sederhana
34
MIPPP 34 — Sebuah Usaha
35
MIPPP 35 — Kejutan Tak Terduga
36
MIPPP 36 — Khawatir
37
MIPPP 37 — Cemas yang Berlebihan
38
MIPPP 38 — Pembicaraan Penting
39
MIPPP 39 — Kejadian Tak Terduga
40
MIPPP 40 — Pertengkaran
41
MIPPP 41 — Perdebatan
42
MIPPP 42 — Pertanyaan Kecil
43
MIPPP 43 — Rencana Jahat
44
MIPPP 44 — Cemas dan Takut
45
MIPPP 45 — Takut Kehilangan
46
MIPPP 46 — Berusaha Tenang
47
MIPPP 47 — Merasa Gagal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!