MIPPP 02 — Sebuah Permintaan

Davira melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya saat tiba-tiba seorang anak kecil menabraknya. Anak kecil itu nampak terkejut karena menabrak seseorang, meski sempat terjatuh, anak kecil tersebut lantas terbangun dan membantu Davira untuk bangkit.

Davira melihat anak kecil itu membungkukkan kepalanya sedikit dan mengucap kata, "Sorry. Zein tidak hati-hati." Matanya mengerjap beberapa kali saat Davira berjongkok dan mengangkat kepalanya.

Davira melihat name tag yang ada pada bagian kiri seragam anak kecil itu. "Tidak apa-apa. Miss it's okay, kok," kata Davira pada anak kecil yang baru ia tahu bernama Zein itu dengan penuh senyuman.

"Zein kelas berapa, Nak? Kok belum masuk kelas?" tanya Davira yang hendak memasuki kelasnya beberapa saat itu. Ia berjongkok demi menyeimbangkan pandangannya dengan anak kecil bernama Zein itu.

Zein tampak berpikir sambil memegang erat tas jinjing makan siangnya. Sementara itu, seorang pria tampak melirik ke sana ke mari, mencari keberadaan sang putra semata wayangnya yang baru saja mendaftar di Kinder School ini.

Saat eksistensi anaknya terlihat, ia lantas berteriak. "Zein!" Sambil berlari kecil menghampiri sang putra semata wayangnya.

Baik Zein maupun Davira sama-sama langsung menoleh. Menatap sesosok pria yang tinggi tegap di hadapan mereka.

"Papa!" sahut Zein senang melihat sang ayah menghampirinya. Davira berdiri dan sedikit menundukkan kepalanya saat pria itu berdiri beberapa langkah di hadapannya. Kavindra juga melakukan hal yang sama dengan sedikit perasaan canggung.

Kavindra membaca name tag yang terpasang di sebelah kanan hijab Davira. "Maaf, Miss Davira. Ini putra saya, Zein Al-Malik. This is his first day school, dia terlalu bersemangat sampai lari-lari di koridor," kata Kavindra memperkenalkan diri dan alasan mengapa Zein berada di sini.

Davira tersenyum. "Ah! Pantas saja saya baru melihatnya," kata Davira menanggapi dengan tersenyum sungkan. Zein yang berada di antara mereka tampak memandangi kedua orang dewasa itu bergantian.

"Maaf, Pak?"

"Kavindra, Miss."

Keduanya tampak bercengkrama selama beberapa saat.

"Cocok," gumam Zein sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali, menatap Kavindra dan Davira sekali lagi.

"Mohon bantuannya untuk menjaga Zein, Miss. Zein seharusnya masuk kelas A1," jelas Kavindra yang sejak tadi bingung mencari-cari kelasnya Zein.

Pria tinggi tegap, bermata cokelat dengan pakaian rapi itu jelas bukan seorang pria yang memahami dunia anak-anak. Tapi hari ini ia dipaksa sang ibu untuk mengantar putra semata wayangnya itu bersekolah.

Davira memakluminya. "Wah, kalau begitu Zein masuk kelasnya Miss Dav ... Zein pasti senang banget ya hari ini?" tanya Davira berpaling pada Zein, ia mengingat tadi Zein berlari-lari kecil di koridor yang berakhir menabraknya.

Zein yang baru berusia empat tahun itu mengangguk beberapa kali, matanya yang kecil dan hidungnya yang mancung persis seperti Kavindra tampak menggemaskan di mata Davira.

Kavindra mengulum senyumnya. Kemudian, bel pertanda kelas dimulai pun berbunyi, menghentikan obrolan mereka. Davira cepat-cepat mengajak Zein untuk masuk ke kelas. Sedangkan Kavindra, setelah memastikan Zein masuk ke kelasnya, langsung melenggang pergi dari sana untuk kembali ke kantornya.

Davira tersenyum bahagia saat dua puluh lima anak berdiri serentak menyambutnya di dalam kelas. "Good Morning, Miss," kata mereka hampir bersamaan.

"Morning too ... Anak-anak ayo coba lihat. Kita kedatangan teman baru, lho!" seru Davira dengan antusias.

Beberapa anak muridnya terlihat berbisik-bisik, menanyakan kepada teman duduknya sendiri akan siapakah anak kecil yang berdiri di samping guru mereka itu.

"Zein, teman-teman pasti mau tahu, so let introduce yourself, bisa?" pinta Davira dengan wajah berbinar.

Zein mengangguk kecil dan melangkah ke depan kelas dengan berani. "Hello everyone!" sapanya yang langsung disambut meriah.

Beberapa anak bahkan sampai berteriak kecil meja dan bertepuk tangan saking senangnya dengan kehadiran Zein.

"Namaku Zein Al-Malik Danishwala. Call me, Zein. Only Zein, okay? Sekarang usiaku 4 tahun 11 bulan. Nice to meet you," kata Zein dengan campuran bahasa Inggris yang cukup fasih. Ia tersenyum sambil melambaikan tangannya ke depan kelas.

Tepuk tangan kembali menggema di udara, pertanda bahwa anak-anak itu terkesan dengan Zein.

"Terima kasih, Zein. Nanti Zein bisa kenalan sama teman-teman yang lain, ya. Sekarang Zein boleh duduk dulu di sana," ujar Davira menunjuk sebuah kursi kosong di bagian depan sebelah kanan. Zein mengangguk dan berjalan ke arah mejanya sendiri.

Kemudian, Davira berjalan ke depan. Bertanya apa kabar, bernyanyi sebagai pembuka kelas hari itu dan memulai pelajaran seperti biasa.

Anak-anak di Kinder School bukanlah anak-anak biasa. Mayoritas yang bersekolah di Kinder School merupakan anak-anak konglomerat dengan didikan tinggi dan ketat sejak kecil.

Kinder School sendiri adalah lembaga pendidikan anak pra-sekolah dengan menerapkan sistem pendidikan ala Eropa yang metode pembelajarannya mengikuti kurikulum internasional.

Kinder School tidak hanya berfokus pada materi dasar akademik, tetapi juga sangat tertuju pada pembelajaran berdiferensiasi, pengembangan karakter, leadership, etika-etika dasar, kursus wajib dan bahasa.

Maka, tak heran jika anak-anak di Kinder School lebih unggul dan lebih fasih berbahasa Inggris. Di setiap kelas, Kinder School menerapkan aturan billingual area yang mewajibkan tiap anak untuk berkomunikasi dalam dua bahasa. Indonesia dan Inggris.

Davira tersenyum bahagia saat anak-anak didiknya dengan antusias belajar dan aktif bertanya. Baginya, melihat anak-anak yang tersenyum ceria dan bersenda gurau seperti yang dilihatnya sekarang bisa sedikit mengobati luka hatinya.

Tiba-tiba, di tengah-tengah pelajaran menggambar mereka, Zein datang ke hadapannya. "Miss!" panggil anak kecil bermata cokelat itu setengah berbisik.

"Iya, Zein. Ada yang bisa Miss bantu?" tanya Davira setengah membungkuk.

"No, Miss. Zein a genius kid, Zein bisa sendiri," gumam Zein lucu. Satu tangannya menunjukkan hasil kerjanya barusan. "Lihat! Bagus, kan!" katanya seraya tersenyum lebar.

Davira terkekeh karena tingkahnya. "Lalu, Zein mau apa kalau gitu?" tanyanya lagi penasaran. Menurutnya, Zein lebih lucu dibanding anak seusianya.

Alih-alih bertanya atau meminta bantuan, Zein justru secara terang-terangan memberitahu hasil kerjanya dan memuji dirinya sendiri.

"Zein punya permintaan. Tapi Miss keberatan tidak?" tanya Zein ragu-ragu. Davira mengangguk singkat.

"Nggak, dong, Zein. Apa ada yang bisa Miss bantu untuk Zein?" tanya Davira, membuat Zein mengembangkan senyumnya kian lebar hingga menampilkan deretan giginya yang rapi dan putih.

"Please be my mom, Miss!" pinta Zein tanpa ragu-ragu lagi, matanya terbelak indah. Pernyataan Zein yang tiba-tiba itu sontak saja membuat Davira terkejut dan langsung menegakkan punggungnya.

"Zein bilang apa tadi, Nak?" tanya Davira masih tak percaya dengan yang didengarnya.

"Miss Dav sangat cocok sama papa Zein. Kenapa Miss tidak jadi ibunya Zein?" tanya Zein dengan polosnya. Kemudian, secara spontan, Zein memeluk Davira dengan erat.

Sejak kecil, Zein tidak memiliki ibu, membuat anak sekecil itu tumbuh tanpa tahu bagaimana hangatnya pelukan ibu. Dan kini, saat ia memeluk Davira. Zein merasakan kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Davira tidak tahu apa yang terjadi dengan anak muridnya yang satu itu, tapi melihat Zein memeluknya dengan erat, tangan lembut Davira pun mulai mengusap punggung Zein seperti seorang ibu.

"Zein? Zein tidak apa-apa, Nak?" tanya Davira lembut, merasakan bahu Zein yang bergetar.

Terpopuler

Comments

Ñůŕšý

Ñůŕšý

Wah Zein jadi mak comcomlang nih....kira2 miss mau ga ya?

2025-02-26

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Apa ibunya sudah meninggal?

2025-02-18

1

🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

🦆͜͡⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᏦ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Wah-wah si Zein mau jodohin Papa nya ya, anak-anak itu perasaan nya kuat bisa membedakan yang baik dan buruk

2025-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!