Chapter 13

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘈𝘭𝘪𝘯 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨?"

Skala bergumam saat melewati ruangan Alinea yang masih kosong tak berpenghuni. Tidak biasanya Alinea terlambat. Sebelum Skala datang, wanita cantik itu biasanya sudah berada di ruangannya lebih dulu.

Sudah setengah jam berlalu, namun Alinea belum terlihat juga batang hidungnya. Skala beberapa kali melihat jam yang melingkar di tangannya, namun belum ada tanda-tanda kedatangan sekertarisnya itu.

Tiba-tiba Skala merasa khawatir, pria itu mengambil ponsel di saku jasnya, berniat untuk menghubungi Alinea. Namun tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu membuat Skala mengurungkan niatnya untuk menghubungi Alinea.

"Kamu dari mana saja?" Tanpa sengaja, Skala meninggikan intonasinya pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.

Seseorang yang ternyata Alinea itu terkejut saat Skala tiba-tiba membentaknya. Melihat keterkejutan diwajah wanita cantik itu, Skala pun meminta maaf karena tidak sengaja membentak wanitanya itu.

"Maaf, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku cuma khawatir karena kamu tidak biasanya telat seperti ini," ucap Skala. Pria itu menatap penuh sesal pada Alinea.

Alinea tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Seharusnya aku yang minta maaf, Pak. Aku---"

"Tidak apa-apa, yang penting kamu baik-baik saja," ucap Skala menyela ucapan Alinea.

Alinea menatap sendu pada Skala yang juga sedang menatapnya. Pandangan keduanya beradu selama beberapa saat, sebelum akhirnya Alinea memutuskan lebih dahulu pandangannya.

"Aku mau menyerahkan ini, Pak." Alinea menyerahkan sebuah map pada Skala, yang di sambut langsung oleh pria tampan itu.

Skala menatap sekilas pada Alinea sebelum kemudian membuka map tersebut. Pria itu menatap tajam Alinea setelah membaca isi map tersebut.

"Maksudnya apa, Al? Kamu mau resign, kenapa?"

Skala menggenggam erat tangan Alinea, pria itu begitu takut jika Alinea pergi lagi dari hidupnya. Apalagi Alinea yang sudah menyerahkan surat pengunduran dirinya, itu artinya Alinea memang berniat pergi darinya.

"Aku ingin fokus menyelesaikan masalahku."

Alinea menundukkan pandangannya. Sebisa mungkin wanita cantik itu menghindar saat bertatapan langsung dengan Skala. Alinea takut akan goyah kembali jika bertatapan dengan pria di depannya itu.

"Jangan berbohong! Aku tahu bukan itu alasanmu sebenarnya."

Skala sangat memahami Alinea. Wanita cantik itu tidak akan berani menatap lawan bicaranya jika sedang berbohong atau menyembunyikan sesuatu. Dan sejak dari kedatangannya, wanita cantik itu terus menunduk. Hanya sesekali saja Dia menatap Skala, dan itu pun diam-diam.

Skala bangun dari kursi kebesarannya, pria itu berjalan menghampiri Alinea yang berdiri di depannya. Tangannya terulur memegang tangan Alinea, lalu membawa wanita itu duduk di sofa.

"Katakan! Kenapa kamu ingin pergi dariku?"

Alinea reflek menatap wajah pria yang duduk di sampingnya. Wanita cantik itu mengerutkan keningnya, "𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘴𝘶𝘥𝘯𝘺𝘢, 𝘢𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢?"

"Aku tahu, masalahmu hanya kamu jadikan alasan. Sebenarnya kamu ingin pergi dariku, kan?" Melihat Alinea yang terlihat kebingungan, Skala kembali mengulang pertanyaannya. "Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" Ucap Skala penuh penekanan.

Cup

Entah mendapat keberanian dari mana, Skala tiba-tiba mengecup sekilas bibir Alinea yang sangat menggemaskan itu. "𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢! 𝘈𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘸𝘢𝘳𝘢𝘴, 𝘚𝘬𝘢𝘭𝘢?" Skala merutuki kebodohannya sendiri karena sudah lancang mencium Alinea. "𝘈𝘭𝘪𝘯 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘳𝘢𝘩, 𝘥𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪𝘬𝘶."

Sementara itu, apa yang Skala lakukan barusan berhasil membuat jantung Alinea berdebar semakin kencang dan tak menentu. Wanita itu berulangkali mengerjapkan matanya, mencoba menetralkan kekacauan hatinya yang disebabkan oleh Skala.

"Kak, jangan membuatku semakin merasa bersalah!"

Skala tidak mengerti maksud ucapan Alinea. 𝘔𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩? Kenapa wanita cantik itu merasa bersalah, pikirnya.

"Maksudmu apa, Al? Merasa bersalah kenapa?"

"Aku merasa bersalah karena mempunyai perasaan yang tidak seharusnya padamu, Kak. Maaf..." Lirihnya. "Aku merasa sudah menyakiti hati istrimu, dan mungkin anakmu juga."

Alinea memalingkan pandangannya dari Skala yang tengah menatapnya intens. Wanita cantik itu merasa seperti orang jahat, orang yang sangat buruk karena tidak sengaja sudah menyakiti hati wanita lainnya.

"Jadi...." Skala mulai paham dengan apa yang Alinea ucapkan, pria itu ingin memastikan apa yang dipikirkannya sama dengan maksud ucapan Alinea. "Apa kamu memiliki perasaan yang sama denganku, Al?"

Skala menggenggam kedua tangan Alinea, pria tampan itu berharap apa yang dirasakannya sama dengan apa yang Alinea rasakan. Walaupun Skala sangat yakin Alinea juga merasakan hal yang sama, namun Skala ingin wanita cantik itu mengatakannya sendiri dan jujur dengan perasaannya.

"Maaf..."

Skala menghembuskan napasnya. Skala tidak suka mendengar kata maaf yang keluar dari mulut Alinea. "Berhenti minta maaf, Al! Kamu tidak salah. Kamu---"

"Tidak salah kamu bilang? Aku mencintai pria yang sudah memiliki istri, dan kamu bilang tidak salah?"

"Aku tidak memiliki istri, Al."

"Hah? Maksudmu?"

Pletak

Skala menyentil pelan kening Alinea. Pria itu tersenyum melihat wajah terkejut Alinea yang terlihat sangat menggemaskan. "Aku sudah berpisah dengan Kaira 2 tahun yang lalu."

Ada rasa senang dalam hati Alinea karena ternyata Skala tidak terikat dengan wanita manapun. Artinya, Alinea tidak menyakiti siapapun dengan dirinya yang menaruh rasa pada Skala.

Namun perasaan senang itu berganti dengan perasaan suram mengingat justru dirinya yang masih terikat dengan Diksi Galenio.

"Tetap saja tidak mungkin, Kak. Perasaan ini tetap salah!"

"Kenapa? Apa karena aku seorang duda?"

Skala menganggap status dudanya lah yang Alinea permasalahkan. Pria itu pikir Alinea tidak mau dengannya karena dirinya seorang duda.

Alinea menggelengkan kepalanya. Kemudian menunjukkan cincin yang terpasang di jari manisnya. "Aku masih istri Mas Galen."

Skala menghembuskan napasnya pelan, pria itu merasa lega karena bukan status dudanya yang Alinea takutkan, tetapi statusnya yang masih istri Diksi Galenio yang menjadi penghalangnya.

"Kalau itu yang kamu khawatirkan, kamu tenang saja. Serahkan saja padaku!" Skala tersenyum smirk. Pria tampan itu sudah memiliki cara untuk membuat wanitanya segera berpisah dengan suaminya. "𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩. 𝘓𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢, 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 3 𝘩𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘦𝘤𝘶𝘵 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘴𝘢𝘩."

...----------------...

"Pagi, Baby." Ucap seorang pria saat melihat pergerakan wanitanya.

Ruby membuka matanya, bibirnya tersungging melihat pria yang sepanjang malam menggempur nya itu tersenyum menyambutnya. "Pagi, Dad."

Ruby bangun lalu duduk sambil menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang. Tanpa sengaja selimut yang menutupi tubuhnya yang masih polos itu tersingkap, membuat bagian atas tubuh Ruby terpampang nyata di depan prianya.

"Kamu sengaja menggodaku, Baby?" Ucap pria itu sambil menatap dua gundukan Ruby yang sangat menggoda.

Ruby mengernyitkan keningnya, namun tatapannya mengikuti kemana arah tatapan sang pria. Ruby semakin menggoda sang pria dengan menyentuh gundukan nya itu dengan tangannya. Dan gerakan tangan Ruby itu terlihat sangat sensual di mata pria itu, membuat sang pria tidak tahan untuk menerkamnya.

"Kamu menantang ku, Baby?"

Hap

𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥

🫣🫣🫣

Terpopuler

Comments

ora

ora

Kalau duda nya, duda keren mah nggak masalah kali, Ska/Slight//Slight//Facepalm/

2025-03-01

1

Rita

Rita

galen oh galen kasihan skli kmu

2025-03-01

1

ora

ora

/Facepalm//Facepalm/Haduh, kan. Skala sih ...

2025-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!