20. Evan Patah Hati

"Apa maksud kamu, saya sebentar lagi akan punya cucu?" William bertanya penuh selidik.

Violet langsung mengatupkan bibir dan memalingkan wajah, sadar kalau ia telah salah bicara. "Bukan apa-apa kok, Om."

"Bukan apa-apa gimana? Purple, jujur sama saya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kamu tahu sesuatu soal hubungan Evan dengan pacarnya?"

Violet menatap William dengan ekspresi sedikit ketakutan. "Om tanya aja langsung sama Kak Evan."

Kening William semakin berkerut. "Berarti memang ada sesuatu, ya?"

"Tapi—!" Violet buru-buru menahan lengan William dan menatapnya dengan memohon. "Tolong jangan marahin Kak Evan, Om."

"Tergantung kesalahan dia apa nanti," sahut William datar.

"Please, Om, jangan… Aku nggak tega kalau sampai Kak Evan sedih," pinta Violet dengan suara memelas.

William mendecak, "Ck, kamu tuh mikirin Evan doang. Sekali-kali mikirin saya, kenapa?"

"Apa, Om?" tanya Violet dengan mata berkaca-kaca.

William yang melihat penampilan kacau Violet hanya bisa menghela napas panjang. Ia tak tega mengomeli gadis itu sekarang, jadi ia pun menghidupkan mesin mobil.

"Wajah kamu kelihatan jelek banget sekarang, jadi lebih baik langsung pulang aja."

Alis Violet bertaut. Ia buru-buru membuka cermin di dashboard atas. Matanya terbelalak saat melihat pantulan dirinya. "Ya ampun! Kenapa muka aku jadi kayak gini?!"

William menyeringai mencibir. "Emang bentukan aslinya kayak gitu kali."

Violet langsung melayangkan tatapan tajam. "Om, jangan godain aku terus dong! Nanti aku nangis lagi!"

"Astaga, nggak, nggak! Kamu masih cantik kok. Udah, jangan nangis lagi, nanti gendang telinga saya pecah." William menghela napas lalu menancap gas, meninggalkan area itu.

"Loh, Pak? Pak! Kok saya ditinggal?! Tunggu!"

Sementara itu, sekretaris William yang baru kembali dari supermarket terperanjat saat melihat mobil bosnya sudah melaju pergi. Ia mencoba berteriak-teriak sambil mengejar, tapi sia-sia.

"Bos kampret…" umpat sekretaris itu dengan suara tertahan.

...----------------...

Saat sore menjelang, festival akhirnya usai. Evan dan teman-temannya keluar dari area acara sambil mengobrol dan tertawa puas, merasa senang karena penampilan mereka hari ini sangat memuaskan.

"Ketemu besok lagi ya, bro!" kata Evan sambil melambaikan tangan pada teman-temannya sebelum mereka berpisah.

Tiin!

Saat berjalan menuju tempat parkir, Evan terkejut mendengar suara klakson dari belakangnya. Ketika menoleh, ia melihat William duduk di balik kemudi mobilnya.

"Papa?" Evan bertanya heran sambil menghampiri. "Papa kok bisa ada di sini?"

"Kebetulan lewat," jawab William dengan santai, menggunakan alasan andalannya. "Ayo makan bareng Papa, ada yang mau Papa bicarakan."

Evan terdiam sejenak, sedikit bingung dengan nada serius ayahnya. "Ya udah, Pa. Tapi aku bawa mobilku sendiri, ya?"

"Oke," William mengangguk, lalu menunggu hingga putranya masuk ke mobil sebelum mereka melaju menuju restoran.

...----------------...

Ayah dan anak itu memilih makan di sebuah restoran Cina. Setelah makanan habis, William akhirnya membuka pembicaraan.

"Bagaimana konsernya tadi? Lancar?" tanyanya, mencoba berbasa-basi.

Evan agak terkejut karena tidak menyangka William akan menanyakan hal itu. Sejauh yang ia tahu, ayahnya sangat tidak suka ia bergabung dengan band, menganggap kalau hal itu hanya membuang-buang waktu.

"Lancar, Pa," jawab Evan bersemangat. "Papa tahu nggak? Tiketnya sampai sold out, loh. Padahal kata penyelenggara acara, mereka sudah menambah kuota dua kali lipat dibandingkan festival sebelumnya, tapi semua tiketnya sudah habis dibeli fans kami." ceritanya dengan bangga.

"Papa tahu," ujar William sambil mengangguk-angguk.

Kening Evan berkerut. "Hah? Kok Papa bisa tahu? Papa kan nggak datang ke festival."

"Eh?" William terhenyak, sadar kalau ia keceplosan. Dengan cepat, ia mengalihkan topik supaya Evan tidak curiga. "Yah, Papa dengar-dengar aja dari orang-orang," kilahnya. Tentu saja, mana mungkin ia bilang kalau sebenarnya tadi datang ke sana demi mengawasi Violet?

Evan tersenyum. Ia sudah terlanjur senang melihat ayahnya tampak mulai perhatian dengan hobinya, jadi ia tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. "Papa tenang aja, ya. Meskipun aku ngeband, aku bisa jamin kalau IPK-ku nggak bakal turun dan aku tetap bisa lulus tepat waktu sesuai perintah Papa."

"Yah, kita lihat saja nanti," William mengangkat bahu. "Tapi jangan sampai kamu tiba-tiba menikah gara-gara pacarmu kebobolan duluan."

Evan terdiam sejenak. "Maksud Papa?"

William meletakkan sendok dessert-nya dan menatap putranya serius. "Evan, kamu ingat apa yang pernah Papa bilang waktu kamu mulai pacaran?"

Evan mengangguk. "Jangan melebihi batas. Kalau kamu mencintai pacarmu, jangan merusaknya," ucapnya, menirukan nasihat ayahnya dulu.

"Bagus kalau kamu ingat." William mengangguk puas. "Dan kamu yakin sudah menuruti ucapan Papa?"

"Tentu saja. Papa bisa tanya langsung ke pacarku. Kami nggak pernah aneh-aneh, Pa," jawab Evan yakin.

William menatap putranya penuh selidik. "Yakin?"

Evan tampak sedikit salah tingkah. "Ya… jujur aja, Pa. Aku juga nggak sesuci itu sih. Aku dan Nana memang sering ciuman, pegangan tangan, atau sekadar meraba-raba. Tapi hanya sebatas itu, nggak pernah lebih."

William masih menatapnya tajam. "Yakin nggak pernah sekalipun kamu khilaf?"

"Yakin, Pa. Papa tahu kan kalau aku nggak bisa minum alkohol karena nggak suka baunya? Jadi bisa dipastikan aku selalu dalam keadaan sadar dan nggak pernah sekalipun menyentuh Nana dengan berlebihan," jelas Evan. "Memangnya kenapa Papa tiba-tiba nanya begini?"

William tidak langsung menjawab. Ia meminum jusnya lebih dulu sebelum berkata, "Papa cuma ingin memastikan. Kita sudah lama tinggal terpisah, jadi Papa mau tahu apakah kamu masih ingat ajaran Papa."

"Tentu saja aku masih ingat," Evan menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kenapa? Papa nggak percaya sama aku?"

"Papa sih percaya sama kamu, Evan," jawab William. "Tapi, mungkin kamu perlu tanya ke pacarmu."

Punggung Evan langsung tegak. "Maksud Papa?"

"Coba tanyakan saja ke dia."

"Pa, maksud Papa apa sih?"

"Nggak ada salahnya bertanya untuk memastikan kepercayaan, kan? Papa juga ingin tahu apakah perempuan yang kamu pacari sekarang memang layak jadi istrimu kelak."

"Pa! Papa menganggap pacarku nggak layak?!" Evan yang kesal langsung menggebrak meja.

"Bukan itu maksud Papa."

Wajah Evan sudah memerah. "Aku kira Papa sudah berubah! Ternyata sama saja! Papa masih nggak suka dengan semua pilihanku!"

Tanpa menunggu jawaban, Evan bangkit dari kursinya dan langsung keluar dari ruangan itu, membanting pintu dengan keras.

William hanya bisa menghela napas panjang.

...----------------...

Evan melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Kata-kata ayahnya tadi masih terngiang di kepalanya, membuat amarahnya semakin membara.

"Apa yang Papa tahu soal Nana, hah? Kami sudah pacaran selama empat tahun, dan Nana itu beda dari cewek lain! Dia nggak pernah aneh-aneh! Huh, Papa memang cuma nggak suka sama semua pilihanku!" cercanya kesal.

Tujuannya kini adalah apartemen Nana, kekasihnya. Ia memarkir mobil di depan gedung apartemen mewah tempat Nana tinggal, sebuah unit yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun Nana beberapa waktu lalu.

Evan melangkah masuk ke dalam gedung dengan tangan menggenggam erat sebuah kotak cincin. Sebenarnya, akhir-akhir ini Nana sering mendesaknya untuk segera menikah. Sayangnya, Evan merasa belum siap karena mereka masih kuliah dan belum memiliki pekerjaan tetap. Namun, setelah kemarin skripsinya di-ACC dan kafe yang ia kelola sejak awal kuliah mulai menghasilkan omzet yang stabil, ia akhirnya mantap untuk melamar Nana.

Sebenarnya, ia ingin melamar tadi saat konser, tapi sayangnya, Nana pamit lebih dulu karena merasa kurang enak badan.

Dengan hati berbunga-bunga, Evan sampai di depan pintu apartemen Nana. Ia tidak menekan bel, melainkan langsung memasukkan password apartemen untuk memberikan kejutan. Namun, saat masuk ke dalam, justru pemandangan yang mengejutkan menyambutnya.

Di depan pintu, ada sepasang sepatu pria.

Tatapan Evan turun, dan ia melihat jejak pakaian berserakan di lantai. Celana, kaus, pakaian dalam, semua tercecer, membentuk jalur menuju kamar. Jantungnya berdebar semakin cepat.

Dengan langkah berat, ia mengikuti jejak itu hingga ke depan kamar.

"Ahh... ahhh... aku udah nggak tahan, Roy..."

Terdengar suara desahan penuh kenikmatan dari dalam kamar.

"F—! Punyamu sempit banget, Nana!"

Dunia Evan seakan berhenti berputar.

Dengan tangan gemetar dan napas memburu, ia meraih gagang pintu. Dalam satu hentakan kuat, ia membuka pintu kamar.

Mata Evan terbelalak.

Pemandangan di depannya menghantam hatinya dengan keras, menghancurkannya hingga berkeping-keping.

Terpopuler

Comments

mery harwati

mery harwati

Hoorrreee aq kok bahagia ya Evan akhirnya bisa bersaing sehat dengan William? 🤣 Eh..gimana ya ini konsepnya, hadeuh🤭 kan Violet tergila gila pada Evan, Evan tergila gila pada Nana, William termehek mehek pada Violet gegara jampi²😃
Apakah Violet akhir tetep mengejar Evan setelah tau kandasnya Evan & Nana?
Atw kah William juga tetep terbayang bayang Purple & menjadikan istri?
Aahh tak sabar hati liat up episode selanjutnya 💪❤️
Aq kasih vote bwt William biar semangat mengejar Purple 🤣

2025-02-26

2

Aisyah Ranni

Aisyah Ranni

Wahh dasar buaya betina buntung nih si Nana ....matre minta ini itu sm Evan,gak tau manfaatin doang dan ternyata selingkuh sm personil Bandny Evan.

2025-02-25

1

Nadilla Dilla

Nadilla Dilla

roy? itu temen band Evan bukan?
jahat banget , Uda selingkuh sama temennya Evan , minta nikahin sama Evan lagi?

2025-02-25

1

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gadis Cantik
2 2. Iklan
3 3. Salah Sasaran
4 4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5 5. Gadis Aneh
6 6. Purple
7 7. Nggak Kangen Aku, Om?
8 8. Ada Bayangmu
9 9. Tanggung Jawab!
10 10. Obat Penawar
11 11. Hari Pertama
12 12. Kemarahan William
13 13. Jatuh Cinta?
14 14. Aji Mumpung
15 15. Janji
16 16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17 17. Undangan dari Evan
18 18. Festival
19 19. Violet Patah Hati
20 20. Evan Patah Hati
21 21. Pergolakan
22 22. Klub Malam
23 23. Obat
24 24. Cowok Sempurna
25 25. Gelisah
26 26. Ketegangan
27 27. Kangen
28 28. Jangan Dekat-Dekat
29 29. Modus William
30 30. Keren
31 31. Ganteng
32 32. Malam
33 33. Kantor
34 34. Kesalahan Besar
35 35. Getaran Hati
36 36. Semakin Gila
37 37. Pacar Baru Evan
38 38. Galau
39 39. Tawaran Evan
40 40. Akhir
41 41. Rasa Yang Aneh
42 42. Hari-hari Setelahnya
43 43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44 44. Pengakuan
45 45. Kecurigaan Evan
46 46. Kena Kau
47 47. Mamah Muda
48 48. Mau Saya Temani Tidur?
49 49. Saingan
50 50. Mantan Istri William
51 51. Pacaran sama Om Om
52 52. Sayang~
53 53. Calon Anak
54 54. Tak Sabar
55 Pengumuman Tidak Update
56 55. Bahagia
57 56. Api Cemburu
58 57. Aku Nggak Cemburu!
59 58. Melampaui Batas
60 59. Hanya Kamu
61 60. Restu
62 61. Pertemuan Tak Terduga
63 62. Ditolak!
64 63. Rencana William
65 64. Harga Diri Seorang Suami
66 65. Damai
67 66. Persiapan William
68 67. Siasat William
69 68. I Love You
70 69. Nyamuk
71 70. Tukang Bully
72 71. Kencan Ekstrem
73 72. Ketahuan Deh!
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Si Gadis Cantik
2
2. Iklan
3
3. Salah Sasaran
4
4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5
5. Gadis Aneh
6
6. Purple
7
7. Nggak Kangen Aku, Om?
8
8. Ada Bayangmu
9
9. Tanggung Jawab!
10
10. Obat Penawar
11
11. Hari Pertama
12
12. Kemarahan William
13
13. Jatuh Cinta?
14
14. Aji Mumpung
15
15. Janji
16
16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17
17. Undangan dari Evan
18
18. Festival
19
19. Violet Patah Hati
20
20. Evan Patah Hati
21
21. Pergolakan
22
22. Klub Malam
23
23. Obat
24
24. Cowok Sempurna
25
25. Gelisah
26
26. Ketegangan
27
27. Kangen
28
28. Jangan Dekat-Dekat
29
29. Modus William
30
30. Keren
31
31. Ganteng
32
32. Malam
33
33. Kantor
34
34. Kesalahan Besar
35
35. Getaran Hati
36
36. Semakin Gila
37
37. Pacar Baru Evan
38
38. Galau
39
39. Tawaran Evan
40
40. Akhir
41
41. Rasa Yang Aneh
42
42. Hari-hari Setelahnya
43
43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44
44. Pengakuan
45
45. Kecurigaan Evan
46
46. Kena Kau
47
47. Mamah Muda
48
48. Mau Saya Temani Tidur?
49
49. Saingan
50
50. Mantan Istri William
51
51. Pacaran sama Om Om
52
52. Sayang~
53
53. Calon Anak
54
54. Tak Sabar
55
Pengumuman Tidak Update
56
55. Bahagia
57
56. Api Cemburu
58
57. Aku Nggak Cemburu!
59
58. Melampaui Batas
60
59. Hanya Kamu
61
60. Restu
62
61. Pertemuan Tak Terduga
63
62. Ditolak!
64
63. Rencana William
65
64. Harga Diri Seorang Suami
66
65. Damai
67
66. Persiapan William
68
67. Siasat William
69
68. I Love You
70
69. Nyamuk
71
70. Tukang Bully
72
71. Kencan Ekstrem
73
72. Ketahuan Deh!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!