19. Violet Patah Hati

Tangan Violet ditepis begitu saja oleh Nana. Namun, bukannya membalas dengan teriakan kesal atau protes, Violet justru terdiam. Lebih tepatnya, ia melongo.

Pikirannya berkecamuk. Test pack itu… milik siapa?

Jangan-jangan… itu milik Kak Nana?

Dan kalau memang begitu… berarti ayahnya adalah—

Secara refleks, Violet menoleh ke arah Evan yang sedang bersiap-siap.

Dadanya terasa sesak.

Hatinya remuk seketika.

Harapannya musnah dalam sekejap.

...----------------...

Sementara itu, William dan sekretarisnya masih tertahan di pintu masuk festival. Mereka dihadang oleh dua orang petugas.

"Anda tidak boleh masuk tanpa tiket, Pak," ujar salah satu petugas dengan tegas.

"Saya belum punya tiket. Bagaimana kalau saya beli di sini saja?" tanya William sambil merogoh kantongnya untuk mengambil dompet.

"Wah, nggak bisa, Pak. Pembelian tiket harus lewat aplikasi," jawab petugas.

"Oke, apa nama aplikasinya? Biar saya beli di sana," kata William, mulai tak sabar. Ia cukup terkejut karena festival ini ternyata berbayar. Tadinya, ia mengira ini konser gratis yang terbuka untuk umum.

Sang petugas menyebutkan nama aplikasinya, dan William segera menyenggol sekretarisnya. "Cepat, kamu download," perintahnya.

Sekretaris yang awalnya masih kebingungan langsung buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menuruti perintah sang bos. Namun, setelah beberapa lama berselancar di aplikasi itu, ia mengernyit. "Sepertinya tiketnya sudah sold out, Pak," katanya, menunjukkan layar ponselnya yang penuh dengan tanda merah.

"Masa sih?" William menatap layar itu dengan tidak percaya.

Petugas itu menimpali. "Iya, Pak. Soalnya hari ini ada penampilan band Sunday Reverie. Fansnya banyak karena pemainnya ganteng-ganteng, apalagi vokalisnya, Evander!"

William terbelalak. "Memangnya merkea seterkenal itu ya?"

"Bapak punya aplikasi TokTok nggak? Coba lihat deh, lagunya lagi viral di sana!"

William menghela napas panjang. Mana mungkin ia punya aplikasi itu di ponselnya? Meskipun media sosial penting bagi perusahaannya, William tidak pernah memiliki akun pribadi di platform mana pun.

"Kalau begitu, begini saja," katanya berusaha bernegosiasi. "Saya ini ayahnya Evander. Jadi, saya boleh masuk, kan?"

Kening petugas mengernyit. Ia menatap William dari atas ke bawah. "Bapak pasti cuma mengada-ada."

"Hei! Saya tidak mengada-ada! Saya benar-benar ayahnya Evan! Kamu nggak percaya?"

"Ada buktinya, Pak?"tanya si petugas.

"Tentu saja! Akan saya tunjukkan!" William dengan percaya diri membuka ponselnya dan mulai menggulir layar, mencari sesuatu yang bisa membuktikan ucapannya. Namun, setelah beberapa lama, ia terdiam. Tidak ada satu pun dokumen atau foto yang bisa membuktikan bahwa ia benar-benar ayah Evan.

"Kamu harus percaya! Saya sudah mengenal Evan sejak dia lahir ke dunia ini!"

Petugas itu menghela napas panjang. "Pak, meskipun wajah Anda mirip Evander, bukan berarti saya bisa langsung percaya. Siapa tahu Anda cuma ngaku-ngaku."

"Hei! Buat apa juga saya mengaku-ngaku jadi ayahnya?!"

"Banyak, Pak, yang ngelakuin itu. Tapi biasanya sih lebih sering yang ngaku jadi istrinya. Contohnya tuh," petugas menunjuk ke sisi kanan.

William dan sekretarisnya sontak menoleh ke arah yang ditunjuk.

"Gue tuh istrinya Evander! Lo nggak percaya?! Mau gue bawain surat kawin?!" teriak seorang perempuan kepada petugas lainnya.

"Maaf, tetap nggak bisa masuk kalau nggak ada tiket," jawab petugas dengan tegas.

"Heh! Gue laporin Evander lo!"

William dan sekretarisnya terbelalak. Ternyata memang benar-benar ada orang yang mengaku sebagai istri Evan. Masalahnya, jumlahnya bukan hanya satu orang. Ada lebih dari sepuluh perempuan yang berteriak-teriak di sana.

"Sejak kapan aku punya menantu sebanyak itu?" gumam William heran. Ia kembali menatap si petugas. "Jangan samakan saya dengan mereka. Saya akan telepon Evan sekarang supaya kamu percaya kalau saya nggak ngaku-ngaku."

"Silakan," kata petugas sambil mengangkat bahu.

William mendengus kesal dan segera menelepon nomor Evan. Tapi… tidak aktif.

"The f—! Anak itu ke mana sih?!" umpat William.

"Gimana, Pak? Bisa?" tanya petugas dengan nada mengejek.

Wajah William semakin memerah. Ia mencoba menelepon Evan lagi, tapi tetap tidak ada jawaban.

"Wah, kurang ajar betul bocah ini," keluhnya.

"Pak, Pak," sekretarisnya mencolek William. "Jadi kita bisa masuk nggak, Pak?"

"Shhh! Jangan berisik! Saya lagi fokus nih!" hardik William.

Sekretarisnya hanya bisa menghela napas panjang dan melihat sekeliling. Saat itu, tatapannya tertuju pada seorang wanita yang baru keluar dari area festival. Ia menyipitkan mata, mencoba mengenali sosok itu.

"Pak, itu bukannya keponakan Bapak yang kemarin?"

"Apa maksud kamu? Saya mana ada keponakan di sini," jawab William asal sambil terus mencoba menelepon Evan yang tidak juga aktif. "Haish, sialan."

"Loh, keponakan Bapak yang kemarin datang ke kantor kita, yang teriak-teriak itu, loh!" ujar sekretarisnya.

William langsung menoleh ke arah yang ditunjuk sekretarisnya dan terbelalak saat melihat Violet berdiri di sana dengan mata sembab.

"Purple!" panggilnya. Secepat kilat ia bergegas menghampiri gadis itu tanpa memedulikan sekretarisnya yang kebingungan.

"Loh, Pak? Mau ke mana? Katanya mau nonton festival!" Sekretarisnya berlari mengikuti dari belakang.

"Hei, Purple, kamu kenapa nangis?" tanya William saat sudah berada di depan Violet.

Violet, yang awalnya menunduk, mendongak saat mendengar suara William. Matanya membesar karena kaget. "Om? Kok bisa ada di sini?"

"Kebetulan lewat," jawab William asal. "Kamu kenapa? Kok malah keluar dari sana sambil nangis-nangis?" tanyanya khawatir.

Ditanya seperti itu, air mata Violet semakin deras. "Huwaaaa! Ommm!" Tangisnya pecah, dan ia langsung menghambur ke pelukan William.

...----------------...

Sampai di dalam mobil, Violet masih terus menangis histeris. William sampai kebingungan karena sudah hampir satu jam gadis itu belum juga berhenti.

"Psst, psst," William berbisik pada sekretarisnya yang berdiri di luar mobil.

"Iya, Pak?" Sekretarisnya dengan sigap mendekat.

"Kamu coba ke supermarket gih, cari sesuatu yang bisa bikin dia berhenti nangis," bisik William.

"Memangnya keponakan Bapak nangis kenapa?"

"Ya nggak tahu, orang dari tadi saya tanyain juga nggak jawab."

"Lah, terus saya harus cari apa, Pak?" tanya sekretarisnya, mulai frustasi.

"Ya, apa kek. Pokoknya yang bisa bikin perempuan berhenti nangis. Masa gitu aja nggak tahu sih kamu?" sergah William.

"Ya, tapi kan saya harus tahu penyebab nangisnya dulu biar bisa cari solusinya, Pak."

"Duh, cerewet banget sih kamu. Pokoknya kamu cari apa aja deh. Kalau tanya lagi, jatah cuti tahunan kamu saya potong!"

"Ya ampun, jangan dong, Pak," wajah sekretarisnya berubah memelas.

"Ya udah, sana pergi."

Dengan terpaksa dan masih kebingungan, sekretaris William pun meninggalkan mereka menuju supermarket.

Setelah sekretarisnya pergi, perhatian William kembali tertuju pada Violet yang masih menangis kencang. Jas mahalnya, yang ada di tangan Violet, kini sudah berubah fungsi menjadi lap air mata dan ingus. William hanya bisa pasrah melihat jasnya yang berharga ratusan juta itu kotor.

"Udahlah, Purple. Jangan nangis terus. Bilang dong sama saya, kamu kenapa?" tanyanya lembut. Efek air jampi-jampi itu membuatnya ikut merasa sesak saat melihat Violet menangis seperti ini.

Violet mengusap air matanya dengan jas William sambil terisak. "Mulai sekarang, aku mau menyerah mengejar Kak Evan, Om."

Dahi William berkerut, meskipun tanpa sadar bibirnya tersenyum lebar. Ia susah payah menahan diri agar tidak terlihat terlalu senang.

"Loh, kenapa?" tanyanya basa-basi.

"Aku sadar kalau aku nggak bisa meraih cintanya Kak Evan," jawab Violet, masih sambil terisak.

"Yes," bisik William, kesenangan.

Violet menoleh ke arahnya, dan pria itu langsung salah tingkah. "Eh, kenapa? Ada apa?"

Violet memanyunkan bibirnya. "Selamat ya, Om. Karena sebentar lagi Om bakal punya menantu dan cucu," katanya dengan suara parau.

Kening William berkerut. "Hah?"

Terpopuler

Comments

jiee💚

jiee💚

ya ampun om Wil malah kesenengan donk inget umur om takutnya Klo om sama si purple om udah jadi kakek "si purple masih kinyis-kinyis

2025-02-25

2

mery harwati

mery harwati

Waduh gimana ya nanti manggilnya? Mamcu, Nincu, Yangcu, aahhh pusing mikir panggilan antara Evan, Violet & calon cucu (klo bener itu benih Evan & Nana) 🤭

2025-02-26

1

HANA

HANA

Violet langsung laporan ke bapaknya Evan😂

2025-02-25

3

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gadis Cantik
2 2. Iklan
3 3. Salah Sasaran
4 4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5 5. Gadis Aneh
6 6. Purple
7 7. Nggak Kangen Aku, Om?
8 8. Ada Bayangmu
9 9. Tanggung Jawab!
10 10. Obat Penawar
11 11. Hari Pertama
12 12. Kemarahan William
13 13. Jatuh Cinta?
14 14. Aji Mumpung
15 15. Janji
16 16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17 17. Undangan dari Evan
18 18. Festival
19 19. Violet Patah Hati
20 20. Evan Patah Hati
21 21. Pergolakan
22 22. Klub Malam
23 23. Obat
24 24. Cowok Sempurna
25 25. Gelisah
26 26. Ketegangan
27 27. Kangen
28 28. Jangan Dekat-Dekat
29 29. Modus William
30 30. Keren
31 31. Ganteng
32 32. Malam
33 33. Kantor
34 34. Kesalahan Besar
35 35. Getaran Hati
36 36. Semakin Gila
37 37. Pacar Baru Evan
38 38. Galau
39 39. Tawaran Evan
40 40. Akhir
41 41. Rasa Yang Aneh
42 42. Hari-hari Setelahnya
43 43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44 44. Pengakuan
45 45. Kecurigaan Evan
46 46. Kena Kau
47 47. Mamah Muda
48 48. Mau Saya Temani Tidur?
49 49. Saingan
50 50. Mantan Istri William
51 51. Pacaran sama Om Om
52 52. Sayang~
53 53. Calon Anak
54 54. Tak Sabar
55 Pengumuman Tidak Update
56 55. Bahagia
57 56. Api Cemburu
58 57. Aku Nggak Cemburu!
59 58. Melampaui Batas
60 59. Hanya Kamu
61 60. Restu
62 61. Pertemuan Tak Terduga
63 62. Ditolak!
64 63. Rencana William
65 64. Harga Diri Seorang Suami
66 65. Damai
67 66. Persiapan William
68 67. Siasat William
69 68. I Love You
70 69. Nyamuk
71 70. Tukang Bully
72 71. Kencan Ekstrem
73 72. Ketahuan Deh!
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Si Gadis Cantik
2
2. Iklan
3
3. Salah Sasaran
4
4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5
5. Gadis Aneh
6
6. Purple
7
7. Nggak Kangen Aku, Om?
8
8. Ada Bayangmu
9
9. Tanggung Jawab!
10
10. Obat Penawar
11
11. Hari Pertama
12
12. Kemarahan William
13
13. Jatuh Cinta?
14
14. Aji Mumpung
15
15. Janji
16
16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17
17. Undangan dari Evan
18
18. Festival
19
19. Violet Patah Hati
20
20. Evan Patah Hati
21
21. Pergolakan
22
22. Klub Malam
23
23. Obat
24
24. Cowok Sempurna
25
25. Gelisah
26
26. Ketegangan
27
27. Kangen
28
28. Jangan Dekat-Dekat
29
29. Modus William
30
30. Keren
31
31. Ganteng
32
32. Malam
33
33. Kantor
34
34. Kesalahan Besar
35
35. Getaran Hati
36
36. Semakin Gila
37
37. Pacar Baru Evan
38
38. Galau
39
39. Tawaran Evan
40
40. Akhir
41
41. Rasa Yang Aneh
42
42. Hari-hari Setelahnya
43
43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44
44. Pengakuan
45
45. Kecurigaan Evan
46
46. Kena Kau
47
47. Mamah Muda
48
48. Mau Saya Temani Tidur?
49
49. Saingan
50
50. Mantan Istri William
51
51. Pacaran sama Om Om
52
52. Sayang~
53
53. Calon Anak
54
54. Tak Sabar
55
Pengumuman Tidak Update
56
55. Bahagia
57
56. Api Cemburu
58
57. Aku Nggak Cemburu!
59
58. Melampaui Batas
60
59. Hanya Kamu
61
60. Restu
62
61. Pertemuan Tak Terduga
63
62. Ditolak!
64
63. Rencana William
65
64. Harga Diri Seorang Suami
66
65. Damai
67
66. Persiapan William
68
67. Siasat William
69
68. I Love You
70
69. Nyamuk
71
70. Tukang Bully
72
71. Kencan Ekstrem
73
72. Ketahuan Deh!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!