7. Nggak Kangen Aku, Om?

"Terima kasih, ya... Purple."

Ucapan William membuat Evan dan Violet sontak mengernyitkan dahi.

"Pa! Kok Purple sih? Namanya Violet, bukan Purple!" protes Evan.

"Memangnya apa yang salah? Violet sama Purple kan artinya sama saja, sama-sama ungu! Kenapa hal seperti ini harus dipermasalahkan sih?" balas William tak mau kalah.

"Masalahnya, Papa mengubah nama orang sembarangan. Jelas itu salah!"

"Halah, banyak bicara kamu! Ayo cepat kita pergi, mau nginap di sini sampai pagi?!" William tampak enggan berdebat lebih lama dengan putranya dan memilih untuk segera pergi. Sementara itu, Violet hanya bisa mendengus kesal.

Dasar om-om rese! batinnya kesal.

Evan lalu menoleh ke arah Violet sebelum pergi. "Violet, kalau gitu aku sama Papa pamit dulu, ya. Kamu hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku, jangan sungkan."

Ekspresi kesal Violet seketika berubah menjadi senyum manis. "Iya, Kak. Kakak juga hati-hati di jalan ya," jawabnya dengan suara selembut mungkin.

"Byeee!" Evan melambaikan tangan, yang langsung dibalas oleh Violet.

Begitu Evan pergi, Violet tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia berteriak sekuat tenaga hingga membuat orang-orang di sekitarnya terkejut.

"Aaaaaa! Akhirnya aku bisa dapat kesempatan mendekati Kak Evan!"

Sementara itu, William yang baru melangkah keluar dari pintu utama rumah sakit mengernyitkan dahi.

"Kenapa, Pa?" tanya Evan heran.

"Kamu emangnya nggak dengar ada suara orang teriak-teriak?"

Evan menoleh ke kanan dan kiri. "Hah? Nggak tuh, Pa."

"Aneh banget, padahal suaranya kencang begitu. Kamu sudah mulai budeg ya?"

"Ya Tuhan, Papa! Masa aku bohong sih? Beneran aku nggak dengar apa-apa. Mungkin saja yang Papa dengar itu suara… hantu," ujar Evan setengah berbisik.

"Ah, ada-ada saja kamu. Mana ada hantu-hantuan di zaman modern begini," sahut William skeptis.

Evan hanya mengangkat bahu.

Mereka pun masuk ke dalam mobil. William menyandarkan punggungnya pada kursi penumpang, sesekali memijat hidungnya yang terasa sakit.

"Dasar, kurang ajar sekali gadis itu," Gumam William kesal. Ia lalu melirik Evan yang tengah menyetir dan bertanya, "Evan, kamu percaya pelet?"

"Hah?" Evan yang awalnya fokus ke jalan langsung menoleh ke arah ayahnya. "Kenapa tiba-tiba Papa nanya begitu?"

"Ya nggak apa-apa, nanya aja. Apa salahnya?" ujar William santai. "Kalau ada cewek yang kasih air jampi-jampi ke kamu dengan tujuan supaya kamu terpikat, gimana?"

"Hahahahaha!" bukannya menjawab, Evan malah tertawa terbahak-bahak. "Apaan sih, Pa? Random banget pertanyaannya! Kenapa tiba-tiba bahas pelet? Kepala Papa agak korslet ya setelah jatuh tadi?"

"Hey, Papa tuh serius!" decak William, merasa kesal karena ditertawakan putranya sendiri. "Soalnya ada orang yang memang percaya sama begituan."

"Orang itu pasti sudah tua, ya?" Evan terkekeh. "Papa, kita itu hidup di zaman modern. Kenapa masih percaya hal-hal klenik begitu? Kalau menurutku sih, pelet atau santet itu nggak ada. Semuanya cuma su-ges-ti."

William mengangguk-angguk. Benar, apa yang dikatakan Evan sesuai dengan pemikirannya selama ini. Tapi entah kenapa, sejak keluar dari rumah sakit tadi, William jadi kepikiran. Bagaimana kalau efek air jampi-jampi itu benar-benar bekerja padanya? Apa iya dirinya akan jatuh cinta pada seorang gadis kecil yang bahkan lebih muda dari anaknya?

"Hah, mana mungkin. Kamu pasti sudah gila, William," gumamnya sambil menggelengkan kepala kuat-kuat.

Evan meliriknya heran. "Kenapa, Pa? Papa pusing?"

"Nggak, Papa cuma agak ngantuk. Nanti bangunin pas udah sampai kantor, ya," kata William seraya memejamkan mata.

"Apa? Papa masih mau ngantor? Istirahat aja dulu, Pa! Papa baru keluar dari rumah sakit, loh!" Evan mengingatkan.

"Halah, kamu tuh lebay banget, seolah Papa sakit parah aja. Udah, nggak usah berisik. Nyetir yang benar aja, Papa mau tidur!"

Evan hanya bisa menghela napas panjang, pasrah karena tahu percuma melawan keras kepalanya sang ayah.

...----------------...

Sesampainya di kantor, Evan menoleh ke William. "Nanti kalau ada apa-apa, telepon aku ya, Pa."

"Hm… cerewet banget sih kamu," sahut William ketus. Tatapannya kemudian beralih ke ponsel Evan.

"Ada yang nelpon tuh."

Evan melirik ponselnya. Nama Honey tertera di layar. Ia segera mengangkatnya.

"Halo, Babe? Iya, aku abis nganterin Papa. Maaf ya nggak kabarin. Oh, kamu sudah selesai kelas? Oke, aku jemput sekarang. Jangan marah dong…"

William mendengus pelan lalu keluar dari mobil, tak ingin terlalu mencampuri urusan asmara putranya. Namun, tiba-tiba pikirannya teringat pada Violet.

Gimana kalau si Purple itu tahu Evan sudah punya pacar? Pasti dia sakit hati. Hahaha, tanpa sadar William tersenyum kecil. Namun, beberapa detik kemudian, ekspresinya berubah. Hei, kenapa aku harus memikirkan bocah itu? Ada-ada saja kau, William.

...----------------...

Begitu masuk kantor, William mendapati sekretarisnya sudah menunggunya dengan wajah cemas.

"Pak, kenapa Anda tidak bisa dihubungi?" Tanya pria itu pada William.

"Benarkah?" William merogoh saku jasnya dan menemukan ponselnya mati. "Sialan, ini pasti gara-gara ditubruk si Purple."

"Maaf, Pak?"

"Ah, tidak. Ponselku rusak. Tadi ada sedikit kecelakaan. Kenapa kamu menelepon? Ada sesuatu yang penting?"

"Ini tentang perusahaan kosmetik itu, Pak. Mereka menolak bernegosiasi."

Rahang William mengeras. "Kita bicarakan di dalam."

"Baik, Pak."

Sekretarisnya membukakan pintu, dan mereka berdua masuk untuk rapat.

Hingga malam harinya, William masih berkutat di kantor. Masalah perusahaan kosmetik itu belum juga selesai, membuatnya harus bekerja lembur. Penampilannya juga sudah terlihat berantakan dibanding sebelumnya. Dasi sudah ia lepas, dan dua kancing teratas kemejanya terbuka, memperlihatkan dadanya yang kekar dan bidang. Tangannya yang berurat memegang berkas, sementara tangan lainnya memijat pelipisnya.

Tak berselang lama, terdengar ketukan di pintu.

"Masuk!"

Pintu terbuka, dan suara langkah high heels terdengar. Sebuah tangan terulur, meletakkan secangkir kopi di mejanya William.

"Silahkan diminum kopinya om," terdengar suara manja seorang gadis.

William sontak mengernyitkan dahi. Om? Sejak kapan panggilan karyawan padaku berubah? Ia mendongakkan kepala dan terbelalak saat melihat sosok violet berada di depannya.

"Purple? Apa yang kamu lakukan di sini?"

Violet tidak menjawab, hanya tersenyum menggoda, lalu mendekati william. Dengan manja, gadis itu duduk di pangkuan William.

"Om, ngga kangen sama aku?" tanya gadis itu sambil melingkarkan tangannya ke leher William.

"Apa? Tunggu, bagaimana kamu bisa masuk ke sini? Satpam! Satpam! Ada penyusup di sini!" Teriak William.

"Ih, om kok jahat gitu sih sama aku?" Bibir violet tampak cemberut. "Aku kan dateng kesini demi ketemu sama om," Katanya sambil memainkan jarinya di dada William.

"Sebenarnya, apa yang kamu lakukan, hah?" William menggeram marah dan meraih kedua bahu violet. Tapi bukannya takut, gadis itu malah meraih salah satu tangan William dan membawanya ke dadanya.

"Om, mau ngerasain punyaku? Punyaku gede loh Om,"

William terbelalak. Ia sebenarnya ingin menolak, tapi entah kenapa ia seperti tak memiliki kekuatan. Jantungnya berdegup kencang saat angannya terus bergerak ke dada violet yang besar, dan pada saat tangannya sudah mendarat di sana, tiba-tiba matanya terbuka.

"F*ckkkk!!!" Umpat William saat menyadari kalau ia barusan bermimpi mesum. Lebih kesal lagi saat menyadari celananya sudah basah. "Kamu gila, William!"

Terpopuler

Comments

mery harwati

mery harwati

Purple binti Sugesti sudah bereaksi😀
Selamat berinteraksi dengan sugesti ya Willi, wkwk
Semoga Purple & Willi menjadi pasangan yang abadi 🤭💪

2025-02-19

2

Azahra Rahma

Azahra Rahma

fiks ini jampi² air mata nyi Roro kidulnya manjur ya,,aku mau ikutan beli ah,,

2025-02-23

2

Kusii Yaati

Kusii Yaati

blais ke vi jampi jampi ne wes bereaksi... siap2 di tempeli William terus 😂😂😂

2025-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gadis Cantik
2 2. Iklan
3 3. Salah Sasaran
4 4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5 5. Gadis Aneh
6 6. Purple
7 7. Nggak Kangen Aku, Om?
8 8. Ada Bayangmu
9 9. Tanggung Jawab!
10 10. Obat Penawar
11 11. Hari Pertama
12 12. Kemarahan William
13 13. Jatuh Cinta?
14 14. Aji Mumpung
15 15. Janji
16 16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17 17. Undangan dari Evan
18 18. Festival
19 19. Violet Patah Hati
20 20. Evan Patah Hati
21 21. Pergolakan
22 22. Klub Malam
23 23. Obat
24 24. Cowok Sempurna
25 25. Gelisah
26 26. Ketegangan
27 27. Kangen
28 28. Jangan Dekat-Dekat
29 29. Modus William
30 30. Keren
31 31. Ganteng
32 32. Malam
33 33. Kantor
34 34. Kesalahan Besar
35 35. Getaran Hati
36 36. Semakin Gila
37 37. Pacar Baru Evan
38 38. Galau
39 39. Tawaran Evan
40 40. Akhir
41 41. Rasa Yang Aneh
42 42. Hari-hari Setelahnya
43 43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44 44. Pengakuan
45 45. Kecurigaan Evan
46 46. Kena Kau
47 47. Mamah Muda
48 48. Mau Saya Temani Tidur?
49 49. Saingan
50 50. Mantan Istri William
51 51. Pacaran sama Om Om
52 52. Sayang~
53 53. Calon Anak
54 54. Tak Sabar
55 Pengumuman Tidak Update
56 55. Bahagia
57 56. Api Cemburu
58 57. Aku Nggak Cemburu!
59 58. Melampaui Batas
60 59. Hanya Kamu
61 60. Restu
62 61. Pertemuan Tak Terduga
63 62. Ditolak!
64 63. Rencana William
65 64. Harga Diri Seorang Suami
66 65. Damai
67 66. Persiapan William
68 67. Siasat William
69 68. I Love You
70 69. Nyamuk
71 70. Tukang Bully
72 71. Kencan Ekstrem
73 72. Ketahuan Deh!
74 73. Dua Kosong
75 74. Licik
76 75. Kerja
77 76. Laporan Sampah
78 77. Salah Strategi
79 78. Kesal Sendiri
80 79. PMS
81 80. Ketahuan!
82 81. Perhatian Felix
83 TOLONG BANTU REPORT!
84 82. Terpojok
85 83. Pengakuan Indah
86 84. Dia Calon Istriku
Episodes

Updated 86 Episodes

1
1. Si Gadis Cantik
2
2. Iklan
3
3. Salah Sasaran
4
4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5
5. Gadis Aneh
6
6. Purple
7
7. Nggak Kangen Aku, Om?
8
8. Ada Bayangmu
9
9. Tanggung Jawab!
10
10. Obat Penawar
11
11. Hari Pertama
12
12. Kemarahan William
13
13. Jatuh Cinta?
14
14. Aji Mumpung
15
15. Janji
16
16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17
17. Undangan dari Evan
18
18. Festival
19
19. Violet Patah Hati
20
20. Evan Patah Hati
21
21. Pergolakan
22
22. Klub Malam
23
23. Obat
24
24. Cowok Sempurna
25
25. Gelisah
26
26. Ketegangan
27
27. Kangen
28
28. Jangan Dekat-Dekat
29
29. Modus William
30
30. Keren
31
31. Ganteng
32
32. Malam
33
33. Kantor
34
34. Kesalahan Besar
35
35. Getaran Hati
36
36. Semakin Gila
37
37. Pacar Baru Evan
38
38. Galau
39
39. Tawaran Evan
40
40. Akhir
41
41. Rasa Yang Aneh
42
42. Hari-hari Setelahnya
43
43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44
44. Pengakuan
45
45. Kecurigaan Evan
46
46. Kena Kau
47
47. Mamah Muda
48
48. Mau Saya Temani Tidur?
49
49. Saingan
50
50. Mantan Istri William
51
51. Pacaran sama Om Om
52
52. Sayang~
53
53. Calon Anak
54
54. Tak Sabar
55
Pengumuman Tidak Update
56
55. Bahagia
57
56. Api Cemburu
58
57. Aku Nggak Cemburu!
59
58. Melampaui Batas
60
59. Hanya Kamu
61
60. Restu
62
61. Pertemuan Tak Terduga
63
62. Ditolak!
64
63. Rencana William
65
64. Harga Diri Seorang Suami
66
65. Damai
67
66. Persiapan William
68
67. Siasat William
69
68. I Love You
70
69. Nyamuk
71
70. Tukang Bully
72
71. Kencan Ekstrem
73
72. Ketahuan Deh!
74
73. Dua Kosong
75
74. Licik
76
75. Kerja
77
76. Laporan Sampah
78
77. Salah Strategi
79
78. Kesal Sendiri
80
79. PMS
81
80. Ketahuan!
82
81. Perhatian Felix
83
TOLONG BANTU REPORT!
84
82. Terpojok
85
83. Pengakuan Indah
86
84. Dia Calon Istriku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!