5. Gadis Aneh

Beberapa Jam Sebelumnya.

Di dalam kantor megah GS Marketing and Co., William Alexander Grayson duduk di kursi kebesarannya dengan wajah lelah. Ia memijit pelipisnya, mencoba mengusir sakit kepala yang muncul karena stres.

Sebagai CEO GS Marketing and Co., William mengelola salah satu perusahaan periklanan terbesar di negeri ini. Perusahaannya menangani berbagai kampanye iklan besar, mulai dari produk kecantikan, elektronik, makanan, hingga layanan jasa. Hampir setiap iklan di televisi nasional, bahkan yang sekarang viral di media sosial, pasti ada campur tangan GS Marketing di dalamnya.

Dengan jaringan klien yang luas, perusahaannya berpengaruh besar dalam dunia periklanan. Banyak brand berlomba-lomba menggunakan jasa mereka karena strategi pemasaran mereka dikenal efektif.

Namun, hari ini, perusahaannya justru sedang diguncang masalah besar.

Salah satu klien besar mereka, sebuah perusahaan kosmetik ternama, mengancam akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Mereka menuntut ganti rugi karena produk mereka mengalami penurunan penjualan drastis setelah iklan dari GS Marketing tayang.

Padahal, William tahu bukan iklannya yang salah.

Kesalahan ada pada bintang iklan merek, seorang artis terkenal yang baru saja tersandung skandal besar. Publik membenci artis itu, dan otomatis semua produk yang ia promosikan ikut diboikot.

Tapi, alih-alih menuntut si artis, perusahaan kosmetik ini malah menyalahkan GS Marketing.

"Pihak mereka tetap bersikeras, Pak," kata sekretarisnya dengan hati-hati. "Mereka bilang akan membawa ini ke pengadilan jika kita tidak mengganti rugi."

William menghela napas panjang.

Ia sebenarnya malas berurusan dengan hukum, terutama di negara ini. Jika ingin menang di pengadilan, ia harus menggelontorkan uang dalam jumlah besar. Bahkan jika dihitung-hitung, biaya peradilan jauh lebih mahal daripada jumlah ganti rugi yang mereka minta.

"Kita negosiasi ulang," putus William akhirnya. "Kalau perlu, ancam. Pastikan mereka tau kalau perusahaan kita bukan perusahaan yang gampang diancam dan dipermainkan."

"Baik Pak," Sekretarisnya mengangguk dan segera keluar ruangan.

William membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebatang rokok.

Ia sebenarnya bukan perokok berat. Sebagai pria yang gila kesehatan, ia jarang menyentuh nikotin. Tapi di saat-saat stres seperti ini, sesekali ia butuh sesuatu untuk melepaskan tekanan.

Baru saja ia mengembuskan asap pertama, ponselnya berdering.

Mantan istri.

William mengerutkan kening. Apa lagi sekarang? Biasanya, kalau dia menelepon, itu hanya berarti satu hal, yaitu minta uang.Tapi bukankah baru kemarin William mentransfer uang dengan jumlah yang besar?

"Halo?" William mengangkat telepon dengan malas.

"Aku besok pergi ke Singapura selama seminggu. Bawa Evan ke rumahmu untuk sementara." Kata mantan istrinya tanpa basa-basi.

William menghela napas. "Bukankah Evan sudah dewasa? Dia bisa mengurus dirinya sendiri."

"Jadi kau mau lepas tanggung jawab dari anakmu sendiri?"

"Astaga, bukan begitu, aku hanya—"

Tut!

Telepon langsung diputus.

William mendengus kesal.

Sebenarnya, bukannya William menolak menjaga putra tunggalnya itu. Hanya saja, belakangan ini dia sendiri hampir tidak pernah ada di rumah. Lagipula, usia Evan sudah 21 tahun. Masa iya, masih perlu diawasi seperti anak kecil?

Tapi, ya… begitulah mantan istrinya.

Dengan perasaan setengah jengkel, William akhirnya mematikan rokoknya, meraih kunci mobilnya, dan memutuskan untuk jalan-jalan sebentar.

...----------------...

Mobil hitam mewah milik William melaju memasuki area parkir kampus Evan. Saat melihat putranya berjalan santai sambil sibuk dengan ponselnya, William langsung menekan klakson.

Tiiin!

Evan terperanjat. Saat melihat siapa yang datang, matanya melebar.

"Papa?! Kok bisa ada di sini?"

William keluar dari mobilnya sambil menghela napas panjang. "Mama kamu barusan telepon, katanya dia pergi ke Singapura seminggu, jadi papa disuruh menjaga kamu," jelasnya.

Evan langsung tertawa. "Astaga, menjaga aku? Pa, aku ini udah 21 tahun! Aku bisa mengurus diriku sendiri!"

"Kamu nggak tahu aja sifat mamamu gimana," balas William sambil melipat tangan di dada. "Ayo, papa bawa kamu makan siang."

Evan hanya terkekeh, lalu melihat ke arah mobilnya sendiri. "Oh, tunggu sebentar. Aku cari temanku dulu buat bawain mobilku pulang. Papa tunggu di sini ya. Oh, dan ini, tolong pegang tasku." Evan menyerahkan ranselnya ke William sebelum pergi.

William hanya mendengus kecil, menerima tas itu dengan satu tangan.

Sambil menunggu, William bersandar santai pada mobilnya, mengamati lingkungan kampus. Namun, tak lama kemudian, tenggorokannya terasa kering. Ini adalah salah satu efek buruk merokok yang membuatnya tidak menyukainya.

William mengerutkan dahi sebentar, lalu membuka tas Evan. Ia ingat putranya punya kebiasaan membawa botol minum sejak kecil. Dan benar saja, ada satu di dalam ransel itu.

Tanpa pikir panjang, William membuka ransel itu dan mengeluarkan botol minum.

Baru saja ia menuangkan isinya ke mulut—

"JANGAAAN!!"

Terlambat.

William hanya mengabaikan suara itu, mengira itu hanya teriakan seorang mahasiswi. Ia tetap menenggak air dari botol itu beberapa kali.

Baru setelahnya, ia menyadari sesuatu yang aneh.

Dari sudut matanya, seorang gadis berlari ke arahnya dengan panik.

Dan dalam hitungan detik—

Bruk!

Gadis itu menerjangnya, membuat William jatuh dengan keras ke aspal.

"Aw…!" William mengerang kesakitan. Punggungnya menghantam permukaan kasar, membuat rasa nyeri menjalar di tubuhnya.

Saat ia membuka mata, wajah seorang gadis cantik sudah tepat di atasnya.

"APA-APAAN KAMU?!" bentaknya.

Gadis itu tampak gugup. Mulutnya terbuka seperti ingin menjelaskan sesuatu, tapi sebelum ia sempat berbicara—

Buak!

Kepalanya menghantam hidung William dengan keras.

William tak sempat berpikir. Rasa nyeri luar biasa menyerang wajahnya, lalu—

Gelap.

...----------------...

“Ya Tuhan… Hamba mohon, buat Om ini amnesia, ya Tuhan…”

Perlahan, kesadaran William kembali. Samar-samar, ia mendengar suara lirih seseorang yang seperti sedang berdoa.

Dahi William berkerut. Suara siapa ini?

Saat membuka mata, William melihat gadis yang tadi menubruknya berdiri di samping ranjang rumah sakit, kedua tangannya terkatup erat. Wajahnya terlihat sungguh-sungguh saat berdoa.

Kurang ajar, bisa-bisanya dia mendoakan hal buruk padaku?!

William langsung bangkit dengan ekspresi marah. “Siapa yang kamu doakan supaya amnesia, hah?!”

Gadis itu tersentak, wajahnya berubah pucat pasi saat menatap William.

William menggeram. “Saya akan bawa ini ke jalur hukum!”

Mata gadis itu membesar. Ia langsung mendekat dengan ekspresi memelas. “Om, please! Jangan penjarain saya, Om! Saya beneran nggak sengaja, sumpah!”

“Nggak sengaja apanya?! Saya ingat jelas kamu menerjang saya dan ngebenturin kepala kamu ke hidung saya dengan sengaja! Kalau hidung saya patah, gimana?!”

“Tapi kan hidung Om nggak patah…” gumam gadis itu pelan.

“Masih berani jawab?!”

“Eh… nggak, nggak, Om,” buru-buru gadis itu menggeleng. “Beneran, Om, saya nggak bermaksud begitu. Waktu itu saya belum tahu kalau Om adalah papanya Kak Evan. Saya cuma khawatir Om mau nyolong minuman Kak Evan…”

William melotot. “ASTAGA! Jadi ini semua cuma gara-gara itu? Lagian, Evan sendiri yang kasih tasnya ke saya! Buat apa juga saya nyolong tas anak saya sendiri!”

“Iya sih, tapi… itu bukan minuman biasa, Om…” Gumam gadis itu lirih.

Mata William menyipit curiga. “Maksud kamu?”

“Eh, nggak kok om! Nggak ada apa-apa…” gadis itu buru-buru mengalihkan ucapan saat sadar dirinya sedang keceplosan.

“Halah, saya denger tadi kamu ngomong apa! Jawab! Kamu kasih apa ke minuman anak saya? Kamu mau ngeracunin dia?!”

“Apa?! Nggak lah, Om! Gila apa?!”

William menyilangkan tangan. “Kalau kamu nggak jawab, saya telepon polisi sekarang juga!”

Wajah gadis itu berubah panik. “Jangan, Om! Saya jawab! Saya jawab!”

William menatapnya tajam. “Nah, gitu. Sekarang, kasih tahu saya…”

Gadis itu menggigit bibirnya ragu, lalu akhirnya berbisik, “Itu… air jampi-jampi, Om…”

“Hah? Apa?”

Gadis itu menarik napas dalam dan akhirnya berkata lebih keras, “AIR JAMPI-JAMPI, OM! BIAR ANAK OM SUKA SAMA SAYA!”

William terdiam.

“Hah?”

Terpopuler

Comments

Kusii Yaati

Kusii Yaati

apes banget kamu vi,udah nggak dapet anaknya malah dapet masalah sama bapaknya... mending Kamu mandi kembang 7 warna vi biar apesmu hilang 😂😂😂

2025-02-18

1

Azahra Rahma

Azahra Rahma

malah jujur vi haduh nanti sengaja nih papanya Evan ngerjain kamu

2025-02-23

1

Azzani Siti

Azzani Siti

nyawanya banyak...😭😭😭
dia jujur gak tu depan bapak nya si cowok..😭😭

2025-03-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Si Gadis Cantik
2 2. Iklan
3 3. Salah Sasaran
4 4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5 5. Gadis Aneh
6 6. Purple
7 7. Nggak Kangen Aku, Om?
8 8. Ada Bayangmu
9 9. Tanggung Jawab!
10 10. Obat Penawar
11 11. Hari Pertama
12 12. Kemarahan William
13 13. Jatuh Cinta?
14 14. Aji Mumpung
15 15. Janji
16 16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17 17. Undangan dari Evan
18 18. Festival
19 19. Violet Patah Hati
20 20. Evan Patah Hati
21 21. Pergolakan
22 22. Klub Malam
23 23. Obat
24 24. Cowok Sempurna
25 25. Gelisah
26 26. Ketegangan
27 27. Kangen
28 28. Jangan Dekat-Dekat
29 29. Modus William
30 30. Keren
31 31. Ganteng
32 32. Malam
33 33. Kantor
34 34. Kesalahan Besar
35 35. Getaran Hati
36 36. Semakin Gila
37 37. Pacar Baru Evan
38 38. Galau
39 39. Tawaran Evan
40 40. Akhir
41 41. Rasa Yang Aneh
42 42. Hari-hari Setelahnya
43 43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44 44. Pengakuan
45 45. Kecurigaan Evan
46 46. Kena Kau
47 47. Mamah Muda
48 48. Mau Saya Temani Tidur?
49 49. Saingan
50 50. Mantan Istri William
51 51. Pacaran sama Om Om
52 52. Sayang~
53 53. Calon Anak
54 54. Tak Sabar
55 Pengumuman Tidak Update
56 55. Bahagia
57 56. Api Cemburu
58 57. Aku Nggak Cemburu!
59 58. Melampaui Batas
60 59. Hanya Kamu
61 60. Restu
62 61. Pertemuan Tak Terduga
63 62. Ditolak!
64 63. Rencana William
65 64. Harga Diri Seorang Suami
66 65. Damai
67 66. Persiapan William
68 67. Siasat William
69 68. I Love You
70 69. Nyamuk
71 70. Tukang Bully
72 71. Kencan Ekstrem
73 72. Ketahuan Deh!
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. Si Gadis Cantik
2
2. Iklan
3
3. Salah Sasaran
4
4. Tuhan, Tolong Buat Dia Amnesia
5
5. Gadis Aneh
6
6. Purple
7
7. Nggak Kangen Aku, Om?
8
8. Ada Bayangmu
9
9. Tanggung Jawab!
10
10. Obat Penawar
11
11. Hari Pertama
12
12. Kemarahan William
13
13. Jatuh Cinta?
14
14. Aji Mumpung
15
15. Janji
16
16. Makan Bersama Ayah dan Anak
17
17. Undangan dari Evan
18
18. Festival
19
19. Violet Patah Hati
20
20. Evan Patah Hati
21
21. Pergolakan
22
22. Klub Malam
23
23. Obat
24
24. Cowok Sempurna
25
25. Gelisah
26
26. Ketegangan
27
27. Kangen
28
28. Jangan Dekat-Dekat
29
29. Modus William
30
30. Keren
31
31. Ganteng
32
32. Malam
33
33. Kantor
34
34. Kesalahan Besar
35
35. Getaran Hati
36
36. Semakin Gila
37
37. Pacar Baru Evan
38
38. Galau
39
39. Tawaran Evan
40
40. Akhir
41
41. Rasa Yang Aneh
42
42. Hari-hari Setelahnya
43
43. Rumah Sakit Dan Kantor Polisi
44
44. Pengakuan
45
45. Kecurigaan Evan
46
46. Kena Kau
47
47. Mamah Muda
48
48. Mau Saya Temani Tidur?
49
49. Saingan
50
50. Mantan Istri William
51
51. Pacaran sama Om Om
52
52. Sayang~
53
53. Calon Anak
54
54. Tak Sabar
55
Pengumuman Tidak Update
56
55. Bahagia
57
56. Api Cemburu
58
57. Aku Nggak Cemburu!
59
58. Melampaui Batas
60
59. Hanya Kamu
61
60. Restu
62
61. Pertemuan Tak Terduga
63
62. Ditolak!
64
63. Rencana William
65
64. Harga Diri Seorang Suami
66
65. Damai
67
66. Persiapan William
68
67. Siasat William
69
68. I Love You
70
69. Nyamuk
71
70. Tukang Bully
72
71. Kencan Ekstrem
73
72. Ketahuan Deh!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!