05 sang penolong

Setelah kejadian itu, Indah jadi sering murung. dia merasa dunianya sudah hancur. Walaupun Jerry sudah berkata akan bertanggung jawab, tetapi entah apa yang membuat Indah merasa ragu. Dia merasa seolah sesuatu yang buruk telah menunggunya.

Apalagi Jerry, yang pada awalnya masih sering mengunjunginya, sudah satu minggu ini tidak nampak. Dan puncaknya adalah hari ini—hari ke-40 setelah kejadian itu—Indah tiba-tiba teringat tentang siklus bulannya yang sudah telat sejak seminggu yang lalu. Dengan perasaan was-was, Indah pergi ke apotek dan membeli tespek, berharap agar kecurigaannya tidaklah benar. Semoga itu tidak benar-benar terjadi.

Akan tetapi, sayang, alat yang berada di tangannya telah menunjukkan dua garis merah. Hati Indah benar-benar hancur. Akan tetapi, apa pun itu, dia tidak boleh diam saja; dia harus segera menemui Jerry.

Karena itulah, beberapa saat yang lalu dia nekat mendatangi Jerry di rumahnya. Akan tetapi, sayang, yang didapatkannya bukan bentuk tanggung jawab seperti yang pernah diucapkan Jerry; justru yang didapatkannya adalah penolakan dari ayah Jerry. Bukan hanya penolakan yang membuatnya putus asa, hinaan, caci maki, ucapan merendahkan, umpatan kasar, semua itu benar-benar menyakiti hatinya, hingga keluarlah kutukan itu dari mulutnya.

Lalu sekarang, ke mana dia harus pergi, di tengah derasnya hujan? Dia bahkan sudah tak memiliki apa pun lagi. Uang gaji terakhirnya sudah dikirimkannya ke kampung halaman, dan sekarang ini dia sudah tidak memiliki pegangan apa pun. Apalagi dia sudah terusir dari rumah asramanya karena seorang temannya memergokinya ketika dia membuang tespek, lalu melaporkannya kepada Ibu Kos.

Indah sudah tidak kuat lagi untuk berjalan; tubuhnya sudah semakin menggigil akibat dinginnya air hujan, sehingga lama-kelamaan kepalanya terasa pusing, dan pandangannya menjadi gelap, lalu…

Bruk…

Tubuh Indah tergeletak jatuh di pinggir jalan. Dia pingsan; tubuh yang dipaksa kuat itu, nyata nya tak sekuat yang diharapkan.

 ***

Sinar matahari pagi masuk menembus jendela kaca, menerpa wajah sesosok yang tengah tertidur pulas di atas ranjang dengan empuknya kasur busa.

“Ughh…” Silau di mata membuat tubuhnya menggeliat. Lalu kedua matanya perlahan mengerjap hingga akhirnya terbuka. Dengan kepala yang masih terasa pusing, matanya menatap sekeliling.

“Di mana aku…?” gumam gadis itu—yang tak lain adalah Indah. Pandangannya memindai sekeliling ruangan yang saat ini ditempati. Indah merasa bingung karena seingatnya, dia sedang berjalan di bawah hujan deras, tetapi kenapa sekarang dia berada di sebuah kamar yang bisa disebut mewah?

Ceklek…

Suara pintu kamar terbuka, membuat Indah menoleh seketika.

“Nona sudah bangun?” Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi makanan.

“Maaf, saya ada di mana ini sekarang…? Dan Ibu ini siapa…?! Apakah Ibu yang telah menolong saya semalam…?” tanya Indah sopan, yang juga menyadari bahwa dirinya telah berganti pakaian. Jelas pakaian yang sekarang dikenakan bukanlah pakaiannya yang kemarin.

Wanita paruh baya itu tersenyum ke arah Indah setelah meletakkan nampan di atas nakas.

“Bukan saya yang telah menolong Nona, tetapi Tuan Rama. Beliau adalah pemilik rumah ini. Sedangkan saya adalah asisten rumah tangga di sini. Nona bisa memanggil saya dengan sebutan Bibi Sumi…!” jawab wanita yang bernama Bibi Sumi itu menjelaskan tentang keingintahuan Indah.

“Baiklah, nama saya Indah, Bi. Panggil Indah saja, jangan pakai ‘Nona’…!” ucap Indah memperkenalkan dirinya. Dia hanya orang asing yang mendapat pertolongan sang majikan. Sama sekali tak pantas mendapatkan kehormatan panggilan “Nona”.

“Ya sudah, Bibi panggil Mbak Indah saja, ya…!” usul Bibi Sumi.

“Iya, Bi…!” jawab Indah sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Ya sudah, sekarang makanlah… Kamu pasti lapar; sepertinya dari kemarin belum makan…!”

Indah benar-benar merasa malu dengan ucapan Bibi Sumi. Sebegitu miskin dia saat ini, sama sekali tak punya pegangan apa pun. Indah pun segera melahap makanan yang dibawakan Bibi Sumi. Dia tak bisa bohong bahwa dia memang benar-benar lapar. Terakhir kali dia makan adalah kemarin sore sebelum pergi ke rumah Jerry.

Bibi Sumi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat cara makan Indah yang seperti sudah berbulan-bulan tak bertemu makanan.

“Kau sudah bangun rupanya…!” Sebuah suara menginterupsi keduanya. Sontak Indah menghentikan kunyahannya dan menelan apa yang tertinggal di mulutnya dengan susah payah.

“Lanjutkan saja makanmu! Setelah itu temui saya di ruang tamu…!” seru pria itu, lalu melangkah meninggalkan ruangan di mana Indah berada.

“Baik, Tuan…!” jawab Indah, entah masih terdengar oleh pria tadi atau tidak. Indah menelan ludahnya kasar, tenggorokannya terasa tercekat. Pria yang baru beberapa detik yang lalu berada di hadapannya, yang katanya adalah dewa penolongnya…

“Dia benar-benar tampan…” gumam Indah. Pahatan yang sangat indah. Sungguh mahakarya Tuhan yang sempurna. Bukan berarti Indah mata keranjang seperti cowok-cowok playboy di luar sana, tetapi dia hanya mengagumi dan benar-benar mengakui penglihatannya tentang wujud itu, sekaligus apresiasi terhadap ciptaan Tuhannya.

“Apa setelah makan aku akan diusir dari sini, Bi…?” Indah menatap sendu ke arah Bibi Sumi. Tiba-tiba selera makannya jadi hilang. Hidangan lezat yang belum pernah dicicipinya itu seolah tak lagi ada rasanya, tak lagi menggugah selera seperti tadi, tak lagi ada hasrat menggebu-gebu untuk segera menghabiskannya. Tiba-tiba yang muncul di pikirannya adalah satu pertanyaan: akan tinggal di mana dia jika benar diusir dari tempat ini?

“Tidak mungkin, lah! Tuan Rama itu orang yang baik. Jangan khawatir…!” jawab Bibi Sumi. Indah bernapas lega mendengar ucapan Bibi Sumi, dan dari yang didengarnya barusan, Tuan penolongnya tadi bernama Rama.

“Lebih baik segera habiskan makanmu! Setelah itu bersihkan dirimu, lalu segera menghadap Tuan Rama…!” lanjut wanita paruh baya itu.

“Oh, iya, di paper bag itu baju ganti yang bisa kau pakai…!” ucapnya sebelum keluar dan menutup pintu.

Indah menoleh ke arah paper bag yang ada di ujung ranjang, lalu buru-buru menghabiskan makanan di hadapannya. Walau tak lagi berselera, tetapi dia tak boleh membuangnya karena mungkin setelah ini dia tak lagi berjumpa makanan seperti ini.

Setelah makan, Indah segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Baju yang tersedia di paper bag yang ditunjukkan tadi oleh Bibi Sumi memang tampak sederhana, tetapi Indah tahu pasti harganya bukanlah murahan seperti yang selalu dipakai selama ini.

Indah keluar dari kamar dengan membawa serta nampan yang berisi piring dan gelas, peralatan bekas makannya tadi. Dan secara kebetulan, Bibi Sumi baru saja hendak menghampirinya.

“Berikan nampannya pada Bibi! sekarang ayo, Bibi antar untuk menemui Tuan Rama…!” ucap Bibi Sumi. Indah hanya bisa mengangguk dan menggigit bibirnya sendiri guna menutupi rasa gugupnya. Indah pun lalu berjalan mengikuti langkah Bibi Sumi.

“Ini Indah sudah selesai, Tuan…!” Bibi Sumi melapor dengan menunduk hormat. Pria yang semula fokus dengan tabletnya itu pun mendongak, menatap kedatangan mereka.

“Bibi boleh lanjutkan pekerjaan Bibi! Aku akan bicara padanya…!” titah Tuan Rama, yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Bibi Sumi.

“Baik, Tuan…!” sahut Bibi Sumi, lalu mundur dari hadapan Tuannya. Sekarang tinggallah Indah di hadapan Tuan Rama. Indah berdiri dengan meremas jemarinya sendiri; dia benar-benar gugup saat ini.

Tuan Rama menatap gadis itu dari atas hingga bawah, membuat Indah semakin menciut. Tuan Rama menghela napas kasar.

“Ada apa dengan gadis ini? Apa dia pikir aku ini monster atau drakula? Hingga membuat nya sampai mengkerut ketakutan seperti itu…??!” batinnya merasa sebal dengan Indah.

“Duduklah! Apa aku harus bicara sambil mendongak ke atas…??!” seru Rama kemudian.

“Ba… baik, Tuan…!” jawab Indah gugup. Lalu dia pun bersimpuh di lantai, seperti dalam novel-novel yang sering dibacanya menjelang tidur, bahwa seorang hamba sahaya tidak seharusnya duduk di sofa seperti Tuannya.

“Apa yang kau lakukan…??!” bentak Tuan Rama. Ia kaget karena Indah bukannya duduk di sofa di hadapannya, malah bersimpuh di tempat ia tadi berdiri.

“Sa… saya duduk, Tuan…!” jawab Indah gemetar karena kaget dengan bentakan tadi.

Bibi Sumi, yang tak sengaja lewat, datang tergopoh-gopoh karena kaget juga dengan suara Tuan Rama yang belum pernah didengarnya berteriak selama ia bekerja di sana.

“Indah, jangan duduk di bawah…!” Bibi Sumi pun segera menuntun Indah agar duduk di sofa di hadapan Tuan Rama.

“Tetapi, Bi…!” Indah tak yakin jika dia boleh duduk di sofa. Karena jika kemarin keluarga Jerry saja bahkan tak mengizinkannya menginjakkan kaki di rumah mereka dan hanya menerima kedatangannya di teras saja, lalu apa kabar dengan Tuan di hadapannya ini, yang dari sekilas saja Indah sudah bisa melihat jika rumah ini bahkan jauh lebih mewah dari rumah Jerry? Akan tetapi, melihat Tuan Rama yang hanya diam dengan apa yang dilakukan Bibi Sumi, akhirnya dia pun menurut.

“Sekarang katakan siapa namamu dan di mana rumahmu, agar orangku bisa mengantarkanmu pulang…!” kata Tuan Rama setelah Indah duduk. Semalam, setelah seorang pelayan mengganti pakaian Indah, Tuan Rama menanyakan tentang kartu identitas gadis itu yang barangkali ada di saku baju Indah, tetapi pelayan mengatakan tidak menemukan apa pun. Sehingga Tuan Rama tidak bisa menghubungi keluarga gadis itu.

“Tuan, bolehkah saya tinggal di sini saja? Saya bisa bekerja sebagai pelayan di rumah Anda, karena sekarang saya tidak punya tempat tinggal…!” ucap Indah dengan menatap Tuan Rama sebentar, lalu menunduk lagi. Hatinya sedang harap-harap cemas.

“Memangnya di mana keluargamu…??!” tanya Tuan Rama datar. Ia agak terkejut; mana mungkin Indah tak memiliki keluarga.

“Keluarga saya ada di kampung, Tuan. Saya merantau karena ingin merubah nasib…!” jawab Indah jujur.

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

ceritanya keren thor... sehat sll thor semangat

2025-06-07

1

Bulanbintang

Bulanbintang

Maaf, Kak. Aku keinget video mukbang 😣

2025-06-01

0

Jamayah Tambi

Jamayah Tambi

Habis di mana kad KTP Indah.

2025-07-04

0

lihat semua
Episodes
1 01 kutukan
2 02 awal mula
3 03 awal petaka 1
4 04 awal petaka 2
5 05 sang penolong
6 06 pekerjaan baru
7 07 keluarga indah
8 08 pandangan nyonya Felly
9 9 ucapan pedas nyonya Felly
10 10. Kedatangan Selena
11 11. Rencana Selena
12 12. Selena vs Nyonya Felly
13 13. Kekalahan selena
14 14. Jerry Handoko
15 15. perubahan sikap indah
16 16. Drama tuan handoko
17 17 ke rumah tuan hartawan
18 18 Kamu harus jatuh cinta
19 19 Cerita yang sebenarnya
20 20. Liciknya Ana dan Selena
21 21. pernikahan
22 22. pernikahan 2
23 23. bertemu kembali dengan mantan
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41 revisi
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 65
66 66
67 67
68 68
69 69
70 70
71 71
72 72
73 73
74 74
75 75
76 76
77 77
78 78
79 79
80 80
81 81
82 82
83 83
84 boncap Daniel Resti
85 85 boncap
86 Hari pernikahan
87 boncap
88 BONCAB
89 89
90 boncap
91 END
92 promo karya KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN
93 promo karya MENIKAH DENGAN KAKAK TIRI MANTAN
94 SESAL YANG TERLAMBAT
Episodes

Updated 94 Episodes

1
01 kutukan
2
02 awal mula
3
03 awal petaka 1
4
04 awal petaka 2
5
05 sang penolong
6
06 pekerjaan baru
7
07 keluarga indah
8
08 pandangan nyonya Felly
9
9 ucapan pedas nyonya Felly
10
10. Kedatangan Selena
11
11. Rencana Selena
12
12. Selena vs Nyonya Felly
13
13. Kekalahan selena
14
14. Jerry Handoko
15
15. perubahan sikap indah
16
16. Drama tuan handoko
17
17 ke rumah tuan hartawan
18
18 Kamu harus jatuh cinta
19
19 Cerita yang sebenarnya
20
20. Liciknya Ana dan Selena
21
21. pernikahan
22
22. pernikahan 2
23
23. bertemu kembali dengan mantan
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41 revisi
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72
73
73
74
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
boncap Daniel Resti
85
85 boncap
86
Hari pernikahan
87
boncap
88
BONCAB
89
89
90
boncap
91
END
92
promo karya KETIKA SUAMIKU BERUBAH HALUAN
93
promo karya MENIKAH DENGAN KAKAK TIRI MANTAN
94
SESAL YANG TERLAMBAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!