Abila kembali memasuki area club.
Sambil menunggu para pengunjung datang, dia hanya duduk di kursi depan meja Bartender. sesekali menyesap minuman bersoda dari gelas kecil di pegangannya.
"kenapa tak berkumpul bersama teman-teman mu hm?." tanya Nita dengan senyum manis nya.
"aku sedang malas Kak, kaki ku terasa ngilu memakai sepatu berhak tinggi. Mungkin belum terbiasa kali ya?."
Nita hanya menggeleng mendengar penuturan Abila. Kemudian pandangan nya teralih pada pintu masuk club.
"sttt....sttt...lihat tuh pelanggan tetap mu datang lagi." Nita mengode dengan dagunya.
Abila menaikkan sebelah alisnya, kemudian memutar badan melihat siapa gerangan yang di maksud Nita. Setelah melihat siapa orang itu, Abila mendadak bad mood .
"astaga orang itu lagi, apa tidak bosan dia mendatangi ku selama seminggu ini." Abila merolling bola matanya malas.
Sudah terhitung satu minggu lama nya Johan mendatangi Abila. Tidak ada kata menyerah untuk nya selagi gadis itu belum mau menyetujui permintaan nya, ia akan tetap berjuang.
"apa kau tidak bosan Tuan? setiap hari kesini?." ucap Abila sambil menggoyangkan isi minumanya., sepertinya gelas yang di pegang lebih menarik perhatianya. Dari pada harus melihat pemuda yang ada di dekat nya ini.
ck .... membuat mataku sakit saja...setiap hari harus melihat wajahnya.
"aku tidak pernah merasa bosan sedikit pun Nona, selama kau masih belum menyetujui permintaan ku." lirih Johan merasa begitu putus asa.
"hah....sungguh kepala ku terasa pening mendengar ucapan mu Tuan, kenapa Anda tidak mau mengerti . Jawabanku tetap lah sama , aku tidak bisa . Maaf Tuan muda yang terhormat." jengah Abila.
Johan terdiam tubuhnya merosot kebawah, dan bersimpuh di samping kaki Abila. sembari memohon.
"ku mohon Nona , tolonglah aku. Aku sangat butuh bantuanmu, andai aku bisa meminta tolong pada orang lain akan aku lakukan, tapi sayang nya tidak bisa. Hanya kau seorang yang bisa menolong hidup Adik ku. Ku mohon, jika kau tidak bisa menolong ku maka Adik ku akan bunuh diri." Johan mendongakkan kepalanya dan menggenggam tangan Abila , air mata entah sejak kapan sudah membasahi pipinya.
Abila terdiam , ucapan Johan begitu dalam. Hatinya terasa berdesir. Lubuk hati terdalamnya merasa begitu iba , apa lagi terlihat ada ketulusan terpancar di kedua netra pemuda itu.
sebenarnya seperti apa sosok Adikmu itu? kenapa dia begitu memuja Adira. Hingga dia rela mengorbankan nyawa hanya untuk gadis itu.
Abila memejamkan kedua matanya. Berusaha menetralkan emosinya.
mungkin ini adalah keputusan yang benar-benar ingin aku ambil. Semoga aku tak salah mengambil keputusan ini.
"baiklah...aku akan mencoba menolong Anda Tuan. Tapi dengan satu syarat." putus Abila.
Sontak membuat Johan berbinar dan berdiri dari duduk bersimpuh nya.
"benarkah kau mau membantuku? terima kasih....aku sangat berterima kasih kepada mu Nona." Johan mengguncang bahu Abila saking bahagianya.
"Tuan ...hentikan ini, kau belum menyetujui persyaratan ku." risih Abila , melepaskan pegangan tangan Johan dari bahunya.
"ah..iya maaf, aku sampai lupa.. apa persyaratan yang kau minta hm?."
"aku tak ingin ada kontak fisik dengan Adik anda Tuan." pinta Abila.
Johan tersenyum, dan berkata.
"kau tak perlu khawatir tentang itu, selama Adikku dekat dengan Adira, dia tidak pernah menyentuh gadis itu dalam hal int*m. Mungkin hanya sekedar berciuman saja tidak lebih." seru Johan.
Abila mengangguk paham.
"kapan aku mulai bekerja Tuan?."
"nanti lusa , kita persiapkan dirimu terlebih dahulu agar benar-benar mirip dengan Adira."
"Baiklah...aku akan meminta ijin pada Kak Nita dulu."
"baiklah, oiya...aku akan melunasi seluruh hutang mu dan juga ini kunci mobil mu." ucap Johan sambil mengulurkan kunci mobil di tangannya untuk Abila.
"tidak perlu Tuan, kau sudah melunasi hutang-hutang ku dan memberikan gaji bulanan ku saja sudah lebih dari cukup. Aku tak perlu mobil atau pun Apartemen. Aku akan tinggal bersama teman ku untuk sementara waktu." titah Abila.
Johan tersenyum simpul.
kau benar-benar gadis yang baik , gadis lain pasti akan dengan senang hati menerima jika di berikan fasilitas mewah, tapi kau malah menolak nya. Gadis yang langka.
"kenapa kau menolak nya hm?." tanya Johan penasaran.
"aku hanya ingin membantu mu Tuan, kau cukup membayar gaji bulanan ku saja." sahut Abila dengan senyum teduhnya.
Semenjak saat itu Abila sudah meminta ijin kepada Nita untuk berhenti bekerja di club dan beralih bekerja dengan Johan. Johan sering mengajak Abila bertemu di cafe sekedar membahas tentang kehidupan Jovin, agar Abila mengerti apa saja yang harus ia lakukan. Saat menjalankan pekerjaan nya nanti.
Seperti saat ini, Johan menyuruh Marsel untuk menjemput Abila dan mengajak nya bertemu di sebuah cafe langganan mereka.
Di dalam perjalanan menuju cafe Marsel dan Abila sedikit bercanda mengusir kejenuhan.
"Bil... kalau boleh jujur kau terlihat lebih cantik kalau berdandan natural seperti ini." puji Marsel.
Abila tersenyum malu, sambil berkata.
"apaan sih Kak... berarti mata Kakak perlu di periksakan ke dokter." sahutnya.
Marsel menautkan kedua alisnya.
Kedua mata ku baik-baik saja kenapa di suruh periksa ke dokter?
"kenapa begitu? aku tidak sakit." jawab Marsel bingung.
"karna Kakak orang pertama yang memuji ku cantik...." sahut Abila kemudian.
Marsel terkekeh, Abila benar-benar gadis yang berbeda.
" aku berkata jujur tau... oh ya, aku mau bertanya kepada mu, emm.... apakah temanmu yang bernama Nita sudah mempunyai seorang kekasih?." tanya Marsel penuh harap.
"mungkin belum Kak, Karena aku belum pernah melihat nya dekat dengan seorang pemuda." Jawab Abila seraya menoleh ke samping melihat reaksi Marsel.
Marsel tersenyum lebar dengan mengetuk kecil kemudinya.
"kenapa Kakak bertanya seperti itu haa? apa Kakak menyukai temanku?." goda Abila sedikit menaik turun kan kedua alisnya.
Marsel mengelus tengkuknya sambil tersenyum.
"emm.... sepertinya begitu." ucap nya.
Tak terasa akhirnya mereka sampai di tempat yang mereka tuju. Mereka pun masuk dan mencari tempat duduk yang kosong, menunggu kedatangan Johan.
"ku kira Tuan Johan sudah datang, kenapa dia lama sekali?." gerutu Abila.
"tidak usah formal begitu, panggil Johan Kakak saja seperti kau memanggilku." tutur Marsel. Abila hanya mengangguk paham.
Tak lama yang di tunggu-tunggu pun tiba.
Johan datang dan menenteng banyak sekali paper bag di kedua tangannya.
"BRAKKK....
Johan menaruh barang-barang itu di meja depan Abila dan Marsel duduk.
"astaga...berat sekali." keluhnya.
"itu apa Tuan?." tanya Abila heran.
"ini perlengkapan mu untuk bekerja, coba kau lihat? semoga saja kau menyukai nya." ucap Johan.
Abila menurut dan mengambil salah satu paper bag itu, melihat isinya. Seketika kedua bola matanya terbuka lebar.
Gadis itu tercengang melihat isi-isi paper bag di hadapannya yang isinya semua barang-barang Branded , serta perhiasan yang mungkin harga tak terjangkau oleh otak nya.
"Tuan ini semua untuk ku?." tanya Abila tak percaya.
" iya... untuk menunjang penampilan mu, karena Adira suka berpakaian dan memakai aksesoris seperti itu. Jadi kau harus merubah tampilan mu." sahut Johan.
Abila masih tak habis fikir dengan gaya hidup kembaranya yang menurut nya benar-benar gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Afriyaldi Yaldi
setuju... johan sangat cocok sama abila... sama2 baik...
2022-02-27
0
Dewi Zahra
aku suka
2021-08-12
0
Finanda Putri
masih bingung dg alurnya, peran utamanya johan apa jovin ya, aku suka johan
2021-05-21
1