Johan mengusap rambut nya kasar tak tau harus memakai cara yang bagaimana lagi untuk bisa membujuk gadis ini.
"ku tanya sekali lagi, kau butuh uang hm?." tanya Johan .
"tentu saja... aku munafik jika menjawab tidak butuh uang." jawab Abila tanpa merasa malu.
" aku bisa memberikan sepuluh kali lipat dari hasil kerja mu setiap malam, bagaimana apa kau tetap akan menolak?." ucap Johan dengan percaya diri nya, ia sangat yakin bahwa gadis itu pasti akan setuju.
Abila menaruh jari telunjuk di dagunya dengan pose berfikir.
"penawaran yang menggiurkan, apa lagi di saat posisi ku sedang tercekik Ekonomi begini. Apa aku terima saja ya penawaran pemuda itu. Ah! tunggu, aku tidak boleh menerima begitu saja. Aku harus tau lebih jelas tentang pekerjaan nya."
"bisa kau jelaskan bagaimana pekerjaan nya Tuan?." tanya Abila pada akhirnya.
Johan tersenyum, setidaknya gadis ini merespon penawaran nya.
"menemani Adik ku Jovin Nichol." sahut Johan.
"maksudmu? menemani yang bagaimana Tuan?." Abila memiringkan kepalanya.
"temani Adikku setiap hari, dan turuti semua keinginan nya." jawab nya.
Abila terkekeh, pekerjaan macam apa itu? apa pemuda ini tidak salah orang? batinya.
"kau mencari Baby Sister ya? jika iya kau salah tempat Tuan." ejek Abila sambil tertawa.
Marsel yang mendengar percakapan Johan dari kejauhan sudah tidak tahan untuk tidak tertawa. Seorang pewaris perusahaan terkaya di negara ini harus memohon pada gadis club malam, sangat lucu. Gumamnya.
"aku tak ingin mencari Baby Sister, aku hanya ingin kau berpura-pura menjadi Adira." ucapnya meyakinkan Abila.
Abila mendengus kesal.
"astaga Tuan.... sudah ku bilang aku tidak bisa , kenapa Anda begitu memaksa ku ."
"ku mohon berapa pun yang kau mau akan ku berikan, kau mau salah satu saham perusahaan keluarga Nichol? aku juga bisa memberikannya kepada mu." mohon Johan, mungkin ini sudah tawaran terakhir yang di ajukanya, dan berharap gadis ini mau menerima.
Namun semua di luar expektasi nya. Bukannya menerima penawaran yang ia berikan, Abila malah menggebrak meja dengan tidak elitnya.
"Brakkkk...
"sudah ku bilang berapa kali pada mu Tuan. Aku tak butuh uang mu, ataupun semua harta yang kau punya. Aku tak bisa kau tukar dengan hartamu Tuan, ku mohon aku masih punya harga diri, kenapa kau merendahkan ku seperti itu. Aku menolak tawaranmu bukan karna tawaran uang yang Anda berikan masih kurang, bukan Tuan. Aku menolak karena pekerjaan itu tidak lah mudah . Bagaimana kalau misalnya Adik Anda mengetahui kalau aku bukan lah Adira? biarpun kami kembar namun kami sangatlah berbeda. Sekali lagi maaf Tuan, aku tak bisa membantu Anda, permisi." jelas Abila dan melenggang pergi meninggalkan Johan.
Johan memijit pelipisnya, terlalu penat. Ternyata tak semudah yang ia fikirkan. Gadis ini terlalu sulit untuk di bujuk. Johan menyesap segelas minuman yang ada di hadapannya, meredam otak yang sedari tadi terus bekerja memikirkan cara agar gadis itu luluh.
"hah ...bagaimana ini, apa aku terlalu gegabah? terlalu sombong. Astaga aku tanpa sadar telah merendahkan harga diri gadis itu. Aku tak akan menyerah begitu saja, aku akan mencari cara lain untuk membujuknya nanti. Demi Jovin ."
Jika Abila mau menerima permintaan Johan, setidaknya pemuda tersebut bisa mengulur waktu untuk bisa menemukan keberadaan Adira. Sekaligus untuk menyembuhkan otak Adiknya yang miring menjadi waras kembali.
Johan memutuskan untuk pulang dan akan kembali ke club ini esok hari untuk membujuk Abila lagi, sampai gadis itu mau membantunya.
Johan kembali kerumahnya dengan berjalan sempoyongan, sedikit mabuk . Untung saja tadi dia pergi bersama Sekretaris nya.
"Han...kau baik-baik saja? perlu bantuanku?." tanya Marsel menyembul kan kepalanya dari jendela mobil, melihat punggung Johan yang sedang berjalan memasuki Mansion nya.
"aku baik-baik saja....pulanglah." sahut Johan tanpa menoleh ke belakang serta mengangkat tangan kanannya.
Marsel manggut-manggut lalu menyalakan mobilnya.
Johan langsung menuju ke kamar nya ingin segera tidur, kepala nya begitu sakit serasa mau pecah . Mungkin efek terlalu banyak fikiran dan juga mabuk. Baru saja ingin merebahkan tubuh , dirinya kembali tersentak kala mendengar suara bantingan pintu.
"Brakkkkk....
"sialan siapa yang mengganggu ku malam-malam begini?"
Sungguh demi Tuhan Johan kaget , rasanya kepalanya semakin berdenyut nyeri. Samar-samar Johan mengedarkan pandangannya ke arah pintu. Dan dia bisa melihat dengan jelas sosok pemuda yang tengah berdiri dengan satu tangan kanan menempel pada daun pintu. Johan menghembuskan nafasnya, sudah ia pastikan pemuda yang bertengger di mulut pintu itu adalah Jovin.
"astaga..bocah itu lagi, Tuhan ...lindungi aku, hah! masalah apa lagi yang akan di berikanya untuk ku kali ini."
"kenapa kau datang kesini Jo? ini sudah malam, tidurlah! aku juga mau tidur kepalaku sangat pusing." keluh Johan ,menjambak rambutnya frustasi.
"mana janjimu Kak? kau pembohong ." teriak Jovin dengan nafas memburu.
"Jo....tak bisa kah kita bicarakan masalah itu besok pagi saja? demi Tuhan aku sangat lelah, aku butuh istirahat jika kau tau." jengah Johan , namun ia mencoba setenang mungkin agar tak terpancing emosi.
"kau membohongiku....kau bilang akan membawa pulang Adira, sampai detik ini kau masih belum menemukan nya." marah Jovin semakin menjadi.
"arrrggggghhhh..., boleh kah kali ini aku berteriak , sungguh aku sangat bosan mendengar pertanyaan itu."
Walau dalam hati Johan sudah menyumpah serapah pemuda yang berstatus sebagai Adik nya ini. Namun ia masih sadar bahwa Adiknya ini sedang sakit, jadi dia harus mencoba untuk bersabar.
"Jovin..... dengarkan Kakak , aku sudah menemukan keberadaan Adira. Sekarang kau istirahat hm! aku janji akan membawanya pulang secepatnya." tutur Johan menghampiri Adik kesayangannya.
"benarkah Kak? lalu kenapa kau tidak membawa nya pulang sekarang?." tanya Jovin begitu antusias.
"dia tidak bisa ikut kesini sekarang karna dia sedang merawat Adiknya yang sedang sakit, jadi dia harus menjaganya." ucap Johan , tidak masalah bukan? jika berbohong sedikit saja untuk mencari aman.
"Adik? sejak kapan Adira punya Saudara?." kernyit Jovin.
"aisshhh..,.dasar otak sialan kenapa aku mencari alasan yang salah."
Johan sedikit berfikir lalu berkata.
"ah ..Adik angkat , dia mengadopsi seorang anak kecil. Kau tau Adira begitu murah hati hingga ia merasa sangat tidak tega melihat anak kecil terlantar, jadi dia mengangkatnya sebagai Adik, cih... ingin muntah rasanya aku harus berucap begini." decih Johan di ujung kalimat nya.
"sungguh Kak? ." tanya Jovin lagi dengan raut wajah ceria.
"Hnn..." Johan hanya membalas ucapan Jovin dengan gumaman , terlalu malas untuk menjawab . Yang ia inginkan saat ini hanyalah tidur , tubuhnya serasa remuk.
"sekarang Kakak istirahat lah , aku sangat bahagia akhirnya Adiraku sudah ketemu." ucap Jovin yang mungkin sudah tidak bisa di dengar lagi oleh Johan. Karena nyawanya sudah berada di alam mimpi.
Jovin pergi meninggalkan kamar Johan , menutup pintu dengan sangat pelan agar sang empunya kamar tak terganggu. Tesirat senyuman bahagia di bibir pucat nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Jambrud Setiawan
jadi cowok pikirannya cetek pantes ditinggalin Ama ceweknya
2022-01-17
0
Dewi Zahra
semangat johan
2021-08-12
0
R
sabar ya johan, ini hanya ujian...😅😅😅
2021-05-09
0